Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 17)

6 Mei 2018   16:27 Diperbarui: 8 Juli 2018   16:34 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian tampak barang-barang hadiah dibawa masuk. Setelah Wang San memeriksanya, ia mengambil papan namanya. Memohon diri dari Bao Xing, ia masuk ke dalam untuk melapor kepada atasannya. Tak lama kemudian Wang San datang dan berkata, "Pangeran menyuruh anda menunggu di aula istana." Bao Xing pun mengikuti Wang menuju aula utama melalui tangga dan melewati halaman. Tiba di pintu aula istana, ia melihat tirai yang bisa digulung. Di depannya terdapat kursi kebesaran di mana seorang pangeran yang memakai mahkota emas, jubah ular, serta ikat pinggang giok sedang duduk. Di kedua sisinya terdapat sejumlah pelayan yang melayaninya. Bao Xing segera bersujud di hadapannya.

Pangeran Liuhe berkata, "Sampaikan salam hormatku kepada Tuan Bao. Beliau telah bersusah payah mengirimkan hadiah ini, aku menerimanya dengan senang hati. Besok aku akan menemui beliau di istana. Sekali lagi ucapkan terima kasih kepada tuanmu." Kemudian sang pangeran memerintahkan pelayannya, "Kembalikan papan namanya dan berikan surat ucapan terima kasih kepadanya. Juga berikan lima puluh uang." Sang pelayan menyerahkannya kepada Wang yang kemudian mengucapkan terima kasih. Bao Xing bersujud lalu bangkit dan mengikuti Wang keluar dari aula istana.

Tampak dari samping Ning datang dan dengan tersenyum gembira berkata, "Pengurus Bao, ternyata anda sudah datang. Kemarin sungguh merepotkan anda. Setelah anda kembali dan bertemu dengan Tuan Bao, katakan kepada beliau bahwa saya telah melapor kepada Putri Di. Putri Di mengatakan besok cukup mengantar Nyonya Besar Bao datang kemari; Nyonya Besar tidak perlu memberikan ucapan selamat ulang tahun, hanya berbincang-bincang saja dengan Putri Di." Bao Xing mengiyakan. "Maaf, aku tidak mengantar anda," kata Ning. "Tuan Ning silakan mengurus kesibukan anda," balas Bao Xing.

Kemudian ia mengikuti Wang keluar. Ketika Wang ingin mengantarnya sampai keluar ruang baca, Bao Xin menolaknya. Wang kemudian mengembalikan papan nama dan memberikan uang tersebut kepada Bao Xing yang lalu mengucapkan terima kasih. Sampai di pintu gerbang istana, Bao Xing mengatakan agar Wang tidak perlu mengantarnya, tetapi Wang mengantarnya sampai ia naik ke atas kuda. "Sungguh merepotkan anda," kata Bao Xing. Ketika mereka melangkah menuruni tangga, kuda telah dibawakan. Bao Xing sambil menaiki kuda memberikan penghormatan kepada Wang. Ketika mencambuk kudanya agar berjalan, ia berpikir, "Kami mengirimkan delapan jenis hadiah itu hanya menghabiskan dua puluh uang perak, tetapi Pangeran memberikan lima puluh uang perak. Beliau sungguh baik hati."

Tak lama kemudian ia tiba di kantor Kaifeng dan melaporkan semuanya kepada Bao. Bao mengangguk kemudian masuk ke dalam dan berkata kepada istrinya, "Bagaimana reaksi ibu suri ketika kamu memberitahukan hal ini?" "Ketika aku memberitahukan hal ini, ibu suri tampak kebingungan dan bertanya, 'Jika aku pergi ke sana, apakah pakaian yang harus kukenakan? Bagaimana bertata krama di sana?' Aku mengatakan, 'Yang Mulia Ibu Suri sementara mengenakan pakaian pesta selayaknya ibu seorang pejabat tingkat pertama. Sampai di sana, mungkin Putri Di tidak mengharapkan Yang Mulia memberikan ucapan selamat dengan tata krama kerajaan. Ketika waktunya tiba, Yang Mulia harus memanfaatkan situasi agar dapat berbaur dengan Putri Di. Jika ada kesempatan, Yang Mulia harus memberitahukan identitas Yang Mulia yang sebenarnya. Ini adalah kesempatan untuk masuk ke istana. Bagaimana menurut Yang Mulia?' Setelah berpikir sejenak, ibu suri berkata, 'Karena waktunya sudah dekat, maka tidak ada pilihan selain melakukan hal ini. Besok aku akan pergi ke Istana Nanqing'."

Mendengar persetujuan ibu suri tersebut, Bao sangat bergembira. Ia pun menyuruh istrinya mengirimkan dua orang pelayan wanita yang berkemampuan untuk mengikuti ibu suri ke istana dan juga mengutus para petugas untuk mengawalnya.

Keesokan harinya sebuah tandu dibawa ke depan aula ketiga. Pengangkut tandu mengundurkan diri dan menutup pintu samping. Saat itu Nyonya Li telah selesai melayani ibu suri mandi dan bertukar pakaian. Ketika bertukar pakaian, tanpa sadar ibu suri meneteskan air mata. Nyonya Li pun menghiburnya dengan mengatakan bahwa ini adalah demi kebaikan ibu suri sendiri. Setelah itu baru ibu suri mau bertukar pakaian. Setelah ibu suri merapikan dirinya, Nyonya Li menyuruh para pelayan wanita menunggu di aula ketiga untuk melayani ibu suri. Setelah semuanya keluar, Nyonya Li bersujud memberikan penghormatan yang seharusnya kepada ibu suri.

Jangankan ibu suri, Nyonya Li pun bercucuran air mata. Mereka saling berpegangan pada kedua tangan, tidak dapat mengatakan apa pun. Namun Nyonya Li berusaha menghalau kesedihannya dan berkata, "Kepergian Yang Mulia Ibu Suri ini berhubungan dengan masalah istana. Yang Mulia harus dapat membedakan situasi ketika akan mengungkapkan identitas Yang Mulia yang sebenarnya. Jangan sampai karena hal sepele merusak rencana besar ini." Ibu suri menganggukkan kepalanya dan sambil menangis berkata,"Aku telah mengalami ketidakadilan ini selama dua puluh tahun. Sekarang aku sangat berterima kasih kepada kalian berdua suami istri. Jika dapat kembali memasuki istana dan bertemu kembali dengan anakku, aku akan menceritakan hal ini kepadanya." "Hamba seharusnya melakukan hal ini dan tidak berani mengharapkan imbalan apa pun," kata Nyonya Li.

Setelah itu ia menyokong ibu suri dengan tangannya untuk berjalan pelan-pelan sampai keluar aula ketiga. Ia membantu ibu suri menaiki tandu dan memasang sandaran tangan dengan baik. Seorang pelayan wanita menurunkan tirai tandu. Ibu suri berkata, "Menantuku, pulanglah." Suaranya terdengar sangat memilukan. Nyonya Li mengiyakan dan kembali ke balik tirai. Di luar pengangkut tandu datang dan mengangkat tandu tersebut keluar melalui pintu samping secara perlahan-lahan.

Tetapi di luar Bao sedang menunggu dengan berlutut kemudian maju mendukung tandu dengan berpegangan pada gandarnya dan mengikuti sampai keluar kantor Kaifeng. Melihat hal ini, ibu suri pun memerintahkan Bao, "Anakku, kembalilah, tidak perlu mengantar sampai jauh." Bao mengiyakan dan menghentikan langkahnya. Ia melihat tandu tersebut menuruni tangga dan meninggalkan tempat itu. Ia juga melihat Fan Zonghua di samping memberikan penghormatan terhadap tandu itu dari jauh. "Fan tidak hanya beruntung, tetapi juga mengetahui tata krama," pikir Bao. Kemudian tampak Bao Xing menunggangi kudanya dan mengawal tandu dari belakang dengan membawa banyak petugas.

Bao kembali ke kediamannya. Sesampainya di dalam, ia melihat mata istrinya merah karena menangis. Bao mengetahui bahwa ini disebabkan oleh kesedihan karena berpisah dengan ibu suri dan tidak menanyakannya, hanya berkomentar. "Kepergian ibu suri untuk bertemu dengan Putri Di ini entah bagaimana hasilnya. Kita hanya dapat menunggu kabar saja." Kemudian mereka memperkirakan apa yang akan terjadi dan membicarakan beberapa hal lain. "Ibu suri bermurah hati dan baik dalam memperlakukan orang lain, tidak disangka beliau mengalami bencana ini," kata Nyonya Li. Bao mengangguk dan menghela napas. Lalu ia kembali ke ruang baca untuk mengerjakan tugas pemerintahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun