Sebuah peradaban atau tatanan baru sedang berjalan di segenap penjuru dunia. Tidak lain adalah virus Covid-19 yang hingga kini telah menginfeksi lebih dari 1,8 juta umat manusia di seluruh dunia sebagai pemicu dari perubahan yang begitu cepat di semua segi aktivitas rutin keseharian manusia.
Semua orang, sektor usaha, pelayanan pemerintahan, lembaga negara dipaksa untuk menyesuaikan aktivitas dan pola kerjanya dengan menjalankan pembatasan sosial (social distancing), mencegah kerumunan dan berkumpulnya orang dalam jumlah besar.Â
Semua orang dari presiden, menteri hingga rakyat biasa sebisa mungkin berdiam di rumah, melaksanakan segala aktivitas dan kerja dari rumah (Work From Home/WFH), belajar dari rumah (Study From Home/SFH), guna memutus penyebaran Covid-19 ini.Â
Hanya pekerja bagian operasional perusahaan, pelayanan pemerintahan, Â yang tidak bisa dilakukan dari rumah dan menjamin keberlangsungan usaha atau pelayanan diwajibkan masuk, selebihnya beraktivitas dari rumah.
Pembelajaran siswa maupun perkuliahan dilakukan tanpa tatap muka secara fisik. Penggunaan teknologi, interet dan aplikasi pertemuan secara daring menjadi sangat masif untuk menunjang pembelajaran, perkuliahan, rapat.
Aplikasi seperti zoom, Skype, Google duo, Microsoft Teams, Cisco Webex, dan banyak lainnya menjadi sarana meeting dan pertukaran informasi yang banyak digunakan orang selama WFH dan SFH.Â
Orang yang tadinya tidak terbiasa dengan belajar maupun rapat tanpa bertatap muka secara fisik dipaksa untuk bisa dan terbiasa dengan aktivitas secara daring menggunakan aplikasi yang bahkan tidak mereka ketahui sebelumnya.
Alasan penolakan terhadap usulan WFH pada saat itu dikarenakan sistemnya belum ada, belum dibuat dan masih perlu kajian. Tak disangka hanya beberapa bulan setelah perundingan tersebut, hingga hari ini kami telah menjalankan WFH selama lebih dari 15 hari dalam sebulan terakhir sebagai dampak Covid-19.Â
Jumlahnya lebih banyak dari yang pernah serikat pekerja usulkan, yaitu sekali sebulan atau dua belas kali dalam setahun. Ternyata tidak butuh waktu lama juga bagi perusahaan untuk menyiapkan sistem WFH, harus dipaksa oleh situasi dan kondisi darurat terlebih dahulu.
Ternyata kondisi mendesak agar aktivitas dilakukan dari rumah bisa membuat orang berpikir kreatif dan membuat sistem dengan cepat untuk mendukung rencana besar pemerintah dalam berperang melawan pandemi Covid-19 ini. Semua yang tadinya dirasa tidak mungkin dilakukan dari rumah kini menjadi kenyataan yang sudah dijalankan.Â
Pada awalnya ada kecanggungan ketika belajar, bekerja, rapat dilakukan dari rumah, namun lama kelamaan menjadi hal biasa. Pembagian kerja tinggal diatur dengan menetapkan sasaran, hasil, dan target antara atasan dan bawahan serta sesama rekan di tim kerja. Saling percaya di antara tim kerja harus dipegang demi suksesnya pekerjaan meskipun tidak bertemu secara langsung.
Tak hanya orang kantoran yang memanfaatkan teknologi selama WFH, Sayur mayur yang sebelumnya harus dibeli di pasar atau warung, sekarang sudah bisa dibeli dengan pesan via WhatsApp langsung ke pedagangnya untuk kemudian diantarkan ke rumah. Para pedagang memberikan layanan pesan antar bagi para pelanggannya agar mereka tetap tinggal di rumah namun bahan makanan selalu tersedia.
Saat tingkat hunian menurun, banyak hotel yang menawarkan kamarnya untuk tempat isolasi mandiri bagi orang-orang yang menjadi ODP, PDP bahkan penderita Covid-19. Para pengusaha hotel ini dituntut ambil keputusan cepat dan berani menyambar peluang ketika industri perhotelan sedang terpuruk dan kapasitas rumah sakit tidak lagi cukup menampung pasien Covid-19.
Ada hikmah dibalik setiap kejadian termasuk bencana Covid-19 ini. Tentu ketika operasional dan bisnis perusahaan bisa berjalan dengan baik meskipun karyawannya bekerja dari rumah maka kondisi ini akan menentukan model operasional dan organisasi perusahaan ke depan saat pandemi ini berakhir.Â
Perusahaan akan berpikir apakah selama ini organisasi dan pola kerja yang dijalankan sudah efektif dan efisien mengingat dengan WFH pun ternyata perusahaan baik-baik saja.
Mungkin ke depan efisiensi akan menjadi target perusahaan dengan mengatur sebagian karyawannya WFH sehingga bisa menghemat listrik kantor, beban alat tulis, minum, biaya transportasi dan lain sebagainya.Â
Karyawan juga akan punya waktu yang lebih produktif dan tidak harus berkutat dengan kemacetan jalanan. Mungkin juga ada perampingan organisasi dan orang-orangnya dipindah untuk menjalankan bisnis baru atau diperbantukan ke tempat lainnya.
Tidak hanya di perusahaan saja, instansi pemerintahan juga bisa belajar dari situasi saat ini dan model pelayanan pemerintahan ke depan. Melihat kondisi kerja saat ini dimana ASN juga WFH, maka niatan presiden Jokowi untuk menidakan jabatan eselon III dan IV serta menggantinya dengan Artificial Intelligence (AI) sangat mungkin untuk dilakukan. Toh hal itu demi efisiensi birokrasi agar lebih ramping, lincah dan tepat sasaran.
Banyak sekali model bisnis, pola operasi, metode kerja, struktur organisasi yang kami yakini akan berubah selepas normalnya dunia dari pandemi Covid-19. Tentu perubahan ini akan menuju atau bermuara pada terciptanya organisasi yang lebih efektif, efisien, dan adaptif.Â
Sebelum terlambat dan belajar dari situasi yang sangat cepat sekali berubah selama wabah Covid-19 ini, maka tidak ada waktu lagi bagi semua orang baik karyawan, manajemen perusahaan, pengusaha, ASN untuk mempersiapkan diri dengan baik atau tergilas kejamnya perubahan.
MRR, Bks-14/04/20
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H