Begitu juga sebaliknya, jika kita ingin hidup “tidak terlalu lama” maka kita dapat saja menjalankan “pola hidup yang tidak sehat” (misalnya dengan makan makanan apa saja, berlebih-lebihan, merokok, minum alkohol, dan tidak berolah raga). Tentu saja hidup lama dan tidak lamanya disini baru akan terjadi jika asumsi hidup lama dan tidak lama seseorang ditentukan semata-mata dari pilihan “pola hidup” seperti diatas.
Namun ada kalanya orang yang menjalankan sebagian atau seluruhnya “pola hidup yang tidak sehat” bisa hidup lebih lama dari orang yang menjalankan sebagian atau seluruhnya “pola hidup yang sehat”. Mengapa? Karena ada faktor “x” yang kita tidak ketahui. Factor “x” ini yang membuat masa hidup kita didunia bisa habis yang bukan diakibatkan oleh pilihan “pola hidup”diatas. Misalnya akibat tenggelam, tabrakan, jatuh, banjir atau tsunami, kebakaran, dan banyak lagi hal-hal yang lain yang kita tidak ketahui.
Hal-hal inilah yang membuat kita tidak bisa dengan pasti menentukan berapa lama kita hidup didunia ini (untuk usaha menghindari faktor "x" ini, dalam agama Islam dilakukan dengan cara berdoa-berusaha-berdoa dan bertawakal). Tetapi jika kita bisa mengabaikan faktor “x” dalam arti bahwa bahwa peluang faktor “x” ini terjadi adalah sama pada semua orang, maka secara umum orang yang menjalankan baik sebagian atau seluruhnya “pola hidup sehat” kemungkinan akan hidup lebih lama adalah lebih besar dari pada orang yang menjalankan “pola hidup yang tidak sehat”.
Bukankah tampak jelas disini bahwa dengan keteraturan dan ketentuan pasti dalam penciptaan langit dan bumi ini kita bisa memilih untuk hidup lebih lama atau tidak didunia ini? Bukankah (jika kita kaitkan dengan “pemberian jatah tertentu” kepada kita) kita dapat memilih agar jatah hidup kita apapun itu bisa kita nikmati sampai ajal menjemput.
Dari sini dapat dikatakan bahwa Tuhan sebenarnya sudah memberikan kepada kita jatah tertentu (jatah berbicara, jatah makan gula, jatah makan garam dan lain-lain) sampai akhir hidup kita, akan tetapi ada dari kita yang lebih memilih dengan sadar (atau tidak sadar) untuk hanya menikmati jatah pemberian itu untuk waktu tertentu saja.
Misalnya dengan menjalankan “pola hidup yang tidak sehat” maka baik sadar atau tidak sadar pada dasarnya dia sudah memilih “peluang” untuk “hanya” menikmati jatah pemberian tadi untuk waktu yang terbatas yang bisa jadi jauh sebelum dia benar-benar tidak bisa menikmati apapun nikmat Tuhan didunia ketika ajal sudah menjemput.
Wallahu a’lam.