Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seorang Bumper, Martir dalam Kesunyian nan Gaduh

1 Februari 2021   11:36 Diperbarui: 4 Februari 2021   12:45 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari masih pagi ketika saya sedang memarkirkan mobil di lantai dua gedung parkir kantor beberapa bulan lalu. Tiba-tiba terdengar bunyi "brakkk....", seketika saya menghentikan laju mundur mobil. 

Beberapa saat kemudian mobil saya jalankan maju sedikit agar memberi ruang antara bagasi belakang dengan dinding gedung parkir yang tepat berada di belakang mobil.

Setelah mesin saya matikan dan mobil telah terparkir dengan benar, saya turun dan bergegas menuju bagian belakang mobil. Ternyata benar dugaan saya jika mobil tersebut baru mencium dinding parkiran. 

Hal ini terlihat dari bumper belakang mobil yang agak penyok dan tergores. Jadi karena dinding mengenai bumper terlebih dahulu, maka secara otomatis saya langsung menghentikan laju kendaraan dan hal ini mencegah dari terjadinya kerusakan yang lebih parah.

Tidak hanya bumper belakang, seringkali pula bumper depan menjadi penyelamat kita dari kerusakan yang lebih parah akibat benturan. Tiap mobil memiliki dua buah bumper, depan dan belakang. 

Bumper pertama kali diciptakan untuk melindungi komponen kendaraan lain dengan menghamburkan energi kinetik yang dihasilkan oleh dampak benturan atau tabrakan.

Bumper tidak hanya berfungsi sebagai estetika saja, namun ternyata utamanya sebagai keamanan. Jadi kalau terjadi benturan atau tabrakan, maka bumper yang berfungsi sebagai peredam dan akan mengalami kerusakan terlebih dahulu dibandingkan bagian kendaraaan lainnya. 

Kerusakan yang dialami bumper bisa jadi sangat parah ketika terjadi benturan, namun akan menyelematkan bagian-bagian lainnya dan termasuk penumpang di kendaraan tersebut.

Peran sebagai bumper ternyata tidak hanya ada di kendaraan (mobil), namun di kehidupan sehari-hari juga sering kita temui, entah dalam relasi atasan bawahan, pertemanan, saudara maupun bentuk relasi lainnya termasuk suami istri. 

Seorang teman pernah berkata, "Seorang Bos akan mengangkat orang kepercayaan, anak buah, atau bahkan penggantinya dengan syarat orang tersbut nantinya akan bisa mengamankan diri dan kepentingan si Bos tersebut". 

Dengan kata lain si orang kepercayaan, anak buah, atau calon penggantinya harus siap menjadi bumper bagi si Bos, menjaganya dari bahaya dari depan maupun belakang.

Mungkin salah seorang dari kita juga pernah menjadi bumper untuk kepentingan orang lain yang perlu kita lindungi atau selamatkan. Rasanya tentu sangat tidak mengenakkan pada saat pertama kali berperan sebagai bumper bagi orang lain. 

Hal ini terasa wajar mengingat fungsi bumper untuk perlindungan awal, jadi dia harus siap menerima serangan, hujatan, kritikan untuk sesuatu yang sebenarnya tidak dilakukannya. 

Manusia bumper ini "seolah-olah" bertanggung jawab atas perbuatan yang tidak pernah dilakukannya, mengingat sesunggahnya yang berbuat adalah bos, atasan, suami, istri, saudara, teman, atau siapapun orang yang dilindunginya.

Seringkali seorang bumper harus mengerjakan sesuatu untuk kepentingan "Atasan" seperti membuat makalah, tulisan, bernegosiasi, menculik, menyerang, bermusyawarah atau tugas-tugas khusus lainnya. Saat tugas ini berhasil, maka yang akan mendapat kredit, pujian dari banyak orang adalah si Atasan. 

Si Bumper menjadi orang dibalik keberhasilan si "Atasan". Namun ketika dalam tugas atau misi terjadi kegagalan, maka si Bumper akan maju ke depan mati-matian membela "Atasan". 

Bahkan terkadang si Bumper pasang badan bahwa si "Atasan" tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian, kegagalan tugas atau misi. Si Bumper akan menunjuk dan mengatakan pada orang-orang bahwa dirinyalah (si Bumper) yang bertanggung jawab penuh atas semua kegagalan tugas atau misi.

Menjadi seorang Bumper haruslah tidak boleh baperan, sabar, terkadang tebal muka, serta ikhlas. Seorang Bumper haruslah menyadari ada kepentingan dan manfaat yang lebih besar bagi orang banyak dari seorang yang diindunginya. 

Dengan memegang kredo mengutamakan kemaslahatan yang lebih banyak, seorang Bumper akan tulus ikhlas menjalankan perannya. Seorang Bumper seringkali menjadi martir yang tak terlihat, tak terdeteksi oleh banyak orang hingga sekian lama kemudian.

MRR, Bks-01/02/2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun