Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 9)

11 Maret 2018   13:34 Diperbarui: 28 Maret 2018   09:36 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

KISAH HAKIM BAO DAN PARA PENDEKAR PENEGAK KEADILAN

BAGIAN 9 -KAISAR MEMBERIKAN GELAR SARJANA KEPADA BAO DAN MENUGASKANNYA KE CHENZHOU

Gongsun Ce kembali ke kantor prefektur Kaifeng dengan diam-diam melalui pintu samping lalu pergi ke kediaman para pelayan untuk meletakkan kotak obat dan papan namanya. Kemudian ia mencari Bao Xing untuk segera membawanya menemui Bao. Setelah memberikan salam ramah tamah, ia menceritakan segala situasi yang ditemukan dalam penyelidikannya kepada Bao. Bao sangat bergembira dan dalam hati berpikir, "Orang ini benar-benar berbakat. Sesungguhnya merepotkan dia untuk menyelidiki kasus ini." Lalu Bao menyuruh Bao Xing menemani Gongsun berganti pakaian, mempersiapkan makanan dan minuman untuknya, dan menyuruhnya beristirahat. Bao juga memerintahkan Li Cai bersama para petugas untuk segera menangkap You Gou-er dan membawanya ke pengadilan. Para petugas pun melaksanakannya. Tak lama kemudian mereka datang melaporkan, "You Gou-er telah tiba."

Diiringi suara genderang, Bao masuk ke ruang pengadilan dan membuka sidang. "Bawa masuk You Gou-er," perintahnya. You Gou-er masuk dan berlutut di hadapan Bao. Bao bertanya, "Apakah kamu You Gou-er?" Ia menjawab, "Tuan, hamba dipanggil Luzi." Bao dengan keras berseru, "Tidak mungkin! Kamu bernama Gou-er, mengapa dipanggil Luzi?" "Tuan, sebelumnya hamba dipanggil Gou-er, tetapi mereka mengatakan anjing [gou] lebih kecil ukurannya lalu mengubah panggilan hamba menjadi Luzi [keledai]. Bukankah keledai lebih besar ukurannya? Oleh sebab itu hamba mengubah panggilan menjadi Luzi. Jika Tuan tidak menyukai panggilan Luzi, Tuan boleh memanggil hamba Gou-er."

Para petugas di kedua sisi berseru, "Jangan banyak bicara! Jangan banyak bicara!"

Bao pun berkata, "Gou-er." "Ya, Tuan," jawab Gou-er. "Hantu gentayangan Zhang Youdao melapor ke pengadilan bahwa kamu dan Tuan Tanah Chen, majikan dan pelayan, merencanakan pembunuhan atas dirinya. Namun ini adalah persekongkolan antara Tuan Chen dan istri Zhang Youdao yang bernama Liu. Kamu hanya menjalankan perintah tuanmu dan tidak bisa menolaknya. Walaupun kamu menerima dua keping uang emas, ini adalah hal yang sepele. Kamu harus mengatakan yang sebenarnya sehingga pengadilan dapat mempertimbangkan untuk membebaskanmu dari hukuman atas kejahatanmu. Kamu tidak perlu terburu-buru, katakanlah dengan pelan-pelan."

Mendengar kata hantu gentayangan, Gou-er menjadi ketakutan. Kemudian melihat sikap Bao yang dengan ramah mempertimbangkan untuk membebaskannya dari hukuman, ia menjadi lega; ia maju lalu berlutut sembari berkata, "Tuan telah memberikan berkah dari langit dengan mempertimbangkan hukuman hamba, maka hamba harus mengatakan yang sebenarnya. Tuan hamba memiliki hubungan gelap dengan Liu, istri Zhang Youdao. Suatu hari mereka tak sengaja terlihat oleh Zhang dan tuan hamba berlari pulang ke rumah. Ia langsung jatuh sakit karena selalu merindukan Liu, tetapi tidak berani pergi ke rumah Zhang lagi. Oleh sebab itu, ia berusaha memikirkan suatu cara untuk mencelakai Zhang agar ia dapat membawa Liu ke rumahnya dan menikahinya, barulah ia bisa puas. Ia memanggil hamba ke hadapannya dan berkata, 'Aku mempercayakan kamu melakukan suatu urusan.' Hamba menjawab, 'Urusan apakah itu, Tuan?' 'Urusan ini bukan sesuatu yang mudah, kamu harus berhati-hati mencari sesuatu.' 'Mencari apakah?'"

"Tuan menjawab, 'Benda ini disebut shigui [penyu mayat], mirip seperti ulat emas, ekor bagian atasnya bersinar, memiliki ukuran sebesar larva ngengat.' 'Di manakah benda ini berada?' tanya hamba. 'Kamu harus mencarinya di kuburan di mana mayatnya belum sepenuhnya membusuk, maka bisa ditemukan larva ini.' Hamba merasa tugas ini sulit lalu berkata, 'Bagaimana caranya mencari benda ini?' Karena merasa pekerjaan ini sulit, ia memberikan hamba dua keping uang emas lalu berjanji, 'Setelah kamu berhasil mendapatkannya, aku akan memberikanmu tanah seluas enam mu. Tidak peduli berapa hari mencarinya, kamu harus mendapatkannya. Kamu juga tidak perlu bekerja pada siang hari untuk menyimpan tenaga agar pada malam hari bisa mencari benda itu dengan baik.'"

"Seperti yang Tuan katakan, 'Hamba hanya menjalankan perintah majikan dan tidak bisa menolak,' juga dikatakan, 'Menerima kepercayaan orang maka harus melakukannya dengan penuh loyalitas.' Karenanya hamba setiap malam pergi menggali kuburan. Setelah menggali kuburan yang ketujuhbelas, barulah dengan susah payah mendapatkan larva ini. Lalu hamba mengeringkannya dan menggilingnya menjadi bubuk. Dengan menaburkan bubuk itu pada teh atau makanan, orang yang mengonsumsinya pasti akan terkena sakit jantung dan meninggal dunia tanpa meninggalkan bekas luka apa pun, kecuali di antara kedua alis matanya terdapat titik merah kecil. Demikianlah cara kerja racun ini. Kemudian terdengar kabar Zhang Youdao meninggal dunia, yang mungkin disebabkan oleh racun ini. Mohon Tuan mempertimbangkan hukuman hamba."

Mendengar hal ini, Bao tahu tidak ada yang disembunyikan oleh Gou-er. Petugas pencatat kasus memberikan surat pengakuan kepada Bao lalu Bao menyuruh Gou-er menandatanganinya. Kemudian ia langsung mengeluarkan surat perintah untuk membawa Chen Yingjie ke pengadilan. Bao juga berkata kepada Gou-er, "Tak lama lagi Tuan Tanah Chen akan hadir di pengadilan, kamu harus berhadapan dengan dia, aku akan membantumu." Gou-er menyetujuinya dan Bao mengangguk serta menyuruhnya pergi.

Datanglah seorang petugas berlutut dan melaporkan, "Chen Yingjie telah tiba." Bao juga memerintahkan menghadirkan Liu dan ibu You bersama menantunya. Sebelum Chen Yingjie tiba di pengadilan, Bao telah mempersiapkan alat hukuman di ruang sidang.

Bao bertanya, "Chen Yingjie, mengapa kamu merencanakan membunuh Zhang Youdao? Katakan yang sebenarnya!" Tuan Tanah Chen sangat ketakutan dan terkejut seketika; ia langsung berkata, "Hamba sama sekali tidak pernah melakukannya, Tuan Langit Cerah." Bao memukul meja satu kali lalu berseru, "Kamu ini kurang ajar! Di hadapan pengadilan masih berani membantah! Petugas, bawa masuk Gou-er." Kemudian Gou-er dibawa masuk ke ruang sidang untuk dihadapkan dengan Chen. Chen bergemetar ketakutan dan setelah beberapa lama baru berkata, "Benar bahwa hamba dan Liu berselingkuh, tetapi hamba tidak merencanakan membunuh Zhang. Ini semua adalah perkataan Gou-er yang tidak benar. Tuan sama sekali tidak boleh mempercayainya."

Bao marah dan berseru, "Siapkan alat hukuman!" Para petugas pun membawa masuk alat hukuman berupa papan kayu dengan rantai besi yang digunakan untuk membelenggu leher, tangan dan kaki seseorang. Chen ketakutan setengah mati lalu berkata, "Hamba mengaku! Hamba mengaku!" Kemudian ia mengakui telah menyuruh Gou-er mencari shigui dan diam-diam memberikannya kepada Liu untuk ditaburkan pada teh atau makanan. Setelah mengonsumsinya, Zhang menderita sakit jantung dan meninggal dunia. Ia menyuruh Liu agar tenang karena racun ini tidak akan meninggalkan bekas luka sedikit pun, bahkan setitik noda darah pun tidak ada. Demikianlah ia menceritakan semuanya. Bao pun menyuruhnya menandatangani pengakuan.

Kemudian petugas melaporkan, "Liu dan ibu You beserta menantunya telah tiba." Pertama-tama Bao memerintahkan Liu masuk. Tampak Liu masuk ruang pengadilan dengan tenang seperti sebelumnya, tetapi ketika ia melihat Chen, raut wajahnya berubah menjadi ketakutan. Mau tidak mau ia pun berlutut. Bao tidak menanyainya, tetapi menghadapkannya dengan Chen. Chen sambil meratap berkata, "Kamu dan aku berpikir tidak ada orang yang mengetahui rahasia ini. Siapa sangka hantu gentayangan Zhang Youdao melapor kepada Tuan Bao. Persekongkolan ini telah terungkap. Karena tidak mungkin tidak mengakuinya, aku telah menandatangani pengakuan. Kamu juga harus menandatangani pengakuan untuk menghindari hukuman yang berat."

Wanita itu menghardik, "Kekasihku, kamu begitu lemah dan tidak berguna, tidak bisa melakukan hal dengan baik! Kamu sudah mengakuinya, bagaimana mungkin aku menghindarinya?" Lalu ia maju dan berlutut sambil berkata, "Merencanakan membunuh Zhang Youdao adalah benar. Tidak ada hal lain yang perlu dikatakan lagi. Sesungguhnya masalah Zhang Zhiren melecehkanku adalah juga untuk membuat tuduhan salah terhadapnya." Bao juga menyuruhnya menandatangani pengakuan.

Kemudian Bao memerintahkan membawa masuk ibu You dan menantunya. Seraya menangis ia mengatakan tidak ada yang menyokongnya lagi dan menambahkan, "Tuan Chen dulu pernah berjanji memberikan tanah seluas beberapa mu. Wanita tua ini takut ia mengingkari janji, tetapi untungnya seseorang menuliskan surat ini." Kemudian dari lengan bajunya ia mengeluarkan sepucuk surat dan memberikannya kepada Bao. Bao mengenali tulisan di surat itu sebagai tulisan tangan Gongsun Ce dan dalam hati merasa senang lalu berkata kepada Chen, "Kamu menjanjikan Gou-er tanah seluas beberapa mu, kenapa kamu tidak menyisihkan untuknya?" Karena telah berjanji demikian, mau tidak mau Chen harus menyisihkan tanahnya beberapa mu untuk diberikan kepada ibu You dan menantunya. Bao langsung memerintahkan kantor kabupaten untuk mengurus hal ini.

Bao lalu bertanya kepada Chen, "Bagaimana kamu bisa mengetahui racun dari shigui ini?" "Hal tersebut diberitahukan oleh guru keluarga kami," jawabnya. Bao pun segera mengundang guru tersebut datang untuk menanyainya bagaimana ia bisa mengetahui dan mengajarkan metode ini. Guru itu menjawab, "Hamba pernah mempelajari beberapa ilmu pengobatan, oleh sebab itu mengetahui sifat obat-obatan. Pada suatu hari ketika turun hujan disertai tiupan angin, setelah selesai memberikan tugas, hamba seringkali berdiskusi dengan tuan tanah dan mengatakan bahwa obat ini tidak boleh digunakan sembarangan; di antaranya mengatakan terdapat enam kondisi denyut nadi dan delapan jenis obat yang bertentangan yang merupakan benda yang paling beracun; kemudian menyebutkan tentang shigui. Hamba tidak sengaja memberitahukannya. Siapa sangka tuan tanah benar-benar mengingatnya dan memikirkan rencana jahat ini. Mohon Tuan menyelidikinya dengan seksama."

Bao mengangguk dan berkata, "Walaupun kamu tidak bermaksud mengatakannya, tetapi hal ini tidak sepatutnya diberitahukan kepada orang jahat; oleh karenanya ini termasuk kesalahan yang ringan karena kamu telah berbicara sembarangan." Bao langsung mengeluarkan keputusannya: sang guru diasingkan ke tempat asalnya, Liu dihukum mati dengan dipotong-potong tubuhnya, Chen dihukum penggal, Gou-er dihukum gantung, dan Zhang Zhiren si penggugat dibebaskan dari segala tuduhan.

Setelah menutup sidang, Bao menuju ruang baca untuk membuat laporan kepada kerajaan. Ia menyuruh Gongsun menyalinnya. Baru saja Gongsun selesai menulis, Bao Xing masuk membawa sepucuk surat lainnya dan berkata kepada Gongsun, "Tuan menyuruh agar surat ini juga disalin dan dimasukkan ke dalam laporan tadi. Besok pagi Tuan akan melaporkannya kepada Kaisar bersama dengan laporan tersebut." Ketika melihat isi surat tersebut, Gongsun terkejut dan terdiam sejenak baru kemudian dapat berkata, "Apakah aku harus menyalinnya sesuai dengan apa yang tertulis ini?" "Tuan sendiri yang menulisnya dan menyuruh Tuan Gongsun menyalinnya. Bagaimana tidak sama seperti sebelumnya menyuruh anda menyalinnya juga?" jawab Bao Xing.

"Taruh saja, aku akan menyalinnya sama persis seperti yang tertulis," kata Gongsun mengangguk. Dalam hati ia merasa tidak tenang karena sesungguhnya surat yang disisipkan itu adalah mengenai penyaluran bantuan untuk korban kelaparan di Chenzhou yang tidak seharusnya dipercayakan kepada orang dari keluarga selir kaisar dan secara gamblang mengatakan bahwa Kaisar telah menugaskan orang yang tidak tepat; suatu pernyataan yang sangat menentang atasan. Walaupun Gongsun merasa ketakutan, tetapi tidak ada pilihan lain baginya selain harus menuliskannya. Ia berpikir, "Setelah besok surat ini diserahkan, takutnya Tuan Bao akan kehilangan jabatannya. Aku Gongsun Ce memang selalu bernasib tidak baik; seperti yang telah terjadi, selalu bertemu dengan masalah ini. Tidak ada pilihan lain, besok aku harus melihat bagaimana perkembangannya dulu baru kemudian merencanakan apa yang harus dilakukan."

Keesokannya pada waktu jaga kelima, Bao menuju ke istana. Hari ini Kasim Chen Lin yang menerima laporan itu lalu menyerahkannya kepada kaisar. Setelah beberapa lama Bao dipanggil masuk. Awalnya ketika membaca laporan Bao, kaisar sangat tidak senang, tetapi kemudian ia berpikir bahwa Bao berani berbicara terus terang sesungguhnya karena kesetiaannya kepada kerajaan. Oleh sebab itu, ia berubah dari marah menjadi senang dan langsung memanggil masuk Bao. Ketika menghadap kaisar, Bao menceritakan bagaimana pembagian bantuan bencana kelaparan di Chenzhou disalahgunakan. Oleh sebab itu, kaisar memberikannya gelar sarjana dari Paviliun Longtu* dan tetap menjabat di prefektur Kaifeng. Selain itu, Bao ditugaskan pergi ke Chenzhou untuk menyelidiki pembagian bantuan bencana kelaparan dan melihat bagaimana kondisi rakyat di sana sekarang.

Menerima tugas dari kaisar tersebut, Bao tidak mengucapkan terima kasih, melainkan berlutut sambil berkata, "Hamba tidak memiliki kekuasaan sehingga tidak dapat meyakinkan para pejabat. Sangat sulit bagi hamba untuk menjalankan perintah kaisar ini." Kaisar berkata, "Aku menganugerahkan tiga buah titah kaisar kepadamu. Siapakah yang berani menolak?" Bao berterima kasih kepada kaisar; setelah menerima titah kaisar, ia mengundurkan diri dari istana.

Sejak kepergian Bao ke istana, Gongsun merasa cemas dan tidak tenang; dalam hati ia bermaksud mengemas barang-barangnya lalu pergi, tetapi ia takut akan muncul perkataan orang-orang yang tidak mengenakkan tentang dirinya; oleh sebab itu, ia memutuskan untuk menunggu. Tiba-tiba terdengar suara teriakan; Gongsun menyangka masalahnya menjadi runyam. Ketika ia sedang panik, Bao Xing masuk ke dalam dan berkata, "Tuan menerima gelar sarjana dari Paviliun Longtu dari Kaisar dan ditugaskan menyelidiki pembagian bantuan di Chenzhou." Mendengar hal ini, Gongsun sangat gembira tak terkira.

Bao Xing berkata lagi, "Tuan menyuruh saya bersama Tuan Gongsun untuk memberitakan kabar baik ini kepada orang-orang, tetapi jangan sampai membuat kehebohan." Kemudian Gongsun dengan gembira bersama Bao Xing pergi memberitakan kabar baik ini kepada orang-orang. Setelah mereka pulang, tak lama kemudian Bao datang. Semua orang pun memberikan penghormatan dan ucapan selamat kepada Bao.

Bao berkata kepada Gongsun, "Yang Mulia telah menganugerahkanku tiga buah titah kaisar. Aku harap Tuan Gongsun bisa membantuku dengan hati-hati membacanya dan memberitahuku apa maksudnya; jangan sampai mengecewakan kebaikan Yang Mulia." Setelah berkata demikian, Bao langsung masuk ke dalam.

Kalimat titah kaisar yang diberikan kepada Gongsun tersebut sangat sulit dipahami. Sesampainya di kamarnya, setelah berpikir ribuan kali, tiba-tiba ia tersadarkan: "Benar! Ini pasti cara untuk mengusir tamu. Tuan tidak ingin menggunakan saya lagi, tetapi tidak sampai hati terang-terangan menyalahkanku karena dapat menyinggung perasaanku; oleh sebab itu, Tuan menggunakan hal yang sulit ini. Bagaimana jika aku menggunakan hal ini untuk bermain-main agar dapat menunjukkan cita-cita dari dalam hatiku? Selain itu, ini juga untuk melihat bagaimana keberanian Tuan Bao: apakah ia akan menarik kata-katanya sendiri dan memecat diriku?"

Kemudian ia mencelupkan kuasnya dan mulai menuliskan sesuatu. Ia menuliskan suatu metode untuk membuat tiga jenis alat penggal yang berbentuk naga, macan, dan anjing. Ia menggunakan kesamaan bunyi dalam bahasa Mandarin antara huruf "zha" (dokumen resmi titah kaisar) dengan "zha" (alat penggal kepala). Karena berjumlah tiga buah titah, maka ia membuat tiga jenis alat penggal. Setelah selesai menggambarkannya, ia datang ke ruang baca. Bao Xing mempersilakannya masuk. Gongsun memberikan gambar rancangannya kepada Bao dan berpikir pasti ia akan marah besar. Ketika melihat gambar itu, Bao bukan saja tidak marah, tetapi juga tersenyum dan memuji Gongsun, "Tuan sungguh berbakat!" Kemudian ia menyuruh Bao Xing mencari tukang kayu dan berkata, "Sekali lagi merepotkan Tuan Gongsun untuk memberikan arahan kepada tukang kayu bagaimana cara membuatnya karena rancangan ini harus diselesaikan malam ini juga sehingga besok pagi aku bisa memperlihatkannya kepada Yang Mulia." Mendengar hal ini, Gongsun kebingungan dan tidak dapat berkata apa-apa. Pada waktu itu ia juga tidak mengatakan bahwa gambar rancangan tersebut ia buat hanya untuk main-main saja.

Melihat Bao mendesak agar tukang segera menyelesaikannya, Gongsun bermaksud mengurus pembuatan rancangan itu. Ia mengundurkan diri dan sekali lagi dengan hati-hati menambahkan beberapa hal dalam rancangan tersebut, seperti bagaimana ia harus dilapisi dengan tembaga, dipaku dengan paku emas, dan dipasangkan kepala raja hantu pada pegangannya, serta menghiasinya dengan berbagai warna dan bentuk. Tak lama kemudian para tukang datang; Gongsun terlebih dahulu memperlihatkan rancangannya lalu menginstruksikan cara membuatnya. Mereka semua tidak tahu apakah gunanya rancangan tersebut sehingga mau tidak mau mengerjakannya mengikuti intruksi. Setelah mengerjakannya satu malam penuh, akhirnya rancangan itu diselesaikan.

Sebelum menuju istana, Bao memeriksa masing-masing hasil rancangan itu lalu memerintahkan memasukkannya ke dalam peti berwarna kuning untuk dibawa ke istana. Setelah itu ia bersiap-siap menuju istana. Dengan menggunakan tandu, Bao tiba di istana. Setelah memberikan penghormatan tiga kali, ia berkata, "Hamba, Bao Zheng, kemarin telah menerima anugerah tiga buah titah dari Yang Mulia. Hamba dengan hati-hati menjalankan perintah Yang Mulia dan telah membuat rancangan bentuknya. Tanpa persetujuan Yang Mulia, hamba tidak berani menggunakannya. Mohon Yang Mulia melihatnya terlebih dahulu." Kemudian peti kuning dibawa masuk dan digelar di halaman istana. Ketika kaisar melihatnya, ternyata tiga buah rancangan alat penggal, yaitu yang berbentuk naga, macan, dan anjing.

Bao berkata, "Jika terdapat orang yang melanggar hukum, ia akan dihukum berdasarkan statusnya." Setelah beberapa lama kaisar memahami bahwa Bao sengaja menganggap bunyi kata "zha" (dokumen resmi) menjadi kata "zha" (alat penggal) dan berpikir ini digunakan untuk menakuti-nakuti dan mengusir keluar para pejabat yang korup. Kaisar tampak senang dan memuji Bao memiliki pemikian yang jenius lalu memerintahkan, "Kamu tidak perlu menunggu instruksi lebih lanjut, segera berangkat setelah alat hukuman tersebut dibuat."

Bao berterima kasih kepada kaisar lalu meninggalkan istana menggunakan tandu. Di jalan sepuluh orang lanjut usia bersama-sama berlutut sambil membawa petisi di tangan mereka. Ketika melihat mereka, Bao menginjakkan kakinya pada dasar tandu sebagai suatu isyarat rahasia. Ia memerintahkan pengangkut tandu menghentikan tandunya dan menyuruh Bao Xing membawakan petisi tersebut. Di dalam tandu Bao membaca petisi tersebut lalu tertawa; ia menyobek-nyobeknya dan membuangnya ke tanah. "Orang-orang jahat ini! Bagaimana hal ini bisa terjadi? Perintahkan petugas untuk mengawal mereka menuju ke luar kota karena takutnya di dalam kota mereka akan membuat keributan," kata Bao.

Orang-orang tua tersebut meratap sambil saling berpelukan dan berseru, "Kami dengan susah payah datang ke ibukota berharap melaporkan ketidakadilan. Siapa sangka Tuan ini juga tunduk pada pengaruh pejabat seniornya. Ini sesungguhnya mengetahui seseorang dari nama baiknya tidak sama dengan bertemu langsung. Tiada tempat lagi bagi kami untuk mengadukan ketidakadilan ini." Setelah itu mereka pun bangkit sambil menangis keras. Dari samping seorang petugas berkata, "Pergilah, jangan membuat kami kesulitan karena kami hanya menjalankan perintah. Kalian menangis juga tidak ada gunanya karena tiada tempat yang tidak ada ketidakadilan di dunia ini." Mereka semua pun terpaksa mengikuti petugas itu menuju ke luar kota.

Sesampai mereka di luar kota, datanglah seseorang yang menunggangi kuda dengan cepat dan berkata kepada petugas itu, "Karena telah membawa mereka ke luar kota, kamu tidak perlu mengurus mereka lagi. Pulanglah!" Petugas itu segera pergi meninggalkan mereka. Orang yang baru datang itu tak lain adalah Bao Xing; ia mengikuti orang-orang tua itu sampai ke tempat yang tidak ada orang kemudian berkata, "Tuan Bao bukannya tidak menerima petisi kalian, tetapi karena di jalan kota terdapat banyak mata dan telinga yang bisa membocorkan informasi, akibatnya bisa tidak bagus. Tuan berpesan agar kalian jangan sampai terpencar-pencar dan mencari tempat yang terpencil untuk bersembunyi. Setelah Tuan berangkat menyelidiki hal ini secara diam-diam, barulah kalian bersama-sama datang menemui Tuan. Sekarang terlebih dahulu dua orang yang paling tua mengikuti saya masuk ke dalam kota dan membicarakan hal ini di kantor pemerintah." Mereka semua bergembira mendengar hal ini; dua orang tua di antara mereka pun mengikuti Bao Xing dari jauh.

Sesampainya di kantor prefektur Kaifeng, Bao Xing masuk ke dalam memberitahukan tuannya lalu menyuruh kedua orang itu pergi ke ruang baca. Bao pelan-pelan menanyai keduanya. Ternyata mereka berasal dari tiga belas keluarga; beberapa di antaranya telah dipenjara dan yang lainnya tidak bisa datang. Bao berpesan, "Kalian tidak boleh membocorkan informasi ke luar. Tunggu aku berangkat barulah kalian bersama-sama menemaniku." Kedua orang tua tersebut bersujud lalu pergi ke luar kota menunggu kedatangan Bao.

Setelah memperlihatkan kepada kaisar rancangan alat hukumannya, Bao memerintahkan Gongsun mengawasi pekerjaan membuat alat hukuman itu. Bao berpesan agar alat hukuman tersebut harus dibuat dengan menakjubkan dan luar biasa, tetapi hasilnya murni dan sederhana. Keempat orang ksatria Wang, Ma, Zhang, dan Zhao ditugasi melakukan eksekusi dengan alat hukuman tersebut: Wang Chao memegang pedangnya, Ma Han membawa terhukum, Zhang Long dan Zhao Hu mengangkat terhukum untuk dipenggal dengan alat penggal itu. Selain mengawasi pembuatannya, Gongsun juga memberikan instruksi kepada empat ksatria bagaimana cara menggunakan alat hukuman itu.

Beberapa hari kemudian alat hukuman tersebut telah diselesaikan. Bao memberikan penghormatan kepada kaisar sebelum berangkat dan banyak sekali pejabat yang datang memberikan perjamuan perpisahan untuknya. Ketika semua pejabat telah tiba, Bao menyuruh alat hukumannya dibawa ke aula utama istana. Para pejabat bersama-sama melihat alat hukuman itu. Mereka semua berpikir ini pasti sesuatu yang baru dan ingin tahu bagaimana cara kerjanya. Ketika sampai di aula utama, mereka melihat tiga buah alat hukuman yang ditutupi dengan kain kuning bergambar naga.

Keempat ksatria dengan gagah berani dan penuh semangat maju ke depan dan membuka kain kuning tersebut untuk menunjukkan alat hukuman yang melampaui alat hukuman mana pun. Pedangnya tampak bersinar berkilauan yang membuat orang-orang bergemetaran ketakutan sampai semua rambutnya berdiri. Ketika melihatnya, orang-orang mulia yang berkarakter lurus merasa puas dan mendukung pemakaian alat hukuman tersebut, sedangkan orang-orang jahat yang berkarakter rendah menjadi ketakutan setengah mati. Sesungguhnya dari dulu sampai sekarang tidak ada alat hukuman yang seperti ini! Semua orang yang melihatnya ada yang memuji ide pembuatan alat hukuman itu, ada yang diam-diam mengatakan alat hukuman tersebut mengerikan, ada yang diam-diam mengatakan cara hukuman demikian terlalu kejam, dan ada juga yang mengatakan Bao akan mendapatkan banyak masalah karenanya; masing-masing orang memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai hal ini. Setelah itu semua orang berpamitan kepada Bao yang kemudian mengantar mereka sampai ke pintu.

Setelah segala urusan pekerjaannya diselesaikan, Bao segera mengemas barang-barangnya untuk berangkat. Bao juga diam-diam menyuruh Tian Zhong mengadakan perjalanan bersama dengan Gongsun. Pada hari keberangkatan banyak para rekan kerja dan sanak keluarga yang mengucapkan salam perpisahan kepada Bao sampai jarak sepuluh li. Di tengah jalan Bao menyuruh para orang tua yang sebelumnya mengajukan petisi diam-diam mengikutinya menuju Chenzhou.

Hari itu Bao tiba di kota kecil bernama Sanxing (Tiga Bintang). Melihat bahwa keadaan di sana begitu tenang, Bao berpikir, "Pasti pejabat daerah di sini menjalankan tugasnya dengan baik." Tiba-tiba terdengar seseorang meneriakkan ketidakadilan, tetapi tidak ada orang yang terlihat. Bao Xing turun dari kudanya berusaha mencari dan mengikuti sumber suara tersebut. Ternyata di sisi jalan di bawah pohon dedalu terdapat seorang wanita yang berlutut sambil membawa sepucuk surat di atas kepalanya. Bao Xing mengambil surat itu dan memberikannya kepada Bao di dalam tandunya. Bao membaca surat tersebut dan berkata kepada wanita itu, "Dalam surat ini kamu mengatakan tidak ada orang lain di rumah, maka siapakah yang menulis surat ini?"

Wanita itu menjawab, "Sejak kecil hamba sering membaca kitab-kitab syair karena ayah dan kakak laki-laki saya memiliki gelar sarjana; suami hamba juga adalah seorang sarjana yang berhasil lulus ujian tingkat kabupaten. Oleh sebab itu, alat tulis dan tinta tidak pernah lepas dari tangan saya." Bao kemudian menyuruh membawakan kertas, kuas tulis dan batu tinta lalu menyuruh Bao Xing memberikannya kepada wanita itu agar ia menuliskan kembali sepucuk surat lain yang sama. Tanpa banyak berpikir, ia langsung menuliskan kembali sepucuk surat lain dan memberikannya kepada Bao. Setelah membacanya, Bao mengangguk beberapa kali dan berkata, "Pulanglah ke rumah dan tunggulah kabar dariku. Setelah tiba di kediaman pejabat daerah, aku akan menyelidiki kasus ini untukmu."

"Terima kasih, Tuan Langit Cerah!" kata wanita tersebut sambil bersujud satu kali. Bao segera naik ke tandunya dan pergi menuju kediaman pejabat daerah.

(Bersambung)

Catatan Kaki:

* Paviliun Longtu merupakan istana di ibukota Kaifeng yang menjadi bangunan bagi Akademi Hanlin (lihat catatan bagian 4) pada masa Dinasti Song.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun