Semenjak COVID-19 masuk ke Indonesia, kemudian memporak-porandakan dan melumpukan sektor ekonomi, hal ini tentunya sangat memukul model bisnis UMKM karena banyak sekali yang harus gulung tikar, apalagi dengan diberlakukannya PSBB.
Sebut saja Siklum(nama disamarkan), Usaha warkop miliknya mungkin salah satu gambaran UMKM yang terdampak dan sempat lumpuh. Sejak bulan April lalu ia terpaksa harus menutup usahanya lantaran tidak ada pembeli.
"Semenjak PSBB pertama tuh empat bulan enggak buka, sepi banget." ucap Siklum dengan raut wajah sedih. Sejak usaha warkop miliknya tutup ia sangat kesulitan dalam memberi nafkah  untuk keluarga. Ia sangat kebingungan, terkadang sampai tidak ada uang untuk belanja kebutuhan warung sampai harus meminjam uang.
"Ya kalau belanja ada aja yang enggak bisa dibeli karena uangnya enggak cukup, harusnya beli cabai tapi ditunda dulu." Siklum kembali menjawab dengan raut wajah yang sedih.
Empat bulan sudah pandemic COVID-19 berlangsung di Indonesia, menjelang hari raya Idul Fitri suasana semakin memburuk, jumlah positif menyentuh angka 6000 kasus, pandemi belum berakhir. Idul Fitri yang biasa dirayakan dengan penuh suka cita bersama keluarga sambil menyantap hidangan khas hari raya nampaknya tidak bisa dinikmati oleh Siklum bersama istri dan anaknya, karena ia mengaku sampai tidak ada beras di rumahnya.
Sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab kepada istri dan anaknya ia sangat sedih dan terpukul. "Sedihnya ya waktu Ramadhan menjelang Idul Fitri enggak ada beras, anak harus jajan terus belanja juga harus." Kali ini Siklum berbicara sambil meneteskan air matanya.
Tetapi Siklum tidak menyerah, dapur harus tetap ngebul kalau kata orang-orang. Terkadang ia membantu tentangganya menanam padi dan kemudian diupah dengan beras 1 liter. "Ya kadang bantuin tetangga nanem padi terus dikasih beras 1 liter, lumayan lah buat makan anak istri, hemat pengeluaran juga kan."
Pandemi kali ini memaksa kita untuk beralih ke dunia digital, pendidikan dan bisnis merupakan sektor yang harus dipaksa beralih. Mau tidak mau, suka tidak suka.
Pandemi kali ini juga memaksa kita untuk keluar dari zona nyaman dan berinovasi menciptakan model bisnis baru dengan memanfaatkan teknologi digital, Hal ini membuat banyak bisnis yang beralih menjadi online.
Siklum sebagai kepala keluarga terus berfikir dengan memutar otak, agar istrinya tetap bisa membuat dapur mereka ngebul. Ia memutuskan untuk beralih bisnis mejadi berjualan via online. Ia memanfaatkan kendaraan pribadi miliknya dan keahlian istrinya dalam membuat tape ketan khas Jawa Barat, lalu dipasarkan secara online melalui sosial media. Ia juga mengatakan mendapatkan penghasilan yang lumayan dengan cara tersebut.
Ia tidak patah semangat. Semua hal dilakukan demi menafkahi anak dan istrinya dengan melakukan segala cara dan memanfaatkan kemampuan memasak yang dimiliki istrinya dan sepeda motor yang ia punya.
"Di rumah kan ada motor, nah istri saya bikin tape ketan terus kita pasang iklan di Facebook, abis itu nanti kita anter deh ke pelanggan, alhamdulillah ada aja yang pesen." Kali ini Siklum tersenyum haru.
Siklum adalah salah satu orang yang terpukul dimasa pandemi COVID-19, ia sangat sedih dan terpuruk karena harus menutup usaha warkop miliknya yang selama ini merupakan mata pencarian untuk menafkahi keluarga.
Dari kisah Siklum dan istrinya kita banyak belajar bahwa hidup ini tidak mudah, sangat berat. Â Kita tidak boleh mudah menyerah dan pasrah dalam keadaan sesulit apapun.
Siklum merupakan contoh sosok ayah yang bertanggung jawab kepada anak dan istrinya, karena dimasa pandemi ini semua pria sebagai ayah harus bisa mengambil keputusan yang tepat untuk kebaikan anak dan istri.
Tidak hanya itu, dari kisah Siklum dan istrinya kita juga belajar betapa pentingnya peran seorang wanita sebagai istri untuk selalu membantu dan mendukung suami sebagai kepala keluarga.
Pandemi kali ini kembali memberi pelajaran kepada kita betapa pentingya untuk mulai memahami dan memanfaatkan teknologi yang dapat diterapkan sebagai penunjang perekonomian dimasa mendatang.
Siklum berharap pandemi ini segera berakhir, kemudian kehidupan dan ekonomi kembali normal. "Semoga tahun depan nih 2021 ini virus cepat hilang deh, soalnya udah kangen liat istri nyuapin anak opor ayam pake sambel buatan dia pas lebaran."
Ia juga mengajak masyarakat mulai belajar memahami teknologi dan memanfaatkanya untuk bisnis. "Terus juga harapannya orang-orang mulai belajar deh tuh main media sosial macam Facebook atau Instagram, berguna tuh buat nanti masarin dagangannya."
Terakhir ia berpesan untuk kita semua lebih peka terhadap virus ini, karena situasi semakin memburuk. "Oiya terakhir nih, kalo bisa ya tahan dulu deh tuh liburan keluar kota, supaya ini virus berhenti nyebar dan semua kembali normal."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H