Anda tidak merincinya lebih detail. Apa nama programnya. Kapan efektif diberlakukan. Siapa saja yang dapat menikmati program itu. Berapa lama. Landasan hukum yang dipakai apa dan sebagainya.
Harus jelas dan terperinci. "Itu masalah teknis bro. Itu teknis. Gampang " pasti itu yang menjadi alasan Anda.
Bagi saya, cukuplah bahasa abstrak itu adanya di Undang-undang dan semua jenis aturan yang berlaku. Anda sebagai calon harus mampu mengkonkretkan hal-hal yang abstrak tersebut.
Kalau hanya Anda bilang, saya akan menyejahterakan rakyat, membuat rakyat pintar, apa bedanya Anda dengan kandidat yang lain. Siapapun calonnya dan di manapun daerahnya, pasti sama. Enggak ada yang beda.
Lalu apa bedanya Anda dengan calon lain. Kalau cuma jargon yang beda, kalau cuma seragam yang beda, kalau cuma gaya salam yang beda, sejatinya itu bukanlah hal yang membedakan.
Seharusnya, Anda dapat memvisualisasikan dan meyakinkan pemilih terkait program Anda. Misalkan, Anda harus dapat membuat masyarakat itu, membayangkan, jika tetimpa sakit, dapat mudah berobat. Kalau tidak gratis banget-banget, tapi terjangkau dan tidak birokrasinya tidak berbelit-belit.
Bagi saya itu lah yang harus dilakukan kepala daerah manapun. Harus membuat bahasa abstrak Undang-undang yang baik-baik itu, dapat konkret dirasakan masyarakat.
"Aduh, saya tidak punya waktu untuk menyusun lebih rinci," pasti itu dalih Anda.
Saya tanya, Anda kan dikelilingi tim sukses. Nah, berdayakanlah mereka sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Terakhir, sebagus apapun janji, sedetail apapun program atau rencana, tentu harus ada campur tangan Tuhan.
Atau bisa saja, saat kita merumuskan sesuatu, janji tertentu, bisa saja di masa mendatang ada yang berkurang substansinya atau bertambah. Seiring berjalannya waktu, kerap demikian.