Namun, kalaupun produk pendidikan itu harus dipertahankan, lakukan upgrade drastis terhadapnya, entah kemasan, cara marketing termasuk fungsinya.
Lakukan analisis mendalam. Termasuk uji persepsi konsumen dulu. Apakah mereka masih butuh produk pendidikan yang kita jual? Kalau butuh, apa yang harus diperbaiki? Kalau tidak, apa gantinya?
Apakah kita telah memenuhi persepsi user? Bagaimana analisis SWOT, dan sebagainya.
3) Efisiensi dan perampingan SDM. Bagian ini juga meyakitkan.
Bagi lembaga pendidikan swasta tentu lebih mudah, mengingat fleksibilitas mereka dalam merekrut atau memberhentikan karyawan lebih longgar.  Agak berbeda dengan institusi pendidikan negeri yang biasanya memiliki  aturan lumayan ketat untuk perampingan SDM atau PNS nya.
4) Sinergi.
Langkah ini dilakukan dengan menjalin kemitraan antar institusi. Saling melengkapi dan menguatkan. Kolaborasi juga bisa dilakukan dengan menyatukan layanan akademis atau pertukaran SDM, why not?
5) Investasi pada SDM. Kalau tak memiliki dana yang besar pada infrastruktur, maka fokuslah pada pengembangan SDM. Syukur-syukur bisa keduanya.
Apapun ceritanya, edu-tech pasti akan terus bermunculan. Hari demi hari. Meski yang bangkrut juga ada. Fenomena ini harus disikapi sebagai tantangan dan pemicu. Bukan ancaman yang harus dibenci dan dihindari.
Do The Best for Our Educational Institution...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H