Dia berlaku killer, karena memiliki pengalaman buruk saat menyusun skripsi. Sehingga ketika menjadi dosen, dia membalaskan dendamnya kepada mahasiswanya.
Ada juga dosen yang mengaku sibuk. Jarang sekali berada di kampus. Padahal tercatat sebagai dosen aktif, tapi seakan-akan seperti dosen tamu. Yang hanya menginjakkan kaki di kampus sekali setahun atau beberapa hari saja yang bisa dihitung dengan jari.
Saya selalu berpendapat bahwa tidak akan ada anak durhaka, kalau orang tuanya tidak durhaka atau tidak mampu menutup celah peluang berbuat durhaka.
Begitupun dengan mahasiswa nakal. Tidak akan ada mahasiswa nakal, jika tidak ada dosen yang nakal.
Artinya setiap pribadi itu unik. Butuh pendekatan yang unik pula. Namun di sini, dosen harus mampu mengalah. Dengan menyesuaikan pendekatan kepada mahasiswanya agar tetap terjaga semangat belajar dan berubahnya.
Bukan harus menunggu mahasiswa yang melakukan pendekatan. Hanya berpendapat yang tua harus dan mutlak dihormati yang muda. Jika sang dosen yang notabene lebih berumur daripada mahasiswanya, sejatinya dapat berlaku bijak. Mengingat segudang pengalaman memakan asam garam kehidupan.
Saya menulis ini tidak mengarang. Cobalah tanya random ke mahasiswa mana pun dan di kampus mana pun, pasti menemui sosok dosen seperti itu. Yang selalu mempersulit bukan memudahkan, dengan alasan melihat bentuk usaha sang mahasiswa.
Dosen-dosen pun pasti sadar. Karena sebelum menjadi dosen, mereka pernah menjadi mahasiswa. Mereka juga pernah mencaci dosennya. Namun ketika sudah menjadi dosen, mereka lupa, Â bahwa prilaku mereka rentan untuk dicaci atau bahkan dibunuh seperti kasus di Medan itu.
Bagi saya, sudah waktunya dosen harus berubah. Menyadari bahwa profesi mereka sangat mulia. Turut membantu mencerdaskan anak bangsa dan penerus bangsa.
Dosen harus memahami kebutuhan mahasiswanya. Bukan harus menunggu dipahami oleh mahasiswanya.
Bukan berarti, tidak menghormati yang lebih tua, atau yang lebih berpengalaman, akan tetapi dosen harus mengubah mindsetnya. Apalagi dosen tersebut bertitel doktor atau Phd. Mereka seharusnya banyak berfikir filosofis, mencari jalan keluar dan bukan membuat suram jalan penerus bangsa.