Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menunggu, Menjemput, dan Menghindari Ajal

7 Juni 2024   16:02 Diperbarui: 7 Juni 2024   16:03 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: koleksi pribadi

Hari ini khatib Jumat berwasiat tentang kematian. Sesuai dengan firman Allah Surat Ali 'Imran Ayat 185 "Kullu nafsin `iqatul mat", tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Pintu gerbang yang akan dilewati oleh setiap manusia adalah kematian. Oleh karenanya manusia perlu menyiapkan dirinya untuk mendapatkan kebahagian setelah kematian datang, untuk menjadi seorang yang husnul khatimah bukan suul khatimah.

Ngomong-ngomong tentang kematian, khotbah di siang ini mengingatkan saya akan kejadian beberapa pekan lalu. Sekitar dua pekan lalu, saya menjenguk seorang teman lama di sebuah rumah sakit. Sudah beberapa bulan ini dia mengidap kanker yang mengharuskannya untuk menjalani serangkaian pengobatan termasuk kemoterapi.

Kami mengobrol cukup lama tentang kondisi penyakitnya dan penanganannya ke depan. Ada yang menarik saat pertama kali hasil biopsi jaringan sel kankernya keluar. Dokter memvonis teman saya mengidap kanker stadium tiga dan umurnya diprediksi tidak lebih dari lima ratus hari.

Atas vonis dokter tersebut, saya lihat teman saya bisa menata perasaan dan emosinya. Dia menjadikan prediksi umurnya hanyalah ramalan saja, mengingat ajal tidak ada orang yang tahu kecuali Tuhan. Justru dia bertambah semangat berikhtiar untuk menjalani pengobatan, mencari kesembuhan.

Paling tidak menurutnya dia tidak boleh menyerah. Takdir sudah ada yang menentukan, manusia hanya diwajibkan untuk berusaha, sisanya serahkan pada sang Mahakuasa.

Saya menyemangati dirinya dengan mengatakan, ada orang yang bertahun-tahun sakit parah tetapi yang meninggal duluan malah yang merawat dan orang yang menjenguknya. Apa sih yang tidak mungkin kalau Gusti Allah berkehendak, yang sakit juga bisa sembuh, Kun Fa Ya Kun.

Membicarakan kematian alias ajal, menurut saya ada tiga kondisi utama sikap seorang manusia atas ajal. Ketiga kondisi tersebut adalah menunggu ajal, menjemput ajal, dan menghindari ajal. Pembicaraan mengenai ajal selalu menarik karena hal itu adalah suatu kepastian, hanya waktunya manusia tak ada yang tahu. Yang jelas, ajal seharusnya mengingatkan manusia bahwa dia harus banyak mencari bekal untuk kehidupan setelah mati.

Menunggu Ajal

Hidup kita di dunia ini akan berakhir ketika ajal datang menjemput. Ketika ajal datang menjemput, manusia tidak akan bisa menghindar. Mau dia bersembunyi di dalam bunker, di benteng kokoh, atau di kotak kaca, malaikat maut akan datang mengambil nyawanya.

Artinya manusia hidup dibatasi waktu, atau kata lainnya manusia beraktivitas di dunia ini sembari menunggu ajal. Namun seringkali kita terlupa bahwa kita sedang menunggu ajal, sehingga saat ajal datang kita belum Bersiap-siap.

Bukankah saat sedang menunggu tamu agung datang bertamu ke rumah, kita akan bersiap-siap dengan sangat baik. Rumah akan kita cat ulang, lantai dipel mengkilap, dinding dibersihkan dari sarang serangga, makanan dan buah-buahan terbaik akan kita datangkan dan hidangkan. Sehingga saat tamu agung tersebut datang, dia akan senang, bahagia dan tidak kecewa. Imbasnya, kita akan dinilai baik oleh tamu agung tersebut.

Menjemput Ajal

Menjemput ajal dilakukan oleh orang-orang yang memang mengharapkan kematian datang menjemput nyawanya. Pada kondisi ini manusia akan aktif melakukan aktifitas dimana dalam penilaian kita bisa menghilangkan nyawanya.

Sebagai contoh seorang yang melakukan upaya bunuh diri dengan meminum sianida, atau menabrakan diri pada kereta api yang melintas. Kalau kejadian atas upaya tersebut berhasil, maka orang tersebut akan mendapatkan ajalnya dalam keadaan suul khatimah.

Berbeda halnya akan seorang yang berperang untuk menegakkan kebenaran melawan musuh-musuhnya. Seperti para pejuang kemerdekaan yang berperang melawan penjajah Belanda dengan adanya fatwa jihad dari para ulama. Mereka berperang dengan mengharapkan kematian syahid, langsung masuk ke surga. Kalau kematian ini berhasil mereka jemput ketika sedang menegakan kebenaran, maka syahid dan husul khatimahlah keadaan akhir mereka.

Menghindari Ajal

Seorang manusia dianjurkan untuk memelihara kehidupan, bukan hanya orang lain tetapi juga dirinya sendiri. Sehingga saat manusia dihadapkan pada suatu kondisi yang bisa membahayakan nyawanya, dia harus berusaha menghindarinya.

Sebagai contoh adalah saat seseorang menderita sakit yang jika tidak diobati maka akan menyebabkan penderitaan dan berbahaya bagi nyawanya. Oleh kondisi tersebut maka orang itu harus berusaha mengobati penyakitnya, bagian dari ikhtiar merawat kehidupan.

Contoh lainnya adalah ketika seorang pilot tahu bahwa di pesawat yang akan diterbangkan ada masalah di salah satu mesinnya. Karena menerbangkan pesawat yang salah satu mesinnya rusak akan membahayakan nyawanya dan para penumpang dimana pesawat sewaktu-waktu bisa jatuh, maka pilot memutuskan untuk tidak menerbangkan pesawat tersebut. Ini juga disebut ikhtiar meghindari ajal.

Mari siapkan segala sesuatunya dengan baik, sebelum ajal datang menjemput. Sesungguhnya hidup itu adalah sementara, padahal kematian adalah kepastian.

MRR, Jkt-07/06/2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun