Mohon tunggu...
Muamar Abdur Razaq
Muamar Abdur Razaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Saya merupakan Mahasiswa Hubungan Internasional dari Kampus Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membangun Kemampuan Analitis Hubungan Internasional Melalui Logika

31 Januari 2024   00:08 Diperbarui: 31 Januari 2024   00:11 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

  Untuk memahami hubungan internasional, memahami aliran dunia dan kecerdasan antara seniman pertunjukan dunia bisa menjadi kebutuhan. Bagaimanapun, untuk melakukan pemeriksaan yang tajam terhadap keajaiban hubungan dunia yang berbeda, diperlukan keterampilan berpikir yang luar biasa dan konsisten. Tanpa dasar pemikiran yang kuat, akan sulit bagi seorang penyelidik hubungan internasional untuk menciptakan pemikiran yang komprehensif dan objektif.

Jadi, mengapa dasar pemikiran sangat penting dalam penyelidikan hubungan dunia? Rasionalitas pada dasarnya adalah ilmu pengetahuan tentang aturan-aturan yang substansial dan masuk akal dalam mempertimbangkan. Rasionalitas menginstruksikan kita bagaimana menganalisis premis, membangun saran, membuat temuan dan induksi yang benar, dan menghindari perdebatan yang salah. Dilengkapi dengan dasar pemikiran yang kuat, seorang pemeriksa hubungan universal dapat membuat analisis yang terorganisir dan tepat berdasarkan kebenaran, bukan pengandaian yang tidak penting.

Sebagai ilustrasi, dalam meneliti penyebab perselisihan antar negara, seorang penyelidik harus dapat menguraikan variabel penyebab yang berbeda, misalnya perdebatan regional, perbedaan ideologi, atau kesenjangan keuangan. Dari premis-premis ini, penyelidik pada saat itu membangun temuan yang koheren sehubungan dengan akar penyebab pertikaian dengan mengaitkan komponen-komponen penyebabnya. Tanpa sikap yang konsisten, investigasi kita akan kacau dan kesimpulan yang dihasilkan akan melenceng.

Atau sebagai ilustrasi, ketika bertanya tentang keajaiban Brexit, para penguji harus menyelidiki akar penyebab opini Eurosceptic Inggris dengan memeriksa berbagai komponen seperti masalah imigrasi, kontrol Uni Eropa, dan publisitas politik. Pada saat itu, penyelidikan yang koheren dapat dibangun berdasarkan alasan mengapa sebagian besar orang Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa dalam pilihan tahun 2016. Tanpa pemeriksaan berbasis logika, penyelidikan kami tidak dapat menyimpulkan secara gegabah bahwa Brexit semata-mata disebabkan oleh komponen kefanatikan dan publisitas anti-Uni Eropa.

Jadi, untuk dapat berpikir secara logis, para mahasiswa hubungan internasional harus mempelajari dasar-dasar pemikiran itu sendiri. Dasar-dasar pemikiran penting yang harus dimiliki adalah:

1. Kata-kata yang koheren
Pertama-tama, kuasai definisi dan frasa penting dalam rationale seperti saran, premis, temuan, penerimaan, silogisme, dan lainnya. Memahami kata-kata ini sangat penting agar dapat berkomunikasi dan berpikir dengan menggunakan logika yang konsisten.

2. Hukum-hukum Penalaran
Selanjutnya, pelajari hukum-hukum penting dalam penalaran seperti hukum personalitas, non-kontradiksi, dan pusat yang dihindari. Hukum rasional ini adalah standar berpikir yang substansial. Dapatkan juga aturan silogisme dan kesimpulan lainnya.

3. Penarikan Kesimpulan dan Penerimaan
Strategi derivasi dan penerimaan adalah cara yang paling banyak digunakan dalam penalaran untuk menarik kesimpulan dari premis-premis. Perhatikan perbedaan antara keduanya dan kapan keduanya harus digunakan dalam penyelidikan. Derivasi masuk akal untuk menentukan saran dari hipotesis, sedangkan penerimaan berharga untuk membangun kesimpulan berdasarkan data eksperimen.

4. Logika Propositional
Ini mungkin merupakan bagian dari penalaran yang berurusan dengan proposisi majemuk dan tabel kebenaran. Dengan memeriksa alasan proposisional, kita dapat memutuskan keabsahan sebuah argumen dan menganalisis hubungan yang koheren di antara berbagai saran. Ini adalah keahlian yang penting dalam membangun premis dan kesimpulan.

5. Kekeliruan atau Kesalahan Berpikir
Paradoks bisa menjadi kesalahan berpikir yang konsisten yang harus dihindari. Beberapa ilustrasi dari gagasan yang salah adalah non sequitur, menyerang individu lain daripada pendapat mereka (advertisement hominem), berdebat berputar-putar (circular thinking), dan sebagainya. Dengan mengenali kesalahan, kita dapat membangun argumen yang lebih kuat.

Jadi, setelah dasar-dasar pemikiran yang esensial dikuasai, para mahasiswa Hubungan Internasional akan lebih berkembang dalam menganalisis elemen-elemen universal. Sebagai ilustrasi, Anda akan dapat mengkritik argumen pembuat undang-undang atau skolastik yang alasannya tidak berdasar, menyusun rekomendasi hipotesis hubungan internasional Anda, dan mendefinisikan pendekatan luar yang masuk akal berdasarkan premis-premis nyata yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun