Mohon tunggu...
Muhammad Rizki Hardiansyah
Muhammad Rizki Hardiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perenungan atas Gagasan-gagasan Kepemimpinan Plato

23 Januari 2021   16:35 Diperbarui: 23 Januari 2021   17:07 1390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Buku ini juga menceritakan mengenai kepemimpinan yang baik. Menurut Plato, terciptanya negara yang baik tergantung pada siapa yang memerintah. Jika akal yang memerintah sebagaimana kepala mengatur tubuh, maka filsuf harus menjadi pihak yang mengatur masyarakat. Negara yang baik tidak akan pernah ada jika filsuf tidak menjadi pemimpin disana. Dengan memilih filsuf sebagai pemimpin, Plato ingin memperlihatkan bahwa kehidupan bernegara memiliki kualitas moral. Plato memiliki pendapat bahwa pemimpin harus mampu menjadi teladan kebaikan dan kebajikan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Harus mampu menjadi tiruan moral bagi masyarakat. Jika seorang pemimpin tidak memiliki keutamaan-keutamaan moral, maka pemimpin tersebut tidak layak menjadi pemimpin. Seorang pemimpin, kata Plato, harus memiliki naluri dalam menangkap karya seni. Plato percaya bahwa sastra, seni rupa, musik, dan teater memiliki kekuatan yang sangat besar untuk menempa watak manusia. Alasannya, seni mampu mempengaruhi nilai, ide, dan emosi manusia sehingga seni berperan penting bagi seorang pemimpin dalam mengambil keputusan. Seorang pemimpin memang harus mampu mengendalikan diri, berani, bijaksana, dan adil. Namun, juga harus memiliki naluri terhadap hal tersebut. Hal yang paling mendasar dari semua itu adalah sebuah konsep tentang negara yang baik. Negara yang ideal harus memiliki tiga golongan masyarakat. Golongan yang tertinggi terdiri dari orang-orang yang memerintah, yaitu seorang filsuf. Dalam buku The Republic, Plato menyebutkan bahwa filsuf harus memimpin negara karena seorang pemimpin harus mampu mengendalikan diri, bijaksana, adil, dan berani. Seorang pemimpin harus mempunyai jiwa yang filosofis agar pemimpin tersebut mengetahui makna keadilan dan cara mencapai keadilan tersebut demi terwujudnya sebuah negara yang baik.

     Sangat jarang orang yang mempunyai syarat-syarat kepemimpinan sebagaimana yang dikatakan Plato. Unsur-unsur tersebut hanya ada di dalam diri seorang filsuf. Di mata Plato, filsuf adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri, keberanian, mampu bersikap bijaksana, dan mampu bertindak adil. Dengan demikian, ia sebagai pemimpin pun dapat membedakan hal-hal yang baik dan buruk, juga apa saja yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Plato juga menolak pemilihan langsung atau voting dalam menentukan pemimpin. Dia menempatkan filsuf sebagai golongan utama yang layak menjadi pemimpin di masyarakat. Dan menyebut golongan berikutnya, yaitu golongan pelengkap atau menengah. Mereka terdiri dari para prajurit yang bertugas menjaga keamanan negara dan menjaga ketaatan warga negara. Sedangkan golongan yang terendah adalah rakyat biasa, yakni para petani, pedagang, dan tukang yang bertugas memikul ekonomi negara. 

      Setelah membaca buku ini pembaca dapat mengetahui, bahwa seorang pemimpin harus menguasai unsur-unsur pengendalian diri, keberanian, kebijaksanaan, dan keadilan. Apabila ingin menjadi pemimpin atau sedang menjadi pemimpin. Harus jujur pada diri sendiri bahwa bisa mengutamakan kepentingan orang-orang yang dipimpin tanpa terkecuali. Orang yang berpikir positif akan mempunyai alasan untuk merasa bangga pada diri sendiri, dan akan bisa menjalani hidup dengan lebih bersemangat. Tidak ada kekurangan, keterbatasan, kebimbangan, atau rasa takut. Pikiran positif juga dapat membangun karakter. Sebaliknya, pikiran negatif akan membawa kehancuran, yang tidak menghasilkan apa pun kecuali rasa takut, keputusasaan, dan kegagalan yang sangat menyakitkan. Kelebihan pada buku ini yaitu memiliki isi yang dapat memotivasi pembaca dalam hal bagaimana menjadi kepemimpinan yang mampu menjadi teladan kebaikan dan kebajikan. Kekurangan buku ini terdapat pada lem yang kurang merekat pada buku sehingga kertas-kertas yang ada dibuku mudah terlepas dari covernya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun