Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 7)

15 Februari 2018   23:54 Diperbarui: 16 Februari 2018   17:26 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KISAH HAKIM BAO DAN PARA PENDEKAR PENEGAK KEADILAN

BAGIAN 7 - BAO MENIKAH DENGAN NONA LI, GONGSUN CE DIAM-DIAM MENYELIDIKI PELAKU KEJAHATAN

Demikianlah Bao Xing menjalankan perintah Bao Zheng untuk mengirimkan surat kepada keluarganya lalu pergi ke desa Yinyi. Hari itu Bao Xing kembali dan memberikan penghormatan kepada Bao lalu menyampaikan kabar dari keluarganya: “Tuan Besar dan Nyonya Besar sangat sehat. Mendengar Tuan menjadi prefek, mereka sangat gembira dan memberikanku lima puluh uang perak. Saya juga bertemu dengan Tuan Pertama dan Kakak Ipar Pertama yang sangat gembira mendengar kabar ini; mereka juga memberikanku tiga puluh uang perak. Selain itu, Kakak Ipar Pertama juga memberikan sebuah bungkusan kecil dan menyuruhku baik-baik menjaganya; setelah sampai di ibukota harus menyerahkannya kepada Tuan. Ketika menerimanya, walaupun beratnya hanya beberapa liang, saya tidak tahu benda apakah itu dan merasa takut barang tersebut terjatuh di jalan. Melihat saya khawatir, Kakak Ipar Pertama memberitahuku di dalam bungkusan itu adalah cermin kuno yang dulu Tuan temukan di dalam sumur. Karena cermin itu memancarkan cahaya yang cemerlang, Kakak Ipar Pertama menggantungnya di dalam rumah. Suatu hari pelayan Kakak Ipar Kedua Qiu Xiang berjalan melewati pintu rumah Kakak Ipar Pertama dan jatuh terpeleset. Kepalanya terluka dan ia berjalan masuk rumah di mana cermin tersebut tergantung. Siapa sangka darahnya mengenai permukaan cermin dan tiba-tiba kabut muncul dari sana. Qiu Xiang berteriak dan berlari ke rumah Kakak Ipar Kedua. Tak disangka di dalam rumah itu ia mencungkil mata kanannya keluar. Sejak saat itu ia menjadi gila dan sampai saat ini dikurung dalam kamar seperti kerasukan siluman. Kakak Ipar Kedua sedang menderita sakit dan dalam perawatan tabib; sampai sekarang belum sembuh juga. Saya menemui Tuan Kedua yang sedang tidak bersemangat dan tertekan; ia memberikanku tiga uang perak.”

Kemudian Bao Xing menyerahkan bungkusan tersebut kepada tuannya, tetapi Bao sama sekali tidak melihat isinya dan menyuruh agar menyimpannya baik-baik. Bao Xing juga berkata, “Saya juga mengunjungi Guru Ning dan beliau sangat bergembira mendengar kabar Tuan. Beliau berpesan agar Tuan dengan baik menjalankan tugas, setia mengabdi kepada kerajaan, dan juga memberikan beberapa nasihat yang baik untuk saya. Setelah tinggal di rumah satu hari, saya pergi ke desa Yinyi dan menyampaikan kabar baik dan surat dari Tuan. Tuan Li sangat gembira dan menyetujui untuk segera mengirim Nona Li datang menikah dengan Tuan. Ia memberikanku sekeping emas, dua pasang pakaian, dan sepucuk surat balasan.” Lalu ia menyerahkan surat itu kepada Bao. Membaca surat tersebut, Bao menerima kabar bahwa Nyonya Zhang, istri Tuan Li, akan datang bersama Nona Li dalam bulan ini ke ibukota. Maka ia segera mempersiapkan kediamannya dan menyuruh orang-orang menyambut kedatangan mereka. Kemudian ia menyuruh Bao Xing beristirahat agar besok bisa mempersiapkan pernikahannya.

Beberapa hari kemudian, seperti yang diharapkan, Nyonya Zhang tiba membawa Nona Li. Semua urusan hari pernikahan telah dipersiapkan oleh Bao Xing dengan baik. Pada hari yang berbahagia itu banyak pejabat datang memberikan ucapan selamat kepada Bao dan istrinya.

Setelah hari pernikahannya, Bao melihat bahwa Nona Li berpembawaan tenang dan damai, perilakunya bermartabat dan benar-benar mencerminkan seorang putri dari keluarga terpandang. Selain itu, di antara barang-barang pengantin wanita terdapat sebuah benda berharga bernama “Pot Kuno dan Modern” yang di atasnya terdapat dua lubang menyimbolkan Yin dan Yang dan merupakan benda yang langka. Namun Bao tidak memperhatikan benda tersebut. Setelah tiga bulan berlalu Nyonya Zhang pulang ke rumahnya. Sebelum pergi, ia menyuruh seorang pelayan mudanya bernama Li Cai untuk tinggal dan melayani Bao seperti halnya yang dilakukan pelayan setia Bao Xing.

Suatu hari Bao sedang duduk membuat laporan di ruang sidang. Tiba-tiba seorang laki-laki berusia kurang lebih lima puluh tahun mengadukan ketidakadilan. Bao segera menyuruh orang itu masuk dan bertanya, “Siapakah namamu? Apakah ketidakadilan yang kamu alami? Katakanlah.”

Orang itu berlutut dan berkata, “Hamba bermarga Zhang bernama Zhiren, tinggal di desa Qili, dan memiliki seorang adik satu marga bernama Zhang Youdao yang berjualan barang kebutuhan sehari-hari dan tinggal tidak lebih dari beberapa li jauhnya dari tempat tinggal hamba. Suatu hari hamba mengunjungi rumah adik hamba itu, tetapi tak disangka ia sudah meninggal tiga hari yang lalu. Hamba bertanya kepada istrinya bernama Liu, penyakit apakah yang diderita Zhang Youdao dan kenapa tidak mengirimkan surat untuk mengabarkan kematiannya. Liu menjawab suaminya meninggal karena sakit jantung. Karena di rumah tidak ada orang, ia tidak dapat mengirimkan surat. Hamba mengetahui sebab kematiannya tidak jelas lalu melaporkan ke kantor kabupaten Xiangfu dan memohon agar peti jenazahnya dibuka untuk diselidiki sebab kematiannya. Pejabat kabupaten mengabulkan permohonan hamba. Ketika peti jenazah dibuka untuk diperiksa, ternyata tidak ada bekas luka pada jenazahnya. Kemudian Liu menuduh hamba berbuat salah terhadapnya. Pejabat kabupaten menghukum hamba dengan dua puluh pukulan dan meminta uang jaminan agar dapat pulang ke rumah. Semakin hamba memikirkan hal ini semakin hamba mencurigai kematian Zhang Youdao. Tidak ada pilihan selain hamba datang ke hadapan Tuan. Mohon Tuan Langit Cerah memberikan hamba keadilan.” Setelah berkata demikian, ia menangis dan menjatuhkan diri di atas lantai.

Bao bertanya, “Adik kamu apakah memiliki riwayat suatu penyakit?” Zhang Zhiren menjawab, “Sama sekali tidak ada.” “Berapa lama sudah kamu tidak bertemu Zhang Youdao lagi?” “Hubungan hamba dan adik hamba sangat baik. Hamba sering berkunjung ke rumahnya dan ia juga sering berkunjung ke rumah hamba. Lima hari sebelumnya ia datang ke rumah hamba. Karena ia tidak datang lagi lima atau enam hari kemudian, hamba mencarinya ke rumahnya. Siapa sangka tiga hari yang lalu ia meninggal dunia.”

Bao berpikir, “Jika lima hari yang lalu ia datang ke rumah adiknya kemudian adiknya enam hari tidak berkunjung dan tiga hari yang lalu meninggal dunia, maka ada jeda waktu satu atau dua hari. Ini pasti ada sebabnya.” Kemudian ia mengabulkan dakwaan tersebut dan membuat surat untuk memanggil Liu ke pengadilan. Lalu ia menutup persidangan untuk sementara dan masuk ke ruang baca untuk memeriksa laporan kasus itu dengan seksama, namun ia sangat bingung.

Saat itu Bao Xing dan Li Cai sedang berdiri di kedua sisi menemani tuan mereka. Tiba-tiba mereka mendengar suara langkah kaki dan Bao Xing segera keluar menyambut orang tersebut yang ternyata adalah seorang petugas yang membawa sepucuk surat di tangannya. Petugas itu berkata, “Di luar ada seorang sarjana ingin bertemu Tuan dan ini adalah surat dari bhiksu Liao Ran.” Bao Xing mengambil surat itu dan memberikannya kepada tuannya. Bao yang sangat menghormati bhiksu Liao Ran segera membuka surat tersebut. Ternyata ini adalah surat rekomendasi yang mengatakan orang yang berada di luar tersebut memiliki pengetahuan dan perilaku moral yang baik. Setelah membacanya, Bao menyuruh Bao Xing mempersilakan orang itu masuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun