PERNIKAHAN YANG DIDASARI DENGAN WETON BAGI GEN Z?
APAKAH MASIH RELEVAN,      Masyarakat Jawa merupakan satu dari sekian kelompok masyarakat di Nusantara yang sangat memegang ajaran tradisi leluhur. Tradisi ini langgeng hingga saat ini dan tertanam kuat dalam benak mereka. Upaya ini berlangsung turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Salah satu tradisi yang dipegang kuat tersebut adalah berkenaan dengan pernikahan. Masyarakat Jawa memiliki konsep yang disebut dengan weton. Konsep ini pada intinya menjadi peneropong masa depan sebuah hubungan pernikahan berdasar dengan tanggal dan bulan dilahirkannya kedua calon mempelai. Permasalahan sering muncul ketika pihak orang tua atau wali percaya dengan konsep weton dan menggagalkan rencana pernikahan putra atau putrinya dengan alasan ketidakcocokan hitungan weton. Mereka khawatir jika diteruskan akan berdampak tidak baik bagi hubungan pernikahannya.
      Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula elemen-elemen yang ada pada masyarakat Jawa. Perkembangan yang terjadi antara lain kecanggihan teknologi yang semakin mutakhir, fasilitas umum yang semakin memadai, mutu pendidikan yang semakin membaik serta cara pandang orang yang semakin terbuka terhadap wawasan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Elemen-elemen tersebut menjadikan adat perhitungan weton di dalam masyarakat Jawa semakin terkikis, jarang dipraktekkan dan mulai ditinggalkan. Dan saja juga perlu kita tahu pandangan tentang perhitungan weton dalam pernikahan menurut generasi sekarang atau disebut Gen-Z.
      Generasi Z seringkali memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap berbagai pandangan, termasuk weton. Beberapa dari mereka mungkin melihatnya sebagai aspek budaya yang menarik dan dapat menjadi bagian dari identitas keluarga. Generasi sekarang mungkin tetap percaya pada weton karena adanya ketertarikan terhadap warisan budaya dan tradisi yang diwariskan dari generasi sebelumnya. Bagi sebagian orang, weton bukan hanya sekadar ramalan, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya mereka. Selain itu, beberapa individu percaya bahwa unsur-unsur astrologi Jawa seperti weton dapat memberikan wawasan atau panduan dalam pengambilan keputusan penting, termasuk dalam hal pernikahan dan kehidupan pribadi. Sementara beberapa orang mungkin bersifat skeptis, ada yang melihat nilai dalam mempertahankan dan menghormati warisan leluhur mereka.
      Pernikahan yang didasari dengan pencocokan weton mungkin memiliki relevansi yang beragam di kalangan generasi Gen Z, tergantung pada latar belakang budaya, pendidikan, dan tingkat religiositas individu. Berikut adalah beberapa aspek yang bisa dipertimbangkan:
Faktor Relevansi:
- Budaya dan Tradisi Keluarga
Masih Relevan: Bagi keluarga yang masih sangat menjaga tradisi dan adat istiadat Jawa, pencocokan weton mungkin tetap dianggap penting. Generasi muda yang dibesarkan dalam lingkungan yang kuat mempertahankan budaya ini cenderung masih menghargai dan mengikuti praktik tersebut.
Kurang Relevan: Di sisi lain, Gen Z yang tumbuh dalam lingkungan yang lebih modern dan kosmopolitan mungkin melihat pencocokan weton sebagai sesuatu yang kurang relevan atau bahkan kuno.
- Pengaruh Agama:
Pengaruh Kuat: Generasi Gen Z yang memiliki pemahaman agama yang mendalam dan mengikuti pandangan ulama yang menolak pencocokan weton mungkin akan mengabaikan praktik ini. Mereka akan lebih fokus pada kriteria religius dan akhlak dalam memilih pasangan.
Pengaruh Moderat: Ada juga yang mungkin menganggapnya sebagai tradisi yang bisa diikuti selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama.
- Pendidikan dan Logika Modern:
Tingkat Pendidikan Tinggi:Â Generasi muda dengan pendidikan tinggi dan pemahaman ilmiah mungkin cenderung skeptis terhadap praktik-praktik tradisional yang tidak didukung oleh logika dan bukti ilmiah.
Pendekatan Pragmatis: Mereka mungkin lebih mengutamakan kompatibilitas emosional, mental, dan visi masa depan dalam memilih pasangan.
- Teknologi dan Informasi:
Akses Informasi: Dengan akses informasi yang luas melalui internet dan media sosial, Gen Z lebih terbuka terhadap berbagai pandangan dan lebih mungkin mempertanyakan keabsahan praktik tradisional seperti pencocokan weton
Pengaruh Media Sosial: Pengaruh influencer, konten edukatif, dan perdebatan online bisa mempengaruhi pandangan mereka terhadap relevansi tradisi ini.
Kesimpulan:
      Pandangan generasi Z terhadap weton pernikahan sangat bervariasi. Sebagian mungkin melihatnya sebagai bagian dari identitas budaya dan tradisi yang menarik, sementara yang lain lebih cenderung skeptis dan memandangnya sebagai praktik kultural tanpa dasar ilmiah yang kuat. Pengaruh globalisasi, pendidikan modern, dan pergeseran nilai dapat menjadi faktor utama dalam menentukan keterbukaan dan penerimaan terhadap praktik tradisional seperti weton. Selain itu, beberapa generasi sekarang mungkin tidak tahu banyak tentang weton pernikahan karena kurangnya pengetahuan atau eksposur terhadap aspek ilmu Jawa dalam pendidikan formal atau pengalaman sehari-hari.
      Relevansi pernikahan yang didasari dengan pencocokan weton di zaman Gen Z sangat bervariasi. Sementara beberapa mungkin masih mempertahankannya karena pengaruh budaya dan keluarga, yang lain mungkin melihatnya sebagai sesuatu yang kurang relevan atau bahkan tidak perlu dalam konteks pernikahan modern. Faktor pendidikan, pengaruh agama, dan akses terhadap informasi modern sangat berperan dalam membentuk pandangan Gen Z terhadap praktik ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H