Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Latihan Disiplin

24 November 2023   15:03 Diperbarui: 24 November 2023   15:29 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: koleksi pribadi

Suatu hari sehabis mengantar istri ke stasiun saya terjebak macet di sebuah pertigaan. Meskipun menggunakan sepeda motor, bukan berarti bisa lepas dari padatnya lalu lintas saat itu. Terlebih kemacetan disebabkan perilaku pengguna jalan raya yang seenaknya.

Kebetulan motor saya menuju timur dari arah barat, ketika kemacetan terjadi. Saat itu lampu lalu lintas bekerja dengan baik, namun masih saja ada "pak Ogah" yang berdiri di tengah jalan dari arah utara berlagak mengatur lalu lintas. Karena lampu lalu lintas menunjukkan warna merah, maka saya berhenti, demikian pula kendaraan yang dari arah timur. Hanya kendaraan yang dari arah utara bisa jalan karena lampu berwarna hijau.

Ketika giliran lampu berwarna hijau menyala, maka saya segera melajukan sepeda motor. Namun saat itu kendaraan dari arah utara yang seharusnya berhenti masih saja tetap jalan. Mau tidak mau kendaraan dari arah barat seperti saya harus menunggu dan pelan-pelan melaju sehingga menimbulkan keruwetan di tengah pertigaan. 

Sewaktu lolos dari pertigaan ini, saya lihat kemacetan memanjang pada kendaraan yang dari arah timur dan sudah mendapat giliran lampu hijau untuk jalan. Hal ini imbas dari kendaraan dari arah utara yang tidak tertib dalam mematuhi lampu lalu lintas dan mengganggu laju kendaraan dari arah barat dan timur.

Banyak kejadian di jalan raya yang menyebakan kemacetan bahkan kecelakaan akibat tidak disiplinnya pengguna jalan. Seringkali kita temui kemacetan di satu jalur menyebabkan kendaraan bermotor, mobil, ataupun bus mengambil jalur sebelahnya dan menentang arus guna menghindari kemacetan. 

Pengguna jalan ini tidak mau antri, disiplin menunggu, namun justru mengambil tindakan yang membahayakan bukan hanya bagi dirinya sendiri namun orang lain juga. Bukannya membuat lancer, tetapi justru memperparah kemacetan dan menambah kemacetan dari jalur sebaliknya.

Rasa-rasanya bangsa ini memang menghadapi masalah besar dengan kedisiplinan. Hal ini sangat tercermin dari perilaku penduduknya ketika berkendara di jalan raya. 

Bagimana pengendara kendaraan bermotor tetap jalan padahal lampu lalu lintas menunjukkan warna merah, bagaimana para pesepeda motor tidak mau berada di belakang zebra cross ketika sedang menunggu lampu lalu lintas berubah warna dari merah ke hijau. 

Bagaimana pula para pengguna kendaraan bermotor memilih melawan arus daripada menggunakan jalur yang seharusnya meskipun macet atau harus memutar. Atau perilaku pengguna kendaraan yang memakai bahu jalan, atau membunyikan lampu strobo, sirine, padahal bukan petugas yang berwenang.

Karena perilaku masayarakat kita yang tidak disiplin, maka jangan heran di setiap tempat, kegiatan, atau bidang bisa kita temui calo, pak ogah, "makelar", broker politik, yang menawarkan jalur singkat untuk semua urusan. 

Rusaknya negara karena manusia-manusia ini tidak lepas dari tidak disiplinnya warga negara dan aparatur pemerintahannya dalam menerapkan dan menjalankan aturan-aturan yang telah dibuat. Seandainya kita mau tertib, disiplin, tentu tidak akan mucul kongkalikong, ketikadteraturan sosial yang merugikan banyak orang, menghambat kemajuan bangsa.

Padahal dalam beragama, ambilah contoh seorang muslim, mereka diajarkan kedisiplinan untuk solat tepat waktu dalam lima waktu. Dalam sholat berjamaah pun kaum muslim sudah bisa berdisiplin membuat barisan yang lurus dan rapat tanpa menyisakan celah dalam shofnya.

 Hal ini dilakukan dengan kesadaran sendiri, tanpa perlu diperintah oleh imam. Nyatanya dalam hal sholat bisa disiplin, mengapa dalam bidang lainnya tidak? Apakah kita tidak ingat, bahwa sesungguhnya apapun yang kita lakukan seharusnya bernilai ibadah?

Oleh karenanya penting menerapkan karakter kedisiplinan pada anak-anak kita sedari dini, mengingat begitu susahnya mengubahnya jika sudah terlanjur dewasa. 

Disiplin dalam segala hal perlu kita teladankan, dan jangan biasakan mengacaukannya dengan hal hal yang tidak benar seperti menyerobot antrian, menjegal orang yang karirnya lebih maju dari kita dan masih banyak contoh lainnya. 

Saya yakin kok, kalau semua orang tua bisa mencontohkan kedisiplinan yang baik pada anak-anaknya, maka imbasnya akan sangat besar bagi bangsa ini. Bangsa ini cuma butuh kedisiplinan untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa lainnya, butuh kedisiplinan untuk mengejar tujuan proklamasi kemerdekaan, Hal ini akan dicapai melalui rakyat yang punya kedisiplinan mematuhi peraturan dan strategi nasional bangsa.

MRR, Jkt-24/11/2023

 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun