Setibanya di Kaifeng, Gongsun memberikan penghormatan kepada Bao lalu melaporkan tentang penyelidikannya yang belum membuahkan hasil dan juga melaporkan kedatangan empat orang, Wang, Ma, Zhang, dan Zhao, dari bukit Tu Long yang ingin mengabdi kepada Bao. Selain itu, ia juga melaporkan bagaimana mereka menyelamatkan Tian Zhong di Kuil Dewa Besi dan menangkap para pendeta Taois yang jahat lalu menyerahkannya ke kantor kabupaten Xiang Fu. Dalam beberapa hari mereka akan dikawal ke kantor prefektur Kaifeng.
Setelah melaporkan semuanya, Gongsun segera berdiri dan berkata kepada Bao, "Saya akan pergi lagi menyelidiki kasus Liu." Ia mengundurkan diri dari hadapan Bao. Kemudian pelayan tiba membawa kotak obat dan papan nama yang dititipkan kepadanya. Gongsun berganti pakaian lalu keluar melalui pintu samping.
Setelah Bao melihat Gongsun pergi, ia menyuruh Bao Xing diam-diam membawa Tian Zhong ke ruang baca dan menanyainya tentang semua ketidakadilan yang dialaminya. Kemudian ia menyuruh para pelayan membawa Tian Zhong tinggal di kediaman para pelayan dan tidak boleh muncul di tempat-tempat umum agar tidak menimbulkan desas-desus yang bisa diketahui oleh keluarga Pang. Ia juga memerintahkan Bao Xing menyuruh keempat ksatria berdiam di penjara untuk menunggu perintah selanjutnya.
Gongsun meninggalkan kantor pemerintah menuju desa Qili dan sepanjang jalan mengadakan penyelidikan. Dalam hati ia berpikir, "Aku Gongsun Ce memang bernasib sial. Setelah berkali-kali gagal dalam ujian negara, aku beruntung bisa bertemu bhiksu Liao Ran yang memberikan surat rekomendasi ke kantor prefektur Kaifeng. Tetapi pada hari pertama di Kaifeng sudah bertemu dengan kasus yang pelik dan tidak tahu bagaimana bisa menyelesaikannya. Pasti keberuntunganku kurang baik sehingga segala sesuatu yang kukerjakan tidak lancar." Semakin ia berpikir, hatinya semakin kacau. Tak disadari ia telah melewati desa Qili. Tiba-tiba ia terpikirkan sesuatu dan berkata kepada dirinya sendiri, "Gongsun Ce, kamu begitu bodoh! Kamu dari tadi mengerjakan apa saja? Sudah berjalan sejauh ini, siapakah yang mengetahui jika kamu seorang tabib? Karena orang-orang tidak tahu kamu seorang tabib, bagaimana mungkin kamu dapat menyelidiki masalah ini? Benar-benar bodoh dan konyol!"
Sebelumnya Gongsun terlalu memikirkan satu hal sehingga lupa menggoyangkan lonceng kecil yang ia bawa. Kali ini ia teringat akan lonceng itu lalu segera menggoyangkan lonceng kecil itu sambil berseru, "Siapa pun yang mengalami sakit datanglah segera untuk disembuhkan; jangan banyak menunda. Memelihara penyakit seperti membesarkan macan; macan jika sudah besar bisa melukai orang. Jika terdapat penyakit-penyakit ganas yang sulit disembuhkan, dijamin pasti sembuh. Bagi orang miskin tidak perlu membayar."
Ketika sedang berseru demikian, kebetulan terdapat seorang wanita tua memanggil dari samping, "Ke sini, Tuan, ke sini." Gongsun pergi ke arah wanita itu dan berkata, "Ibu, anda memanggil saya?" "Benar, menantu perempuanku sedang sakit. Mohon Tuan agar bisa menyembuhkannya." "Jika demikian, antarkan saya ke rumah Ibu," kata Gongsun.
Tiba di rumahnya, wanita tua itu membuka pintu rumahnya yang terbuat dari kayu bakar. Mengangkat tirai dengan sebatang semak, ia menyuruh Gongsun masuk. Di dalam rumah itu terdapat tiga kamar dari jerami; satu tampak terang, dua lainnya gelap. Sang wanita tua mengangkat tirai kamar sebelah barat lalu mempersilakan Gongsun duduk di atas tempat tidur dari batu. Ia duduk kemudian meletakkan kotak obat dan papan namanya. Tampak wanita tua itu membawa sebuah kursi berkaki tiga dari dalam dan duduk menemani tamunya.
Wanita tua itu berkata, "Saya bermarga You, suamiku sudah lama meninggal dunia. Saya memiliki seorang anak laki-laki bernama Gou-er yang bekerja di rumah Tuan Tanah Chen Yingjie. Karena menantu perempuanku telah jatuh sakit selama setengah bulan, ia menjadi kurang bersemangat, tidak mau makan dan minum, dan juga mengalami demam tinggi pada malam hari. Silakan Tuan memeriksa denyut nadinya dan meresepkan obatnya."
Gongsun bertanya, "Menantu perempuan anda sekarang di mana?" "Di kamar sebelah timur. Tunggu sebentar, saya akan memanggilnya," kata sang wanita tua lalu ia pergi ke kamar sebelah timur. Terdengar ia berkata, "Menantuku, aku telah mengundang seorang tabib untukmu. Biarkan beliau memeriksa kamu; pasti kamu akan lekas sembuh." "Ibu, tidak perlu memanggil tabib juga tidak apa-apa karena aku tidak mengalami sakit parah. Selain itu, keluarga kita juga miskin, untuk apa menghabiskan uang dengan sia-sia?" kata sang menantu.
"Aiyo, menantuku! Kamu tidak mendengar Tuan itu berkata, 'Bagi orang miskin tidak perlu membayar.' Selain itu beliau juga berkata, 'Memelihara penyakit seperti membesarkan macan.' Anakku yang baik, biarkanlah beliau memeriksa kamu. Jika kamu cepat sembuh, ini juga membuat hati ibu lega. Ibu sangat bergantung padamu, sedangkan anak laki-laki sendiri tidak bisa diharapkan lagi," kata wanita tua itu. Setelah dibujuk demikian, menantu perempuannya berkata, "Ibu, biarlah Tuan itu masuk dan memeriksaku." "Jika saja anakku mendengar perkataanku. Kamu benar-benar seorang menantu yang berbakti," kata sang wanita tua.
Lalu ia menuju kamar sebelah barat dan mengundang Gongsun datang. Gongsun pun masuk ke kamar sebelah timur bersama wanita tua tersebut dan memeriksa denyut nadi sang menantu.