Mohon tunggu...
Mohammad Rizal Firmansyah
Mohammad Rizal Firmansyah Mohon Tunggu... Dosen - Senang membaca

Baru mulai menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jatah Hidup Pemberian Tuhan

11 Desember 2016   10:08 Diperbarui: 11 Desember 2016   10:16 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam menikmati jatah hidup itu, Tuhan memberikan kita rambu-rambu. Ada yang bisa kita nikmati dengan bebas tetapi ada juga yang terbatas bahkan ada yang tidak bisa sama sekali.

Tuhan memberikan hidayahNya kepada kita dengan cara melengkapi diri kita dengan semua instrument yang bisa kita gunakan untuk menjadi pengelola dan pensejahtera. Antara lain yang diberikannya adalah akal, pancaindera, anggota tubuh dan lain2. Selain hidayah berupa instrument kelengkapan diri,Tuhan juga kemudian melengkapi hidayahNya dengan diturunkannya agama untuk membantu instrument kelengkapan diri dalam melakukan segala hal dengan benar dan sebagai petunjuk bagi manusia untuk hal-hal yang berada di luar jangkauan daya nalar instrument kelengkapan diri itu.

Untuk memudahkan kita sebagai pengelola dan pensejahtera dalam dunia ini, Tuhan telah menetapkan aturan-aturan yang pasti (biasa kita kenal dengan hukum alam atau takdir dalam bahasa agama Islam) terhadap semua ciptaanNya, baik yang ada dalam diri kita termasuk instrument kelengkapan diri, lingkungan sekitar kita, dunia bahkan terhadap alam semesta. Aturan-aturan yang pasti ini dipatuhi oleh semua ciptaanNya.

Termasuk dalam aturan-aturan ini adalah sifat-sifat sesuatu benda misalnya didunia ini air akan selalu mengalir kebawah akibat gaya gravitasi. Air akan selalu tunduk dan patuh akan ketentuan ini. Selain ketentuan ini, pada air juga di berikan tak terhingga kemungkinan-kemungkinan jika ia berinteraksi dengan ciptaan Tuhan yang lain. Misalnya jika pada air diberikan sebuah gaya tekanan yang lebih besar dari gaya gravitasi, maka air akan bisa mengalir ke atas.

Air yang ditempatkan pada sebuah panci aluminium kemudian diinteraksikan dengan api pada waktu tertentu akan menjadi mendidih. Air yangmendidih ini jika ditempatkan dalam sebuah gelas dan diinteraksikan dengan satu sendok gula dan daun teh akan bereaksi menjadi sebuah minuman teh (kita biasa menyebutnya demikian). Jika minuman teh ini kemudian ditambahkan dengan hasil dari interaksi antara pisang matang, terigu, dan minyak yang dipanaskan akan menjadi kombinasi yang sangat lezat untuk dinikmati pada saat hujan di sorehari. Bukankah ini sudah teratur dan semua hal yang disebutkan diatas tunduk dan patuh akan aturan yang diberikan kepadanya.

Begitu juga pada manusia dan terhadap lingkungannya. Ketika ada zat makanan yang kurang atau perlu ditambah dalam tubuh kita, maka suatu system dalam tubuh akan segera bekerja dan mengirim sinyal ke perut (untuk berbunyi sebagai tanda lapar) dan ke otak agar segera mencari makanan. Atau ketika tangan kita terkena minyak panas, maka kulit akan merespon dengan menjadi perihdan/atau terkelupas (yang disertai dengan sebuah proses yang rumit dalam tubuh). Hal-hal ini sudah teratur karena semuanya sudah diberikan aturan-aturan tertentu berkaitan dengan ciptaan itu.

Semua keteraturan ini, dan akibat ketundukan dan kepatuhan semua ciptaan Tuhan terhadap aturan dan kemungkinan interaksi antara ciptaan yang diberikan Tuhan kepadanya, menjadi sebab mudahnya bagi kita sebagai manusia (dengan menggunakan akal) untuk mempelajari diri kita dan alam sekitar yang kemudian melahirkan banyak sekali disiplin ilmu dimana disiplin ilmu itu berkaitan dengan penyingkapan secara detail aturan-aturan yang berlaku jika sebuah ciptaan berinteraksi dengan ciptaan yang lain. 

Yang saya maksudkan disini bukan saja interaksi antara ciptaan Tuhan dalam bentuk fisik tetapi juga berlaku untuk non fisik. Kemampuan mempelajari hasil interaksi dalam diri dan alam sekitar ini yang menjadi dasar bagi kita untuk menjadi pengelola dan pensejahtera di dunia ini.

Sekarang kita kembali ke “pemberian jatah tertentu” kepada kita.

Tuhan telah memberikan kita jatah hidup didunia ini. Tapi seberapa lamakah jatah hidup kita didunia ini? Untuk pertanyaan ini, hanyaTuhan satu-satunya yang tahu jawabannya. Yang perlu kita ketahui bahwa dengan aturan-aturan yang ditetapkannya terhadap segala sesuatu berikut segala kemungkinan-kemungkinan interaksinya, maka sebenarnya kita diberikan beberapa pilihan untuk umur kita. Berdasarkan interaksi antara ciptaanNya, kita dapat menentukan apakah kita mau hidup agak lama didunia ini atau tidak tetapi kita tidak bisa dengan pasti menentukan berapa lama kita dapat hidup didunia ini. 

Maksudnya begini, jika kita ingin hidup “agak lama” dan menikmati semua jatah hidup maka kita harus menjalankan “pola hidup yang sehat” (misalnya dengan makan makanan yang “sehat”) dan berolah raga karena dengan pola ini maka kita sudah mendekatkan diri dengan hasil interaksi yang baik antara makanan yang kita makan dengan tubuh kita, demikian halnya dengan olah raga (melakukan gerakan-gerakan tertentu) akan berdampak baik bagi tubuh kita dan organ-organ yang ada didalamnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun