Pendekatan Pragmatis: Mereka mungkin lebih mengutamakan kompatibilitas emosional, mental, dan visi masa depan dalam memilih pasangan.
- Teknologi dan Informasi:
Akses Informasi: Dengan akses informasi yang luas melalui internet dan media sosial, Gen Z lebih terbuka terhadap berbagai pandangan dan lebih mungkin mempertanyakan keabsahan praktik tradisional seperti pencocokan weton
Pengaruh Media Sosial: Pengaruh influencer, konten edukatif, dan perdebatan online bisa mempengaruhi pandangan mereka terhadap relevansi tradisi ini.
Kesimpulan:
      Pandangan generasi Z terhadap weton pernikahan sangat bervariasi. Sebagian mungkin melihatnya sebagai bagian dari identitas budaya dan tradisi yang menarik, sementara yang lain lebih cenderung skeptis dan memandangnya sebagai praktik kultural tanpa dasar ilmiah yang kuat. Pengaruh globalisasi, pendidikan modern, dan pergeseran nilai dapat menjadi faktor utama dalam menentukan keterbukaan dan penerimaan terhadap praktik tradisional seperti weton. Selain itu, beberapa generasi sekarang mungkin tidak tahu banyak tentang weton pernikahan karena kurangnya pengetahuan atau eksposur terhadap aspek ilmu Jawa dalam pendidikan formal atau pengalaman sehari-hari.
      Relevansi pernikahan yang didasari dengan pencocokan weton di zaman Gen Z sangat bervariasi. Sementara beberapa mungkin masih mempertahankannya karena pengaruh budaya dan keluarga, yang lain mungkin melihatnya sebagai sesuatu yang kurang relevan atau bahkan tidak perlu dalam konteks pernikahan modern. Faktor pendidikan, pengaruh agama, dan akses terhadap informasi modern sangat berperan dalam membentuk pandangan Gen Z terhadap praktik ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H