Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 8)

27 Februari 2018   13:38 Diperbarui: 30 Maret 2018   18:23 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Orang tua itu menjawab, "Hamba bernama Tian Zhong berasal dari Chenzhou. Putra Guru Besar Pang bernama Pang Yu, yang bergelar bangsawan An Le (Kedamaian dan Kebahagiaan), diperintahkan oleh kerajaan untuk memberikan bantuan untuk bencana kelaparan, tetapi ketika tiba di sana ia sama sekali tidak memberi bantuan bagi korban kelaparan, melainkan membangun sebuah taman di mana ia menculik dan melecehkan para wanita. Majikan saya bernama Tian Qiyuan dan istrinya bermarga Jin bernama Yuxian. Ketika ibu mertuanya sakit, Nyonya Jin pergi berikrar kepada para dewa memohon kesembuhan di kuil. Ketika ibu mertua sembuh, nyonya pergi ke kuil untuk memenuhi ikrarnya. Tak disangka nyonya terlihat oleh Pang Yu dan dibawa pergi dengan paksa. Ia juga memerintahkan agar tuan saya dipenjara di kantor kabupaten. Nyonya besar yang mendengar anaknya dipenjara meninggal karena ketakutan. Saya baru saja menguburkan jenazah nyonya besar. Saya berpikir karena masalah ini satu keluarga mengalami kemalangan, maka saya harus pergi ke ibukota melaporkan kasus ini. Karena ingin bergegas dalam perjalanan, saya melewatkan waktu untuk bermalam. Setelah waktu jaga keempat saya tiba di kuil ini dan bermaksud untuk beristirahat. Siapa sangka para pendeta Taois melihat barang bawaanku yang berat lalu ingin mencelakai diriku. Ketika mereka akan memukulku, tiba-tiba terdengar ada orang mengetuk pintu. Mereka pun segera mengikatku di bawah lonceng. Benar-benar pengalaman yang hampir membunuhku."

Ketika mereka sedang berbicara, tampak dari sisi lain seorang pendeta Taois mendongakkan kepala. Zhao segera bertindak dengan membuka kakinya menendang dan menjatuhkan si pengintai ke lantai. Ia mengepalkan tangannya di hadapan muka sang pendeta lalu berkata, "Jika kamu berteriak, aku akan memukulmu!" Pendeta Taois itu melihat sebuah palu besar dan tidak berani bersuara sedikit pun. Zhao kemudian mendorong dan menahannya di sisi lonceng.

Ternyata pendeta yang berwajah seram mengetahui temannya mengalami kesulitan. Saat melayani tamu dengan menuangkan teh, ia tidak melihat dua orang, Zhang dan Zhao, lalu menyuruh temannya memeriksanya ke belakang, tetapi temannya belum kembali juga. Ia pun menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Kemudian ia diam-diam keluar dari aula dan masuk ke kamarnya; dengan memakai jubah yang panjang, ia membawa sebilah pedang tajam yang berkilau di tangannya dan pergi menuju halaman belakang. Baru saja masuk pintu belakang, ia melihat orang tua itu telah dibebaskan dan Zhao menangkap temannya.

Dengan marah ia mengangkat pedangnya dan mengarahkannya ke Zhang Long, tetapi Zhang memiliki tangan yang cekatan dan mata yang tajam. Ia memiringkan badan menghindari tusukan itu lalu menggerakkan kakinya. Pendeta itu menghindari serangan itu lalu mengayunkan pedangnya ke hadapan Zhang untuk melukainya. Zhang sama sekali tidak bersenjata; ia sepenuhnya bergantung pada ketangkasan kuda-kuda dan kegesitan tubuhnya. Ia menundukkan kepala menghindari serangan pedang itu. Kemudian ia menepuk pedang itu dengan tangannya. Khawatir ada senjata yang disembunyikan, pendeta jahat itu segera bergerak ke samping. Saat itu Zhang di sebelah bawah menyapukan kakinya. Sesuatu yang berkilauan memutar dari tangan si pendeta, tetapi Zhang dapat menghindarinya. Ternyata di balik tangan pendeta itu tersembunyi sebilah pisau yang tajam. Tidak memiliki senjata sama sekali, Zhang merasa kewalahan. Ia berusaha bertahan beberapa lama, namun tampaknya sulit mengalahkan si pendeta.

Di saat genting, Wang Chao dan Ma Han yang melihat Zhang Long kewalahan menahan serangan pendeta itu datang. Wang langsung menyerang dengan mengangkat kaki kirinya. Ketika pendeta jahat itu menghindarinya, Ma menyerang punggungnya dengan tinjunya; si pendeta membungkukkan badannya ke belakang kemudian berbalik badan dan tangannya melempar sebilah pisau. Untungnya mata Ma tajam, ia menghindar ke samping. Pendeta itu kemudian berbalik menyerang Wang. Ketiga orang itu turun tangan sekaligus dan dengan susah payah bertahan terhadap serangan pisau dari musuh mereka.

Melihat si pendeta jahat menyerang dirinya, Wang segera memundurkan badannya menghindari serangan pisau tersebut saat jaraknya sudah sangat dekat. Melihat serangannya sia-sia, pendeta itu segera menjatuhkan tubuhnya ke samping, tetapi di belakang Zhang menendang ke arah punggung bagian bawahnya. Sang pendeta merasakan di belakangnya ada seseorang tetapi tidak sempat membalikkan badan ketika melihat bayangan musuh. Tubuhnya terjatuh ketika tendangan Zhang mengenai punggungnya. Zhang langsung mendaratkan tendangannya dengan sekuat tenaga ke arah wajah sang pendeta. Tubuh pendeta itu tidak dapat menahannya dan ia terguling-guling di atas lantai.

Zhao Hu yang melihatnya dari samping berseru, "Kakak Ketiga, kamu halangi pendeta Taois itu." Zhang pun berusaha menghalangi pendeta Taois itu. Zhao kemudian pergi ke pintu samping sebelah timur dan Zhang menyangka teman-temannya pasti pergi ke dalam hutan mengambil senjata mereka.

Tak lama kemudian Zhao muncul dari pintu samping sebelah barat. Zhang berpikir, "Ia tak mungkin secepat ini mengambil senjata. Ia pasti pergi ke belakang buang air." Tampak Zhao mencengkeram pendeta jahat itu dan tangan kirinya seakan-akan menggambar suatu bingkai kosong. Ia mengarahkan tangan kanannya pada wajah si pendeta sambil berkata, "Pendeta jahat! Lihatlah mustika ajaibku menangkapmu." Ia melemparkan suatu kabut putih dan mengenai wajah pendeta itu. Seketika mata pendeta itu tidak dapat melihat, mulut dan hidungnya tidak bisa menghirup udara, napasnya terasa sesak. Ma Han menendang perut si pendeta sehingga ia terjatuh. Ia bermaksud melemparkan pisaunya, tetapi Zhao bergerak selangkah lebih cepat dan menggunakan lututnya menekan dada si pendeta. Tangan kirinya menahan lengan si pendeta di belakang punggungnya. Ia menggoyang-goyangkan lengan baju tangan kanannya ke arah wajah si pendeta.

Ternyata sebelumnya Zhao pergi ke aula depan mengambil abu dupa dari dalam tempat pembakaran dupa lalu memasukkannya ke lengan bajunya. Ia berseru dengan keras, "Penjahat, kamu menggosok-gosokkan matamu juga tidak akan bisa mengeluarkan debunya." Apalagi abu satu tempat pembakaran dupa, sang pendeta bagaimana mungkin dapat bertahan. Empat sekawan itu bersama-sama mengikat kedua pendeta jahat tersebut. Mereka kemudian bersiap-siap pergi ke kabupaten Xiang Fu karena ini adalah urusan kabupaten Xiang Fu. Dari kabupaten kedua pendeta jahat itu akan dikawal menuju prefektur. Di sana mereka akan diadili dengan tuntutan perampokan dan upaya pembunuhan.

Ketika mencari di aula utama untuk menemukan sosok wanita sebelumnya, keempat orang itu tidak menemukan siapa pun. Kemudian mereka mencari ke dalam aula samping. Ternyata di aula Bodhisattva terdapat patung Buddha berjubah merah. Akhirnya mereka mengetahui wanita berpakaian merah tak lain adalah perwujudan Bodhisattva untuk membebaskan Tian Zhong dan menghukum para pendeta jahat itu.

Saat itu Gongsun Ce telah memanggil para pelayan dari dalam hutan untuk menangkap kedua pendeta itu. Ia menyuruh empat orang pelayan membawa para penjahat itu ke kantor kabupaten. Dengan segera kantor kabupaten Xiang Fu melaporkannya ke prefektur. Kemudian Gongsun dan keempat ksatria membawa Tian Zhong bersama-sama meninggalkan kuil tersebut dan segera menuju Kaifeng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun