Untuk memahami hubungan internasional, memahami aliran dunia dan kecerdasan antara seniman pertunjukan dunia bisa menjadi kebutuhan. Bagaimanapun, untuk melakukan pemeriksaan yang tajam terhadap keajaiban hubungan dunia yang berbeda, diperlukan keterampilan berpikir yang luar biasa dan konsisten. Tanpa dasar pemikiran yang kuat, akan sulit bagi seorang penyelidik hubungan internasional untuk menciptakan pemikiran yang komprehensif dan objektif.
Jadi, mengapa dasar pemikiran sangat penting dalam penyelidikan hubungan dunia? Rasionalitas pada dasarnya adalah ilmu pengetahuan tentang aturan-aturan yang substansial dan masuk akal dalam mempertimbangkan. Rasionalitas menginstruksikan kita bagaimana menganalisis premis, membangun saran, membuat temuan dan induksi yang benar, dan menghindari perdebatan yang salah. Dilengkapi dengan dasar pemikiran yang kuat, seorang pemeriksa hubungan universal dapat membuat analisis yang terorganisir dan tepat berdasarkan kebenaran, bukan pengandaian yang tidak penting.
Sebagai ilustrasi, dalam meneliti penyebab perselisihan antar negara, seorang penyelidik harus dapat menguraikan variabel penyebab yang berbeda, misalnya perdebatan regional, perbedaan ideologi, atau kesenjangan keuangan. Dari premis-premis ini, penyelidik pada saat itu membangun temuan yang koheren sehubungan dengan akar penyebab pertikaian dengan mengaitkan komponen-komponen penyebabnya. Tanpa sikap yang konsisten, investigasi kita akan kacau dan kesimpulan yang dihasilkan akan melenceng.
Atau sebagai ilustrasi, ketika bertanya tentang keajaiban Brexit, para penguji harus menyelidiki akar penyebab opini Eurosceptic Inggris dengan memeriksa berbagai komponen seperti masalah imigrasi, kontrol Uni Eropa, dan publisitas politik. Pada saat itu, penyelidikan yang koheren dapat dibangun berdasarkan alasan mengapa sebagian besar orang Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa dalam pilihan tahun 2016. Tanpa pemeriksaan berbasis logika, penyelidikan kami tidak dapat menyimpulkan secara gegabah bahwa Brexit semata-mata disebabkan oleh komponen kefanatikan dan publisitas anti-Uni Eropa.
Jadi, untuk dapat berpikir secara logis, para mahasiswa hubungan internasional harus mempelajari dasar-dasar pemikiran itu sendiri. Dasar-dasar pemikiran penting yang harus dimiliki adalah:
1. Kata-kata yang koheren
Pertama-tama, kuasai definisi dan frasa penting dalam rationale seperti saran, premis, temuan, penerimaan, silogisme, dan lainnya. Memahami kata-kata ini sangat penting agar dapat berkomunikasi dan berpikir dengan menggunakan logika yang konsisten.
2. Hukum-hukum Penalaran
Selanjutnya, pelajari hukum-hukum penting dalam penalaran seperti hukum personalitas, non-kontradiksi, dan pusat yang dihindari. Hukum rasional ini adalah standar berpikir yang substansial. Dapatkan juga aturan silogisme dan kesimpulan lainnya.
3. Penarikan Kesimpulan dan Penerimaan
Strategi derivasi dan penerimaan adalah cara yang paling banyak digunakan dalam penalaran untuk menarik kesimpulan dari premis-premis. Perhatikan perbedaan antara keduanya dan kapan keduanya harus digunakan dalam penyelidikan. Derivasi masuk akal untuk menentukan saran dari hipotesis, sedangkan penerimaan berharga untuk membangun kesimpulan berdasarkan data eksperimen.
4. Logika Propositional
Ini mungkin merupakan bagian dari penalaran yang berurusan dengan proposisi majemuk dan tabel kebenaran. Dengan memeriksa alasan proposisional, kita dapat memutuskan keabsahan sebuah argumen dan menganalisis hubungan yang koheren di antara berbagai saran. Ini adalah keahlian yang penting dalam membangun premis dan kesimpulan.
5. Kekeliruan atau Kesalahan Berpikir
Paradoks bisa menjadi kesalahan berpikir yang konsisten yang harus dihindari. Beberapa ilustrasi dari gagasan yang salah adalah non sequitur, menyerang individu lain daripada pendapat mereka (advertisement hominem), berdebat berputar-putar (circular thinking), dan sebagainya. Dengan mengenali kesalahan, kita dapat membangun argumen yang lebih kuat.
Jadi, setelah dasar-dasar pemikiran yang esensial dikuasai, para mahasiswa Hubungan Internasional akan lebih berkembang dalam menganalisis elemen-elemen universal. Sebagai ilustrasi, Anda akan dapat mengkritik argumen pembuat undang-undang atau skolastik yang alasannya tidak berdasar, menyusun rekomendasi hipotesis hubungan internasional Anda, dan mendefinisikan pendekatan luar yang masuk akal berdasarkan premis-premis nyata yang ada.
Penerapan dasar pemikiran tidak hanya berguna dalam penyelidikan skolastik, tetapi juga dalam praktik diplomatik dan perumusan pendekatan luar bagi para pemula yang ingin tahu tentang bidang ini. Sebagai seorang duta besar, dasar pemikiran sangat penting untuk dapat merencanakan teknik negosiasi dan diplomasi yang efektif dengan mempertimbangkan keadaan dunia secara komprehensif dan adil. Selain itu, dalam menentukan pengaturan luar negeri yang ideal untuk antarmuka nasional.
Jadi, benarlah apa yang dikatakan oleh rasionalis terkenal Bertrand Russell, "kemajuan ilmu pengetahuan pada tingkat yang sangat mendasar bergantung pada alasan yang tidak tercemar". Untuk alasan ini, tidak ada rute alternatif:
jika Anda ingin menjadi seorang penguji hubungan internasional yang sudah jadi, yang terpisah dari teori dan kasus-kasus, jangan abaikan untuk terus mengasah kemampuan Anda yang koheren. Berbekal dasar pemikiran yang kuat, para calon sarjana hubungan internasional dapat membuat komitmen yang lebih berkualitas terhadap bidang keilmuan dan bahasa Indonesia.