Mohon tunggu...
M. Ridwan Umar
M. Ridwan Umar Mohon Tunggu... Dosen - Belajar Merenung

Warga Negara Biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Kompasianer Memadamkan Api

17 September 2019   11:37 Diperbarui: 17 September 2019   16:17 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebakaran hutan terjadi lagi. Lokasinya juga sama yaitu Riau dan Kalimantan. Penyebabnya itu-itu juga, yaitu pemilik lahan yang membakar hutan, untuk perluasan atau pembersihan areal kebun sawit mereka. Untuk memastikan pundi uang tetap terjaga dan bertambah, tentunya.

Korban kebakaran, itu-itu juga. Kalau tidak hewan, tentu manusia, dan pastinya harga diri bangsa. Entah apa pula di pikiran warga seberang yang juga menjadi korban limpahan asap. Ekspor asap dari Indonesia.

Eh, usut punya usut, pengusaha asal Malaysia dan Singapura juga biang keroknya.

Maka, lengkaplah karut-marut masalah kebakaran dan asap ini. Asap Riau dan Kalimantan menjadi isu internasional. Sindiran, teguran, bahkan hukuman telah dijatuhkan. Hasilnya? Kebakaran tetap terjadi. Cuaca tidak bersahabat setidaknya masih efektif dijadikan kambing hitam.

Maka saya melontarkan judul di atas.

Memang sih, terkesan main-main. Namun, saya serius. "Mampukah kompasianer -yang notabene para penulis dan perenung professional itu- memadamkan kebakaran yang terjadi di Riau dan Kalimantan?

Tentu saja, jika maksud pertanyaanya para kompasianer turun langsung ke lokasi dan bersama petugas memadamkan api, maka tentu itu mengada-ada. Itu perbuatan sia-sia. Kecuali para kompasiner memiliki kemampuan laksana X-Men atau Avengers yang bisa sekali halau, wes wes bablas api ne...:)

Kompasianer hanyalah manusia biasa yang ahli merangkai kata. Namun, mereka bukan manusia super seperti Superman. Mereka super inovatif dan kreatif dalam membungkus makna. Kompasiana adalah ide brilian dan keren. Kompasianer laksana Avengers, beraksi dalam kata dan makna.

Lantas, mampukah api dipadamkan hanya dengan kata dan makna?

Tentu saja.

Peradaban dunia dibentuk dari kata dan makna.

Dalam ayat suci, dinyatakan bahwa Tuhan menciptakan Alam dengan hanya satu kata yaitu "Kun" (Jadilah). Lalu, terciptalah alam semesta.

Kata-kata Tuhan lalu diturunkan melalui para nabi melalu kitab Suci supaya mampu dimaknai manusia. Tentunya dengan pemaknaan yang benar dan tepat, sesuai maunya Tuhan.

Kesalahan pemaknaan sering dilakukan manusia. Mereka sangka bahwa sedang menafsirkan Kata atau maunya Tuhan, padahal rekaan semata. Radikalisme dan fanatisme buta adalah contohnya.

Menurut saya, pelaku pembakaran hutan adalah manusia yang miskin makna. Dan, pastinya mereka tidak ada di kompasiana ini, bukan? 

Meski minus makna, mungkin saja pelaku pembakaran itu kaya dengan kata. Mereka lihai memproduksi kata untuk meyakinkan semua pihak bahwa mereka benar. 

Mereka apik merangkai kata sehingga terlihat bahwa investasi dengan bakar-bakar itu sangat diperlukan masyarakat sekitar hutan. Tak apa jika makan korban. :(

Berjuta kata mungkin keluar dari mulut dan jemari mereka. Mereka piawai dengan kata ujungnya menyedot kekayaan alam di sana. Padahal itu, kata-kata yang mengeluarkan asap.

Menurut saya, para pembakar hutan, atau siapapun yang menikmati keuntungannya, sangat membutuhkan makna. 

Hanya makna yang benar akan membuat mereka sadar. Makna seperti itu akan memberitahu mereka bahwa bahwa aksi mereka ibarat bom waktu. Bukan hanya akan menghabisi alam, namun memunahkan generasi negeri ini. Cepat dan pasti.

So, para kompasianer?

Yuk, matikan api di negeri ini dengan menyebar kata dan makna, sebanyak-banyaknya.

Hanya makna meresap di hati yang mampu mendinginkan bara dan nafsu.

Hanya makna yang mampu meredam keserakahan dan nafsu angkara.

Wahai Kompasioner, negeri ini menunggu dinginnya kata dan makna, dari jemarimu. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun