Aku dan Said Junior mengiyakan ajakan itu dengan penuh kelegaan.
Said Junior adalah saudara Said senior yang baru saja migrasi dari negeri kaya timur tengah. Walaupun sudah beberapa minggu di Indonesia, rasa ingin tahu pada Indonesia masih tinggi. Maklum, ia merasakan Indonesia negeri yang ramah. Orang-orang Indonesia yang ia lihat mudah bergaul. Mudah menyapa dan tak pelit menebar senyum. Sementara di negara tempat dimana ia dilahirkan, penduduknya sedikit sulit melakukan hal demikian.
Lalu kami bertiga memutuskan keluar dari rumah. Kami pergi ke salah satu tempat hang out yang tidak jauh dari rumah. Tidak lebih dari 5 Km jaraknya dari rumah. Jalan ke pusat keramaian dan hang out anak muda Bandung terasa jauh dan lelah. Macet penyebabnya. Maka dari itu, kami pergi jalan kaki. Semula saya enggan, karena berpikir tempat yang akan dituju jauh di mato (jauh dari mata).
Akan tetapi, setelah mulai melangkah, semakin banyak langkah, menjauh dari rumah, mendekati tempat tujuan sambil ngobrol di sepanjang jalan. Rasa lelah, cape dan jauhnya tujuan tak begitu terasa. Apalagi saat itu hujan baru berhenti. Udara yang sejuk dan nyaman menyelinap ke tubuh. Segar terasa.
Pada akhirnya kami sampai di tempat tujuan, dimana tempat tersebut merupakan salah satu tempat nongkrong anak muda sekitar Cihanjuang. Bercengkerama, telling story dan lain sebagainya. Sambil menyeruput seduhan kopi hangat dan makanan ringan lainnya. Sampai juga di tempat dengan jalan kaki, rasa syukurku dalam hati.
Jalan kaki yang disangka melelahkan itu ternyata menyenangkan. Corak kebahagiaan datang mengisi suasana hati. Lega hati dan senang sekali. Bebas dari macet perjalanan. Saya merasakan corak kebahagiaan kembali di hati. Itu semua karena jalan kaki ke tempat tujuan yang relatif dekat walau jaraknya tak kurang dari 5 KM.
Mungkin ini yang dirasakan orang-orang terdahulu. Di saat kendaraan beroda dua, empat atau lebih belum tumpah ruah seperti saat ini. Kemana-mana jalan kaki. Hati senang, badan sehat, jalan bebas macet.
Bandung baru saja resmi memiliki pemimpin baru. Kang Emil panggilan akrabnya. Setiap pergi ke kantornya di balai kota, ia datang dengan mengayuh sepeda. Tidak dengan kendaraan roda empat yang biasanya mewah dan penuh pengawalan. Contoh yang sangat agung dari seorang pemimpin demi mengurangi kemacetan. Terutama di Bandung.
Hampir tidak ada hari dimana Bandung bebas macet. Baik weekday ataupun weekend. Para penikmat suasana dan isi Bandung datang dari luar kota. Lihat saja Jumat sore sudah mulai kendaraan non D datang dari arah Jakarta dan arah lainnya.