Hari ini khatib Jumat berwasiat tentang kematian. Sesuai dengan firman Allah Surat Ali 'Imran Ayat 185 "Kullu nafsin `iqatul mat", tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Pintu gerbang yang akan dilewati oleh setiap manusia adalah kematian. Oleh karenanya manusia perlu menyiapkan dirinya untuk mendapatkan kebahagian setelah kematian datang, untuk menjadi seorang yang husnul khatimah bukan suul khatimah.
Ngomong-ngomong tentang kematian, khotbah di siang ini mengingatkan saya akan kejadian beberapa pekan lalu. Sekitar dua pekan lalu, saya menjenguk seorang teman lama di sebuah rumah sakit. Sudah beberapa bulan ini dia mengidap kanker yang mengharuskannya untuk menjalani serangkaian pengobatan termasuk kemoterapi.
Kami mengobrol cukup lama tentang kondisi penyakitnya dan penanganannya ke depan. Ada yang menarik saat pertama kali hasil biopsi jaringan sel kankernya keluar. Dokter memvonis teman saya mengidap kanker stadium tiga dan umurnya diprediksi tidak lebih dari lima ratus hari.
Atas vonis dokter tersebut, saya lihat teman saya bisa menata perasaan dan emosinya. Dia menjadikan prediksi umurnya hanyalah ramalan saja, mengingat ajal tidak ada orang yang tahu kecuali Tuhan. Justru dia bertambah semangat berikhtiar untuk menjalani pengobatan, mencari kesembuhan.
Paling tidak menurutnya dia tidak boleh menyerah. Takdir sudah ada yang menentukan, manusia hanya diwajibkan untuk berusaha, sisanya serahkan pada sang Mahakuasa.
Saya menyemangati dirinya dengan mengatakan, ada orang yang bertahun-tahun sakit parah tetapi yang meninggal duluan malah yang merawat dan orang yang menjenguknya. Apa sih yang tidak mungkin kalau Gusti Allah berkehendak, yang sakit juga bisa sembuh, Kun Fa Ya Kun.
Membicarakan kematian alias ajal, menurut saya ada tiga kondisi utama sikap seorang manusia atas ajal. Ketiga kondisi tersebut adalah menunggu ajal, menjemput ajal, dan menghindari ajal. Pembicaraan mengenai ajal selalu menarik karena hal itu adalah suatu kepastian, hanya waktunya manusia tak ada yang tahu. Yang jelas, ajal seharusnya mengingatkan manusia bahwa dia harus banyak mencari bekal untuk kehidupan setelah mati.
Menunggu Ajal
Hidup kita di dunia ini akan berakhir ketika ajal datang menjemput. Ketika ajal datang menjemput, manusia tidak akan bisa menghindar. Mau dia bersembunyi di dalam bunker, di benteng kokoh, atau di kotak kaca, malaikat maut akan datang mengambil nyawanya.
Artinya manusia hidup dibatasi waktu, atau kata lainnya manusia beraktivitas di dunia ini sembari menunggu ajal. Namun seringkali kita terlupa bahwa kita sedang menunggu ajal, sehingga saat ajal datang kita belum Bersiap-siap.