Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Brayan Urip", Laku Kehidupan yang Mulai Memudar

24 September 2018   15:51 Diperbarui: 24 September 2018   16:29 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Percakapan berhenti ketika pekerjaan selesai dan saya bayar jasanya sembari berlalu pergi.

Si Tukang tambal ban telah mengingatkan kembali konsep brayan urip pada saya. Setelah saya browsing-browsing, diketahuilah brayan urip adalah berbagi untuk hidup, hidup rukun tanpa memandang latar belakang agama golongan ras. 

Intinya adalah kita tidak boleh egois namun harus mau berbagi dan tetap hidup rukun dengan sesama. Si Tukang tambal ban bukanlah orang kaya dan berkecukupan, namun hatinya sangat mulia dan mau berbagi dengan kawan-kawannya bukan malah bersaing serta saling menjatuhkan.

Seringkali saya lihat dan temui suatu praktek dalam lingkungan, komunitas yang merupakan kebalikan dari brayan urip. Untuk urusan kerjaan, hal yang berat, tidak mengenakkan kita maunya berbagi dengan orang lain. Namun urusan uang, rejeki, kesenangan, kemudahan, ilmu, seringkali kita tidak mau berbagi. 

Ilmu dan trik suatu kerjaan kalau bisa disimpan sendiri mending disimpan saja, daripada diturunkan pada orang lain termasuk anak buah malah nanti jadi saingan. Hidup itu hanya urusan saya dapat apa, kalau tidak menguntungkan buat saya maka buat apa saya menjalankannya. Tentu lingkungan yang seperti ini tidak kondusif bagi kita karena yang ada hanya rasa saling curiga, sikut-sikutan, tidak mau berbagi yang akhirnya hilangnya kerukunan.

Brayan urip memang sebuah konsepsi sederhana tentang laku kehidupan. Meskipun demikian pemaknaan yang dalam atas filosofi yang terkandung di dalamnya tidak lantas membuat kita mudah menerapkannya. Menjadi tantangan tersendiri bagaimana mengejawantahkan konsep brayan urip dalam kehidupan sehari-hari yang akhir-akhir ini menjadi semakin individualistis, menjauh dari kebersamaan dan cenderung hedonistik.

MRR, Pbg-24/09/2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun