Mohon tunggu...
Muhammad Rizqi Baidullah
Muhammad Rizqi Baidullah Mohon Tunggu... student -

Creative and Innovative Thinker Inspirator Indonesia Volunteer Indonesian Student and worker at Kuala Lumpur Malaysia Indonesian Scout Movement Really Proud to be Indonesian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat Terbuka untuk Kamu, Hai yang Tak Mampu Menjaga Lisan

6 November 2016   00:43 Diperbarui: 6 November 2016   00:47 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh

Puji syukur semoga senantiasa kita junjungkan kehadirat Illahi robby yang selalunya senantiasa memberikan kita nikmat keimanan sehingga terjalin diantara kita semua angin perdamaian sebagai bentuk anugerah yang Allah berikan dari setiap perbedaan diantara setiap ciptaan-Nya. semoga kita selalu didalam naunganNya sebagai mahluk yang selalu bersyukur dan taat akan segala kehendak serta perintahNya, Aamiin. 

Shalawat serta salam mari bersama kita sampaikan kepada baginda kita sang pemimpin dan pejuang umat yang senantiasa mengarahkan kita kepada kehidupan yang terselimut iman wal islam sebagai bentuk ketaatan kita kepada Allah melalui kewajiban serta sunahnya. Dan semoga kita selalu menjadi umatnya yang tidak pernah bosan bahkan berhenti untuk menjalankan ibadah serta sunah nabi Muhammad SAW. lantas beliau anugerahkan syafaatnya di akhirat kelak, aamiin yaa robbal'alamiin.

Malam ini, hati saya tergerak untuk mengungkapkan sesuatu yang rasanya akan saya sampaikan kepada suatu bagian ummat manusia. tulisan ini saya tulis secara pribadi tanpa ada tuntutan dan dorongan dari siapapun, melainkan sebuah aspirasi yang rasanya harus didengar oleh banyak pihak bahkan secara pribadi saya merasa juga bahwa alangkah baiknya jika tulisan saya ini disebarluaskan dengan harapan bisa dipahami sangat cermat. 

Surat ini ditulis dengan harapan segala hal kurang baik yang pernah terjadi kita semua sadari lantas kita hilangkan sebagaimana sejauh ini telah menjadi kebiasaan buruk yang tertanam hingga mencangkup generasi penerus bangsa. semoga dengan membaca tulisan saya ini, terketuk nurani kita untuk sadar dan bisa lebih menjaga diri sendiri, ummat hingga keutuhan bangsa dari berbagai bentuk perpecahan yang sama sekali tidak menguntungkan bahkan terpandang sangat merugikan.

Secara khusus, Tulisan saya ini saya tujukan spesial bagi kamu, iya kamu. Kamu yang sangat mudah menggerakkan lidahnya untuk berucap yang tidak baik bahkan tanpa berfikir panjang dan tanpa menggunakan otak serta nuranimu kamu langsung mengKAFIRkan orang lain. karenamu, Negara Indonesia ini kini telah menduduki posisi kedua setelah Jepang dalam kategori negara dengan kasus bullying tertinggi diseluruh dunia. Karenamu, kini generasi anak bangsa terancam pada situasi perpecahan yang dilandasi oleh kebobrokan moral. 

Karenamu, persatuan yang hadir daripada perbedaan yang telah memerdekakan negara ini terancam menghilang secara perlahan. Karenamu, jiwa awam yang seharusnya membutuhkan masukan-masukan rohani lebih tangguh kini hanya mengikuti jejak mereka yang sudah terpandang besar padahal hanya bermodalkan lisan lalu tetap mengKAFIRkan orang lain. Karenamu, citra umat muslim Indonesia yang selalunya dipandang sejuk perlahan memudar berganti menjadi kamu yang dengan berbagai dalih terlalu cepat mengucap munafik dan kafir. bahkan yang sangat disayangkan adalah apabila diantara kamu masih ada yang mengucap MUNAFIK bahkan KAFIR justru kepada sesama umatmu sendiri.

Mari kita renungkan sejenak,

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah memperingatkan bahaya mengkafirkan seorang muslim, beliau bersabda :

وَلَعْنُ الْمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ وَمَنْ رَمَى مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ.

“Dan melaknat seorang mukmin sama dengan membunuhnya, dan menuduh seorang mukmin dengan kekafiran adalah sama dengan membunuhnya.” (HR Bukhari).

Perntanyaannya adalah : Apakah kamu yang terlalu cepat terburu-buru mengucap kafir adalah orang yang paling sempurna dimata Allah?
Apakah dengan cara kamu mengucap kafir kepada orang lain menandakan orang tersebut adalah orang yang benar-benar kafir?

Mari kita renungkan lagi,
dalam dekade belakang ini telah terjadi sebuah Aksi yang dipimpin langsung oleh para Habaib hingga ulama-ulama besar yang merasa ternodai pedomannya oleh salah satu sikap seseorang dengan kronologi penistaan agama yang diperbuatnya. hal ini memicu banyak propaganda juga perbedaan pendapat hingga banyak juga sebagian lembaga berlatarbelakang Islam tidak ikut andil bersuara dengan cara demonstrasi atau unjuk rasa sebagaimana yang dilaksanakan oleh sebagian kaum yang lainnya. 

Perlunya kita sadari bahwa segala bentuk perbedaan pendapat yang terjadi saat itu adalah juga anugerah yang turun daripada Allah juga. bukankah Allah Sang maha pencipta perbedaan? ya. Lalu, apakah mereka yang tidak ikut andil bahkan sampai atributnya tidak ingin terlihat saat Aksi dilaksanakan adalah bagian dari kaum yang tidak ingin membela agamanya? Dalam konteks ini, pemahaman satu sudut pikir saja tidak akan mampu membawa kita kedalam kedamaian sesama umat muslim. 

Sayangnya mereka yang awam terlalu cepat terprovokasi lantas mengatakan "Kamu yang tidak turun dalam aksi demonstrasi pembelaan Al-Qur'an adalah kaum yang tidak membela agamanya, kaum yang munafik, kaum yang KAFIR!". apakah hal ini bisa dibenarkan? sedangkan saat kamu berucap munafik hingga kafir kepada orang yang tidak sejalan dengan kehendak kamu secara tidak langsung telah menodai bahkan mencederai citra umat muslim yang seharusnya harmonis, minimal dengan sesama umatnya sendiri. sedangkan dibelakang sana juga masih berdiri para kiyai, habaib, ulama dan pembesar lembaga islam lainnya yang mungkin masuk dalam kategori munafik dan kafir versi kamu sendiri.

Dalam hal ini, saya berharap kejadian yang telah terjadi bisa menjadi pelajaran besar bagi kita untuk saling menjaga keutuhan ummat bukan sekedar keutuhan bangsa atau agama. hentikanlah budaya saling mengkafirkan, budaya saling menjatuhkan, budaya saling menilai buruk tanpa berfikir panjang. sadarilah kita terlahir ditanah yang tumbuh oleh perbedaan. perbedaan agama, suku, ras hingga pola pikir adalah bagian yang wajib kita pahami dan wajib kita jaga keutuhannya.

terakhir, semoga kita selalu senantiasa berada dalam perdamaian, berada dalam keutuhan dan kedaulatan bangsa yang tetap menjunjung tinggi toleransi baik sesama agama ataupun antar agama masing-masing.

salam manis nan damai teruntuk kamu,
jiwa yang tenang dan selalu menenangkan sesama umat manusia

Atas nama Muhammad Rizqi Baidullah,
Kuala Lumpur, 6 November 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun