Merokok telah lama dikenal sebagai kebiasaan yang merugikan kesehatan fisik, tetapi dampaknya terhadap kondisi psikologis sering kali diabaikan. Kebiasaan ini tidak hanya memengaruhi organ tubuh tetapi juga bisa berpengaruh besar pada keadaan mental dan emosional seseorang. Berikut adalah beberapa dampak dari kebiasaan merokok:
1. Stress dan Kecemasan
Banyak perokok mengaku bahwa merokok untuk mengurangi stress atau meredakan kecemasan. Menurut teori Freud (Sanyata, 2015) rokok dapat memberikan ketenangan sementara, yang menjadikannya cara yang mudah untuk mengatasi tekanan emosional. Namun,secara ilmiah nikotin pada rokok justru memiliki efek yang sebaliknya. Nikotin dapat meningkatkan level hormon adrenalin dan dopamin, yang memang memberikan sensasi "relaksasi" sesaat. Namun setelah efeknya hilang, tubuh akan merespons dengan peningkatan kecemasan dan stres, menciptakan siklus kecanduan yang semakin kuat.
Bagi perokok berat, rasa cemas dan gelisah bisa semakin meningkat ketika tubuh mulai merasakan penurunan kadar nikotin. Proses ini dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman yang dapat mempengaruhi keseimbangan emosi secara keseluruhan.
2. Depresi
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara merokok dengan gangguan depresi. Minichino (2018) mengatakan bahwa meskipun rokok mungkin memberikan rasa lega dalam jangka pendek, penggunaan nikotin yang berulang kali dapat mengganggu keseimbangan kimia otak. Salah satu dampaknya adalah meningkatnya risiko gangguan suasana hati seperti depresi. Para peneliti menyebutkan bahwa nikotin dapat merusak jalur otak yang mengatur emosi, seperti serotonin dan dopamin, yang berperan besar dalam regulasi mood.
3. Kecanduan dan Ketergantungan Psikologis
Kebiasaan merokok bukan hanya ketergantungan fisik terhadap nikotin, tetapi juga ketergantungan psikologis. Banyak perokok mengasosiasikan merokok dengan rutinitas harian mereka, seperti saat bekerja, bersosialisasi, atau bahkan saat merasa stress. Asosiasi psikologis ini membuat perokok merasa perlu merokok untuk meredakan perasaan tertentu atau melanjutkan kebiasaan tertentu dalam kehidupan mereka.
Killen JD menjelaskan ketergantungan psikologis ini dapat memperburuk perasaan cemas atau tidak nyaman jika seseorang berusaha untuk berhenti merokok . Pengalaman "craving" atau keinginan kuat untuk merokok menjadi tantangan besar dalam proses penghentian merokok dan dapat memperburuk kondisi mental seseorang. Oleh karena itu, meskipun tubuh telah bebas dari nikotin, perokok sering kali merasa kesulitan untuk melepaskan  kebiasaan merokok secara keseluruhan karena faktor psikologis yang mendalam.
4. Gangguan Tidur dan Kualitas Hidup
Merokok juga dapat memengaruhi kualitas tidur seseorang. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Marlina dan Poluan (2024), perokok memiliki peluang lebih besar mengalami gangguan tidur. Nikotin, meskipun dianggap sebagai zat yang merangsang, dapat mengganggu pola tidur dengan cara meningkatkan detak jantung dan merangsang sistem saraf. Akibatnya, perokok mungkin mengalami kesulitan tidur atau kualitas tidur yang buruk, yang pada akhirnya dapat memperburuk kondisi psikologis, seperti peningkatan kecemasan dan kelelahan emosional.
Tidur yang tidak berkualitas juga dapat memperburuk kondisi fisik, seperti meningkatkan risiko penyakit jantung, yang semakin memperburuk perasaan cemas dan depresi. Dengan kata lain kebiasaan merokok tidak hanya mengganggu kesehatan fisik, tetapi juga memperburuk kualitas hidup secara keseluruhan yang berhubungan langsung dengan kondisi mental dan emosional.
5. Perasaan Tidak Berdaya dan Kehilangan Kontrol
Perokok sering kali merasa bahwa mereka tidak dapat mengendalikan perasaan mereka, bahkan jika mereka ingin berhenti. Perasaan ini bisa sangat mengganggu dan memperburuk rasa cemas dan tidak berdaya. Hal ini bisa memperburuk kepercayaan diri dan harga diri seseorang. Ketidakmampuan untuk berhenti merokok meskipun sudah mencoba beberapa kali dapat menurunkan rasa kontrol diri yang penting dalam menjaga kesehatan mental.
Rasa gagal dalam mengentikan kebiasaan ini, walaupun sudah ada niat yang kuat, dapat menyebabkan rasa frustasi dan bahkan memperburuk gangguan kecemasan atau depresi yang sudah ada.
Kesimpulan
Kebiasaan merokok memiliki pengaruh besar terhadap kondisi psikologis seseorang. Dari peningkatan stress dan kecemasan hingga gangguan tidur dan depresi, merokok tidak hanya merusak tubuh, tetapi juga memperburuk kesejahteraan mental. Selain itu, ketergantungan psikologis terhadap rokok dapat membuat perokok meresa terjebak dalam siklus yang sulit diputus.
Untuk itu, penting bagi perokok untuk menyadari dampak psikologis yang bisa ditimbulkan dari kebiasaan ini dan mempertimbangkan untuk mencari bantuan profesional  jika mereka ingin berhenti merokok. Mengurangi kebiasaan merokok tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan fisik, tetapi juga sangat penting untuk memperbaiki kesejahteraan psikologis secara keseluruhan.
Sumber :Â
Astuti, Mulyono, The 6th International Conference on Public Health, Solo, Indonesia, Assosiation between Smoking and Mental Disorders Among Adolescents, 2019.
Marlina, Poluan, Journal of Complementary and Alternative Medical Research, The Relationship between Smoking and Obstructive Sleep Apnea in Students at Faculty of Law, Indonesian Christian University Class, 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H