Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 19)

20 Juli 2018   11:57 Diperbarui: 20 Juli 2018   12:03 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Melihat petugas itu menghiburnya dengan penuh perhatian, dengan kata-kata yang lemah lembut, Guo Huai pun menerima obat dan arak tersebut. "Sungguh merepotkan kamu. Jika bisa keluar dari kesulitan ini nanti, saya tidak akan melupakanmu," katanya. Petugas penjara itu menjawab, "Tuan tidak perlu berkata demikian. Jika telah meninggalkan Kaifeng nanti, mohon Tuan sedikit turun tangan, maka saat itu hamba akan mendukung dan melakukan hal yang lebih." Sanjungan ini membuat Guo Huai gembira. Ia meminum pil dan arak tersebut; ia merasa pikirannya menjadi lebih tenang.

Lalu ia bertanya, "Arak ini masih ada lagi?" "Ada, ada, sangat banyak," jawab petugas itu yang lalu menyuruh seseorang membawakan arak lagi; setelah mengambilnya, ia menyuruh orang itu pergi. Kemudian ia dengan penuh hormat menuangkan arak itu kepada Guo Huai. Melihatnya berhati-hati dan bijaksana, Guo Huai sangat menyukainya. Sambil minum arak, ia bertanya, "Apakah kamu mendengar kabar dari istana beberapa hari ini?"

"Saya hanya mendengar Ibu Suri jatuh sakit karena dihantui oleh pelayan Kou. Saat ini beliau sudah sembuh. Kaisar setiap hari mengunjungi beliau di Istana Renshou. Mungkin tidak sampai satu atau dua hari, titah Ibu Suri akan tiba. Pada saat itu Tuan akan baik-baik saja. Bahkan Tuan Bao kami tidak berani melawan titah Ibu Suri," jawab petugas itu. Guo Huai yang mendengar hal ini menjadi gembira kemudian meminum arak beberapa cangkir lagi.

Karena sudah dua hari ia tidak makan apa pun dan hari ini meminum beberapa cangkir arak dengan perut kosong, wajah Guo Huai memerah, jantungnya berdetak kencang, dan pandangan matanya menjadi kabur. Ia dalam keadaan mabuk berusaha berdiri, tetapi hanya dapat bergoyang ke sana kemari. 

Melihat situasi ini, sang petugas penjara menyingkirkan arak tersebut dan ia sendiri mengundurkan diri. Tinggallah Guo Huai sendirian dalam penjara itu. Walaupun mabuk karena banyak minum, ia tetap mengkhawatirkan masalah ini dan berpikir, "Baru saja petugas penjara mengatakan bahwa Ibu Suri jatuh sakit karena dihantui oleh pelayan Kou. Untungnya sekarang beliau sudah sembuh. Titah Ibu Suri akan tiba sebelum hari ini berakhir." Kemudian ia berpikir lagi, "Kematian pelayan Kou memang tidak adil. Tidak heran ia menjadi hantu gentayangan."

Ketika ia sedang berimajinasi liar, angin dingin berhembus dengan lembut disertai suara debu dan pasir yang terbawa angin mengenai kisi-kisi jendela. Saat itu matahari terbenam pada musim semi sehingga suasananya dingin dan menyedihkan. Tiba-tiba sesosok manusia tampak mendekat kemudian menjauh dan membuat suara seperti berdengung. 

Guo Huai sangat ketakutan; ketika ia berusaha memanggil orang-orang, bayangan orang itu muncul di hadapannya dan berkata, "Guo Huai, jangan takut, saya bukan orang lain, melainkan pelayan Kou Zhu. 

Saya mendatangi Tuan Kasim untuk menanyakan sesuatu. Kemarin Ibu Suri di Istana Raja Yama telah memberikan kesaksian; beliau mengatakan bahwa Tuanlah yang merencanakan semua ini. Oleh sebab itu Ibu Suri dibebaskan dan dapat kembali ke istana. Selain itu, Ibu Suri dan Tuan masih memiliki usia yang panjang dan saya tidak bisa berlama-lama di neraka. Hari ini saya mendatangi Tuan untuk mendapatkan kejelasan tentang masalah pada waktu itu agar saya dapat terlahir kembali dengan tenang."

Sekujur rambut di tubuh Guo Huai berdiri tegak. Melihat rambut orang itu terjurai di atas bahu, wajahnya penuh bekas luka, dan suaranya yang terdengar lemah, ia langsung mengetahui bahwa itu adalah arwah pelayan Kou Zhu. Benarlah apa yang dikatakan petugas penjara tadi; ia pun berkata, "Pelayan Kou, sebenarnya kamu telah meninggal dengan tidak adil. Pada waktu itu sesungguhnya aku dan Nyonya Yu telah bersekongkol dengan menukar putra mahkota dengan kucing yang dikuliti untuk memfitnah Ibu Suri Li. Waktu itu kamu sama sekali tidak mengetahui hal yang sebenarnya sehingga meninggal dengan tidak adil. Sekarang karena aku masih memiliki umur yang panjang, jika bisa keluar dari penjara ini, aku akan meminta para bhiksu dan pendeta Taois mengadakan upacara agar arwahmu tenang di alam sana."

Hantu wanita itu pun menangis sambil berkata, "Kasim Guo sungguh memiliki hati yang baik, saya mengucapkan banyak terima kasih. Sebentar lagi kita tiba di Istana Raja Yama. Jika Tuan menceritakan kejadian pada waktu itu dengan jelas, maka saya akan dapat terlahir kembali dengan tenang dan Tuan tidak perlu memanggil para bhiksu dan pendeta Taois untuk mendoakan saya. Jika Tuan mengatakan hal yang tidak jujur, maka anda akan mendapatkan hukuman...."

Tiba-tiba terdengar suara para hantu meratap. Muncul dua sosok hantu kecil yang memegang papan pemanggil arwah dan berkata, "Raja Yama memasuki istana dan memanggil arwah Guo Huai maju ke depan untuk ditanyai sesuai dengan tuntutan arwah penasaran yang kematiannya tidak adil." Kemudian mereka langsung menarik Guo Huai yang tampak kebingungan dan mau tidak mau mengikuti mereka. Setelah berjalan berkelok-kelok, tibalah mereka di sebuah aula istana yang tampak gelap, dingin dan suram dengan suasana yang menakutkan; arah mata angin pun tidak dapat diketahui di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun