Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 4)

24 Juli 2016   09:32 Diperbarui: 11 Februari 2018   09:22 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KISAH HAKIM BAO DAN PARA PENDEKAR PENEGAK KEADILAN

BAGIAN 4 – BAO WENZHENG MENGIKAT JANJI PERNIKAHAN DAN MENJADI PEJABAT DI DINGYUAN

Bao Xing melihat pengumuman itu dan mendapatkan ide. Ia bertanya kepada orang di sampingnya, “Desa Yinyi ini dari sini berapa jauh?” Orang itu menjawab, “Hanya tiga li dari sini. Kamu bertanya untuk apa?”

Bao Xing menjawab, “Tidak bermaksud menyembunyikan kebenaran dari kalian, tetapi tuan muda keluarga kami memiliki kemampuan mengusir roh jahat, menaklukkan segala jenis siluman, dan bisa menyembuhkan orang. Hanya satu hal, kami orang dari luar desa, tuan muda keluarga kami walaupun memiliki kemampuan luar biasa, tetapi tidak berani menunjukkan diri, takut menyebabkan desas-desus dalam masyarakat. Juga tidak mudah mengusir siluman, orang harus datang memohon dengan tulus. Tuan muda pasti mengatakan tidak bisa mengusir siluman. Semakin mengatakan tidak bisa semakin orang itu harus memohon. Beliau ingin mengetahui apakah orang tersebut benar-benar tulus. Jika orang itu memohon dengan tulus, maka beliau akan menyetujuinya.”

Orang itu setelah mendengar hal ini berkata, “Ini apa sulitnya. Sepanjang tuan muda keluarga kalian menyetujui, masuk ke dalam air panas dan melewati api aku pun mau.” Bao Xing berkata, “Jika demikian, tidak perlu banyak bicara lagi. Kamu lepaskan pengumuman ini, ikut aku pergi.”

Keramaian orang mendengar ada yang dapat mengusir siluman, tidak tahan ingin melihat. Tidak sedikit orang yang mengikuti mereka dari belakang.

Bao Xing membawa orang itu ke pintu gerbang toko dan berkata kepada semua orang, “Teman-teman sesama penduduk desa, jika tuan muda keluarga kami tidak menyetujui, pada waktu akan pergi, harap tuan-tuan dan nona menghalangi.” Orang itu juga berkata kepada semua orang, “Merepotkan teman-teman sekalian, jika guru tidak menyetujui, mohon bantuannya.”

Bao Xing menyuruh penjaga pintu gerbang menghadang dengan kuat. Setelah masuk ke dalam rumah makan, ia berkata lagi kepada orang itu, “Kamu pergi dulu ke kasir mempersiapkan uang untuk kami, untuk menghindari bolak-balik yang bisa menunda waktu.” Orang itu berkata, “Baik.”

Sampai di kasir, ketika melihatnya kasir mengangkat tangannya memberi salam dan berkata, “Paman kedua Li silahkan, sudah lama tidak datang ke toko kecil ini.” Siapa sangka orang itu bermarga Li bernama Bao, seorang pengurus di rumah Tuan Li.

Li Bao segera menjawab, “Mohon bantuannya, di lantai atas  terdapat tuan muda orang itu. Tuan itu makan berapa banyak, masukkan dalam tagihan saya.” Penjaga toko itu langsung diam-diam memberitahukan pelayan. Bao Xing bersama dengan Li Bao berjalan sampai di tangga. Ia menyuruh Li Bao setelah mendengar suara batuk segera naik ke atas untuk memohon. Li Bao menyetujui dan Bao Xing segera naik ke atas.

Ternyata Bao Zheng di atas sudah menunggu dengan hati yang kesal. Matanya menatap tajam, tetapi tidak juga melihat Bao Xing pulang. Pikirannya melayang ke mana-mana. Sebelumnya ia berpikir bertemu dengan paman Bao Xing pasti banyak merepotkannya. Mungkin Bao Xing gagal mendapatkan pinjaman dan merasa malu menemui dirinya. Kemudian ia berpikir, “Tidak pernah mendengar ia memiliki keluarga di sini. Jangan-jangan ia tidak bisa mendapatkan biaya perjalanan sama sekali, diam-diam melarikan diri? Atau mungkin ia karena masih muda, salah mengambil jalan. Ini juga tidak dapat diketahui.”

Ketika Bao Zheng sedang khawatir, terlihat Bao Xing datang dari bawah sambil tersenyum. Bao Zheng dengan marah berkata, “Dasar anjing, kamu pergi ke mana? Menyuruhku menunggu di sini!” Bao Xing dengan pelan-pelan menjelaskan, “Saya tidak dapat menemukan paman saya, tetapi sekarang memiliki suatu rencana....” Kemudian menceritakan tentang nona dari keluarga Li dari desa Yinyi yang dirasuki siluman dan meminta orang menangkap siluman itu dengan berkata, “Sekarang memohon tuan muda pergi melakukannya.”

Bao Zheng sangat marah dan berkata, “Kamu dasar anjing!” Bao Xing tidak dapat menjelaskan lagi dan berulang kali terbatuk-batuk. Terlihat Li Bao datang ke lantai atas, berlutut di hadapan Bao Zheng, dan berkata, “Tuan muda, nama saya Li Bao, atas perintah nyonya Li, memohon agar tuan menyelamatkan nona. Baru saja saya bertemu dengan pelayan tuan yang mengatakan kemampuan tuan yang hebat, kekuatan gaib yang tidak terbatas, sehingga memohon agar tuan menyelamatkan nona muda keluarga kami.” Setelah berkata demikian, bersujud dengan kepala sampai ke tanah dan tidak mau berdiri.

Bao Zheng berkata, “Pengurus rumah jangan mendengarkan perkataan pelayan saya. Saya tidak bisa menangkap siluman.” Bao Xing langsung menyela, “Tuan muda, tuan perhatikan sedikit ketulusannya, sangat menyedihkan. Tidak ada pilihan lain, tuan muda mohon berbelas kasih.”

Kedua mata Bao Zheng menatap Bao Xing dan berkata, “Dasar anjing, kamu menyebarkan berita bohong!” dan berkata kepada Li Bao, “Pengurus rumah berdirilah. Saya masih harus melanjutkan perjalanan. Saya tidak bisa menangkap siluman.”

Li Bao bagaimana pun tidak bisa membiarkan Bao Zheng pergi dan berkata, “Tuan muda sekarang jangan pergi dulu. Saya telah memohon kepada teman-teman sesama penduduk desa di lantai bawah untuk membantu saya menghalangi tuan. Lebih lanjut, teman-teman mengetahui bahwa tuan adalah seorang pendeta. Jika tuan pergi, dan hal ini diketahui oleh nyonya saya, saya benar-benar akan dipersalahkan.”

Setelah berkata demikian, Li Bao berulang kali bersujud. Bao Zheng tidak hanya kesal, tetapi juga diam-diam memarahi Bao Xing. Berulang kali ia berpikir, “Masalah ini tidak masuk akal, bagaimana bisa ada siluman. Saya menggunakan beberapa cara untuk menangkap siluman, mengikutinya untuk melihat terlebih dahulu, lalu memikirkan cara meloloskan diri.” Setelah berpikir demikian, ia berkata kepada Li Bao, “Saya tidak bisa menangkap siluman, juga tidak percaya siluman. Namun demikian, saya ikut kamu pergi melihat dulu.”

Li Bao mendengar hal ini, merasa gembira, memberikan penghormatan, berdiri, lalu maju menunjukkan jalan. Bao Zheng turun ke lantai bawah dan melihat pintu toko ramai dengan orang-orang yang ingin melihat dirinya. Li Bao melihat orang-orang itu dan berkata, “Terima kasih, teman-teman sekalian. Melihat ketulusan saya, tuan sudah menyetujuinya. Teman-teman tidak perlu berusah payah menghalangi. Mohon teman-teman membuka jalan. Kalian telah banyak membantu.”

Setelah berkata demikian, Li Bao mengangkat tangan memberi penghormatan. Semua orang menghindar ke dua sisi memberi jalan di tengah. Li Bao memandu jalan, Bao Zheng mengikuti, dengan Bao Xing di belakang mereka. Orang-orang yang menyaksikan hal itu memberikan pujian dengan berseru, “Penampilannya baik! Pembawaannya baik! Tidak mengherankan memiliki kemampuan gaib. Pembawaannya yang jujur ini juga bisa menolak siluman.” Mereka bertiga berjalan sampai desa Yinyi. Tak beberapa lama telah tiba di depan pintu gerbang desa. Li Bao masuk dulu untuk pergi melaporkan kepada tuannya.

Sesungguhnya Tuan Li ini bukan orang lain, ia adalah Li Wen Ye, seorang pejabat tinggi di Kementerian Kepegawaian*. Setelah tua ia mengundurkan diri dan mendirikan desa Yinyi ini. Istrinya bermarga Zhang. Mereka tidak memiliki anak laki-laki, tetapi melahirkan seorang anak perempuan. Ketika berjalan di kebun, Nona Li kerasukan siluman. Sebelumnya mereka tidak mengizinkan untuk memberitahukan hal ini ke orang-orang. Namun hati sang istri sangat mencintai anak gadisnya dan secara khusus mengutus Li Bao ke berbagai tempat untuk mencari guru yang bisa mengusir siluman. Tuan Li pun mau tidak mau menyetujui. Sekarang mereka berdua sedang berada di kamar membicarakan penyakit nona Li. Li Bao datang menemui mereka dengan berkata, “Saya mengundang seorang guru, yang adalah seorang sarjana muda.” Tuan Li dalam hati berpikir, “Karena seorang sarjana, hanya mempelajari kitab-kitab kebijaksanaan, bagaimana bisa memiliki kemampuan mengurus hal-hal gaib. Aku akan keluar mencari tahu hal ini.” Kemudian ia menyuruh Li Bao mempersilahkan Bao masuk ke ruang baca.

Li Bao pergi ke pintu masuk desa dan memanggil Bao bersama pelayannya masuk ke ruang baca. Sambil menawarkan teh, ia berkata, “Tuan rumah ingin bertemu dengan anda.” Bao Zheng langsung berdiri. Dari luar datanglah seseorang berusia lima puluh tahun berdasarkan rambut dan jenggotnya, tetapi wajahnya tampak masih muda.

Bao Zheng maju ke depan memberikan penghormatan dengan berkata, “Saya memberi hormat kepada tuan.” Tuan Li melihat pembawaan Bao luar biasa, penampilannya yang jujur dan menakjubkan, langsung membalas salam itu dan mempersilahkannya duduk. Ia bertanya, “Siapakah nama anda? Di manakah anda tinggal? Mengapa anda datang ke rumah saya?”

Bao menceritakan bagaimana ia dalam perjalanan ke ibukota untuk mengikuti ujian negara bertemu dengan bencana dan tidak dapat menghindar. Tuan Li setelah mendengarnya mengetahui ternyata ia adalah seorang sarjana yang bertemu kesialan. Ia berkata dalam hati, “Kamu lihat ia berbicara jujur, sesungguhnya ia orang yang setia, tetapi tidak tahu bagaimana pengetahuannya.” Kemudian Tuan Li memastikan dengan menanyakan tentang beberapa bahan pelajaran. Bao Zheng yang ditanya satu hal dapat menjawab sepuluh hal, menunjukkan bahwa ia sarjana yang berpengetahuan dari keluarga yang terpandang. Tuan Li sangat gembira dan diam-diam berkata dalam hati, “Melihat pemuda ini pembawaannya luar biasa, juga memiliki pengetahuan yang demikian, kelak pasti karakternya di atas orang-orang.”

Setelah berbincang-bincang tak lama, ia meninggalkan sementara Bao Zheng, dan memerintahkan Li Bao: “Baik-baiklah melayani tuan muda Bao, jangan lalai. Setelah malam biarkan mereka tidur di ruang baca saja.” Setelah berkata demikian, ia pergi masuk ke dalam kamarnya. Semua masalah tentang menangkap siluman sepatah kata pun tidak dibicarakan.

Tak disangka orang suruhan Nyonya Li diam-diam memberitahukan Li Bao agar meminta Bao Zheng masuk ke dalam kamar Nona Li guna menangkap siluman. Saat ini Nona Li sudah dipindahkan ke kamar Nyonya Li.

Li Bao bertanya, “Tuan muda menggunakan barang apa? Segera dipersiapkan saja.” Bao Xing menjawab, “Menggunakan tiga buah meja dan sebuah kursi, meja dan kursi itu diatur secara melingkar, di dalam kamar nona untuk membuat altar. Juga menggunakan batu cinnabar (merkuri sulfida), alat tulis baru, kertas kuning, pedang bermata ganda, tempat dupa, tempat lilin, semuanya harus yang bersih. Tunggu tuan muda saya menentukan sisanya. Kami berdua akan naik ke atas altar.”

Li Bao mengiyakan dan segera pergi. Tak lama kemudian, ia kembali dan memberitahukan Bao Xing: “Semuanya telah dipersiapkan.” Bao Xing berkata, “Jika semua sudah siap, perintahkan mereka pergi ke kamar Nona Li. Kalian semua membantu saya mendirikan altar.” Li Bao menyuruh orang mengangkat meja dan memindahkan kursi, sedangkan peralatan lainnya semuanya dibawanya sendiri. Ia mempersilahkan Bao Xing bersama-sama menuju kamar Nona Li.

Tercium aroma wangi di dalam kamar, di tengah ruangan telah tersedia dua buah meja, kemudian sebuah meja diletakkan di depan meja lain dan kursi diletakkan di depan meja. Setelah meja dan kursi disusun melingkar, kemudian mereka menyusun tempat dupa dan tempat lilin serta meletakkan barang-barang seperti batu tinta, alat tulis, kertas, dan pedang bermata ganda di atas altar. Setelah mempersiapkan peralatan, Bao Xing bersama dengan Li Bao keluar dari kamar nona dan segera pergi ke ruang belajar. Ia menyuruh Li Bao tidak pergi jauh dan menunggu dipanggil, baru segera datang. Li Bao mengiyakan.

Bao Xing langsung masuk ruang belajar. Saat itu waktu jaga pertama (sekitar jam 7-9 malam). Siapa sangka Bao Zheng merasa kelelahan setelah semalaman mengadakan perjalanan jauh, walaupun tidak berbaring dengan tenang, ia pun tertidur. Bao Xing melihat hal tersebut dan berkata, “Tuan muda kami setelah makan kenyang langsung tertidur, tidak malu makan dan tinggal di sini.”

Ia mendekati Bao Zheng dan memanggil, “Tuan muda.” Bao Zheng terbangun dan berkata, “Kamu datang tepat waktu, sekarang cepat pergi tidur.” Bao Xing berkata, “Tuan bagaimana mau tidur? Kita bukankah datang untuk menangkap siluman?”

Bao Zheng menjawab, “Dasar anjing, itu bukankah kamu yang mengaturnya! Saya tidak bisa menangkap siluman.” Bao Xing berkata, “Tuan pikir-pikir dulu, saya sudah menghabiskan banyak biaya mencarikan tuan tempat menginap ini, juga bisa makan makanan enak dan minum arak bagus di sini. Setelah makan dan minum, langsung mau tidur, maka orang-orang akan mengatakan ‘Mendapatkan kebaikan yang tidak layak, makan tidur tidak tenang’. Tuan bagaimana bisa langsung pergi? Kita kenapa tidak pergi ke kamar nona melihat dulu? Ini bergantung pada pembawaan tuan. Jika bisa menaklukkan siluman itu, bukankah ini akan memuaskan kedua belah pihak?”

Apa yang dikatakan Bao Xing ini menggerakkan hati Bao Zheng. Selain itu ia sendiri juga tidak percaya siluman dan ingin melihat-lihat. Ia akhirnya berkata, “Baiklah, mengikuti kekacauan yang kamu sudah lakukan saja.” Bao Xing melihat Bao Zheng bangkit, segera berseru, “Cepat nyalakan pelita!” Terdengar dari luar suara keras menjawab, “Sudah siap!”

Bao Zheng keluar dari ruang belajar. Li Bao membawa pelita di depan memandu jalan. Mereka masuk kamar nona melihat lilin sudah menyala dengan mengagumkan, meja dan kursi telah dipersiapkan dan disusun rapi. Dalam hati Bao Zheng mengetahui ini adalah perbuatan Bao Xing. Ia melangkah ke dalam kamar dan mendengar Bao Xing memerintahkan Li Bao dengan berkata, “Semua orang yang tidak berkepentingan harap mundur agar tidak ada orang yang mengintip.” Li Bao pun mengundurkan diri keluar.

Bao Xing mengambil dupa, membakarnya, lalu bersujud tiga kali. Bao Zheng diam-diam tersenyum kecil, ketika melihat Bao Xing naik ke atas meja tinggi, mengambil batu cinnabar, mencelupkan alat tulis, menulis di atas kertas kuning. Menulis sebentar, ia merasakan pergelangan tangan bergerak sendiri, seakan-akan ada orang yang menggerakkannya. Ketika diri sendiri melihat, pada kertas tertulis: “Tidak baik, tidak baik! Harus dipukul, harus dipukul!” Bao Xing dalam hati ketakutan, setelah membakar kertas itu dengan nyala lilin, segera menuruni altar.

Ia melihat Bao Zheng duduk di samping. Bao Xing maju ke hadapannya berkata, “Tuan daripada duduk di sini, mengapa tidak duduk di atas meja saja?” Bao Zheng mau tidak mau berdiri dan duduk di atas altar; ia melihat di atas meja terdapat sebilah pedang bermata ganda, juga terdapat batu cinnabar, kertas kuning, alat tulis, batu tinta. Bao Zheng dalam hati menertawakan dan berpikir, “Ia repot-repot mau mempersiapkan hal ini.” Ia mengangkat alat tulis, mencelupkannya ke dalam batu cinnabar, menguaskannya ke kertas kuning, tanpa sadar pergelangan tangannya bergerak sendiri, dengan mudah menuliskan sesuatu. Ketika ia ingin melihat kertas itu, terdengar dari luar ada suara orang terkejut dan ada sesuatu terjatuh.

Bao Zheng segera turun dari altar membawa pedang bermata dua. Ketika keluar dari kamar, ternyata Li Bao berada di depan pintu kamar. Terlihat ia ketakutan dan berkata, “Tuan membuatku ketakutan setengah mati. Baru saja dari dalam tampak sekilas cahaya putih yang menerobos keluar dari pintu. Saya ketika melihatnya, ketakutan dan terjatuh.”

Bao Zheng kebingungan. Ia masuk ke dalam kamar, tetapi tidak dapat menemukan Bao Xing. Ketika mencari bersama dengan Li Bao, terlihat Bao Xing sedang bersembunyi di bawah meja. Melihat ada orang masuk, Bao Xing memberanikan diri keluar dan berkata,”Memberitahukan kalian, cara tuan muda kami tidak boleh dilihat, makanya saya bersembunyi di bawah meja. Kalian kenapa tidak mematuhi perintah? Untungnya kemampuan gaib tuan kami tidak terbatas.” Bao Xing berbohong seakan-akan benar-benar terjadi, ini adalah kepandaiannya berimprovisasi.

Li Bao berkata, “Karena tuan dan nyonya kami mengkhawatirkan tuan muda bekerja malam-malam, menyuruh saya datang melihat agar meminta tuan segera tidur.” Bao Zheng setelah mendengarnya menyuruh Bao Xing membawa lentera meninggalkan kamar.

Li Bao menyuruh orang membereskan altar dan menemukan tulisan kaligrafi dari cinnabar pada kertas kuning. Ia menyangka itu jimat perlindungan yang ditinggalkan Bao Zheng. Membawa pedang bermata ganda, ia berbalik menuju ruang utama dan berkata, “Tuan muda Bao sudah pergi tidur, ini pedang bermata ganda, juga ada jimat, yang diberikan kepada kita.” Seorang pelayan wanita menerimanya.

Li Bao baru saja bermaksud berbalik arah, tiba-tiba terdengar Tuan Li berkata, “Qie Zhu, bawa perlihatkan kepada saya.” Pelayan wanita itu memberikan kertas kuning berisi tulisan kaligrafi itu. Tuan Li menggunakan pelita membacanya. Itu ternyata bukan jimat, tetapi sebuah syair berbunyi: “Menghindari bencana di gunung menerima banyak kebaikan, kue untuk berbuat kejahatan dijatuhkan ke tanah. Menyelamatkan tuan ketika mencari penjepit rambut di dasar sumur, tiga kali membalas budi dengan mengadakan pernikahan.” Tuan Li membaca dengan seksama syair yang menyiratkan suatu kejadian pada masa lampau ini, tetapi tidak dapat memahaminya. Ia menyuruh Li Bao menanyakan kepada Bao Xing tentang kejadian tersebut dan juga menanyakan apakah Bao sudah menikah. Li Bao menerima perintah itu.

Mengapa Tuan Li ingin mengetahui hal ini? Karena kemarin setelah bertemu dengan Bao Zheng di ruang belajar, kembali ke rumah dan menemui nyonya. Ia memuji Bao Zheng dengan berkata, “Bao Zheng kepribadiannya baik, pengetahuan baik, kelak kemampuannya tidak terbatas.” Nyonya Zhang berkata, “Jika demikian, jika ia berhasil menyembuhkan anak kita, kenapa tidak menikahkan anak kita dengannya?”

Tuan Li berkata, “Istriku, ini juga maksudku. Lihat bagaimana penyakit anak kita, baru membicarakannya lagi.” Oleh sebab itu, pasangan suami istri itu mengkhawatirkan hal ini. Setelah mendengar Li Bao mengatakan mereka berdua masih di atas altar menangkap siluman, tidak berani mengganggu dan menyuruh mereka tidur lebih awal. Ketika hari sudah larut malam, mereka berdua juga belum tidur, maka menyuruh Li Bao pergi melihat. Ternyata Li Bao kembali membawa kertas berisi tulisan itu, oleh sebabnya menyuruhnya bertanya.

Keesokan harinya, penyakit nona Li mereda dan berangsur-angsur sembuh. Ini sungguh menakjubkan. Tuan dan nyonya Li sangat bergembira. Segera setelah mandi, Li Bao datang dan berkata, “Kemarin malam bertanya kepada Bao Xing. Ia mengatakan kejadian masa lampau dalam tulisan kaligrafi itu sesungguhnya adalah tuan mudanya sejak kecil bertemu dengan ketidakberuntungan, tetapi setiap kali ketidakberuntungan itu berubah menjadi keberuntungan dan tidak terbunuh. Lebih lanjut menanyakan, ternyata tuan muda Bao masih belum menikah.”

Mendengar hal ini, Tuan Li dalam hati bergembira, memahami ini adalah siluman rubah yang membalas budi, dengan mengatur suatu ikatan pernikahan yang baik ini. Ia merapikan pakaiannya dan pergi ke ruang belajar. Li Bao menyampaikan kedatangan Tuan Li, Bao Zheng keluar menyambutnya. Tuan Li tersenyum berkata, “Putriku berterima kasih telah diselamatkan tuan muda. Sekarang penyakitnya sudah sembuh. Ini benar-benar menakjubkan. Saya tidak memiliki anak laki-laki, hanya seorang anak perempuan, yang masih belum menikah dan bermaksud menikahkan anak kami dengan tuan muda. Tidak tahu bagaimana pendapat tuan muda?” Bao Zheng menjawab, “Masalah ini saya tidak berani memutuskan sendiri, tetapi harus memberitahukan kepada orang tua dan kakak serta kakak ipar, baru kemudian memutuskan pernikahan ini.”

Tuan Li mendengar Bao tidak berani menyetujui. Ia tersenyum lalu dari kantong lengan bajunya mengeluarkan selembar kertas kuning dan memberikannya kepada Bao dengan berkata, “Tuan muda lihat tulisan ini. Tuan tidak perlu mengelak lagi.” Bao Zheng melihat sejenak lalu muka memerah dan marah. Ia dalam hati berpikir, “Tadi malam aku teralihkan, siapakah yang menuliskan tulisan ini?” kemudian berpikir lagi, “Dulu sewaktu kecil di gunung bertemu hujan, pernah bertemu dengan seorang gadis yang tak lain adalah siluman rubah yang sedang menghindari bencana. Tak disangka ia berkali-kali menyelamatkanku dan ingin membalas budi.”

Bao Xing berada di sampingnya, tidak tahan ingin menyetujui hal ini, tetapi tidak berani menyela pembicaraan. Tuan Li melihat Bao Zheng berguman tidak berbicara apa pun, maka berkata, “Tuan muda tidak perlu bergumam. Menurut saya ini bukan ulah siluman, tetapi sesungguhnya tuan muda telah mengikat jodoh dengan datang ke sini. Jelas bahwa segala sesuatu pasti ada alasannya, tidak perlu berpikir yang tidak masuk akal.” Bao Zheng pun berkata, “Saya tidak berani menerima kebaikan tuan, hanya saja harus memberitahukan keluarga dulu: setelah selesai mengikuti ujian negara, pulang ke rumah memberitahukan orang tua, kakak dan kakak ipar, baru kemudian datang melamar.” Tuan Li mendengar Bao menyetujui, dalam hati merasa gembira, dan berkata, “Jika demikian, saya setuju. Berharap tuan muda tidak mengingkari janji, saya menunggu kabar baiknya kemudian.”

Setelah berkata demikian, mempersiapkan meja dan kursi, menyajikan makanan dan minuman, Tuan Li secara pribadi menjamu Bao Zheng. Sambil minum arak, mereka membicarakan beberapa hal tentang mengatur keluarga dan pemerintahan. Bao Zheng dapat memahami dengan baik. Mereka membicarakan tentang kitab-kitab klasik sehingga membuat Tuan Li gembira tidak ingin melepaskan kedua orang itu pergi. Ia menyuruh mereka berdua tinggal tiga hari lagi.

Tiga hari kemudian mereka mempersiapkan tas perjalanan, kuda, pakaian dan biaya perjalanan, dan menugaskan Li Bao menemani sampai ke ibukota. Bao Zheng setelah memohon diri kepada Tuan Li kemudian berangkat. Bao Xing saat ini sangat bergembira dan semangatnya telah kembali. Li Bao memasang pijakan kaki pada kuda, kemudian Bao Zheng menunggangi kuda. Li Bao melayani segala sesuatunya sebagai pelayan dengan sangat berhati-hati. Akhirnya pada suatu hari mereka tiba di ibukota. Masalah mencari tempat tinggal, semuanya telah diatur oleh petugas Kementerian Kepegawaian, sehingga Bao Zheng tidak perlu khawatir lagi dan dengan tenang menghadapi ujian.

Dikatakan bahwa pemerintah Dinasti Song sejak wafatnya Kaisar Zhenzong, ketika Kaisar Renzong naik tahta, telah mengangkat Selir Liu menjadi ibu suri, menjadikan wanita bermarga Pang sebagai permaisuri, mengangkat Guo Huai sebagai kepala pengurus istana, dan ayah mertua kaisar bernama Pang Ji sebagai guru besar kerajaan. Pang Ji adalah seorang pejabat yang suka mencemarkan nama baik orang lain sementara menjilat orang lain. Memanfaatkan kekuasaannya sebagai ayah mertua kaisar, ia sering mengancam para pejabat. Ia juga orang yang suka mendukung orang-orang kaya dan berkuasa dan membentuk kroni sendiri. Mengambil keuntungan dari para menteri yang masih muda, ia diam-diam menggunakan kekuasaan tak terbatas. Namun demikian, Kaisar Renzong yang sejak kecil mengalami banyak kesulitan, ternyata seorang penguasa yang bijaksana. Istana dibantu oleh para pejabat senior di kiri dan kanannya, para pejabat yang jujur menjabat seperti masa lampau, sehingga Pang Ji tidak dapat berbuat macam-macam. Demikianlah pemerintahan istana menjadi kokoh dan tidak mengalami kekacauan.

Karena ujian tingkat ibukota sudah dekat, atas perintah kerajaan, guru besar Pang Ji menjadi pemimpin ujian. Oleh sebab itu, satu per satu para peserta ujian dengan menggunakan koneksi pribadi agar bisa lulus ujian. Hanya Bao Zheng seorang yang bergantung pada kemampuannya sendiri. Setelah mengikuti ujian tiga kali, ketika diumumkan hasilnya, karena tidak memiliki koneksi pribadi, Bao Zheng menjadi sarjana lulusan ujian negara urutan keduapuluh tiga dan tidak bisa masuk dalam akademisi Hanlin**. Berdasarkan perintah kerajaan ia diumumkan menjadi pejabat kepala daerah di kabupaten Dingyuan dalam prefektur Fengyang.

Setelah menerima perintah kerajaan, Bao Zheng merapikan barang bawaannya dan segera meninggalkan ibukota. Sebelumnya ia pulang ke rumah mengunjungi orang tua, kakak dan kakak ipar, memberitahukan bahwa dalam perjalanan bertemu kesulitan dan tentang masalah pernikahan dengan anak perempuan Tuan Li. Tuan besar Bao dan istrinya terkejut sekaligus senang kemudian memilih hari baik untuk memberikan persembahan kepada leluhur. Mereka juga memberikan penghormatan dan berterima kasih kepada guru Ning. Setelah beberapa hari, Bao memohon diri kepada orang tua, kakak dan kakak iparnya, membawa Li Bao dan Bao Xing pergi menduduki jabatan di Dingyuan. Sampai di perbatasan Dingyuan, Bao Zheng menyuruh Li Bao menggadaikan barang bawaan dan pelan-pelan berjalan. Ia sendiri bersama-sama Bao Xing berganti pakaian untuk menyelidiki kondisi daerah itu diam-diam.

Suatu hari Bao Zheng dan Bao Xing diam-diam memasuki Dingyuan dan berhenti untuk mencari rumah makan. Ketika mereka sedang makan, dari luar masuklah seseorang. Pelayan menyambutnya berkata, “Tuan, silahkan!” Orang itu duduk pada sebuah meja, pelayan menyediakan dua botol arak, membawakan dua buah cangkir. Orang itu berkata, “Saya hanya sendiri, mengapa membawakan dua botol arak dan dua buah cangkir?” Pelayan itu menjawab, “Baru saja di belakang tuan, ada seseorang datang bersama-sama. Kepalanya mengeluarkan banyak darah. Saya mengira anda menengahi perkelahian dan menyelesaikan masalah. Entah kenapa orang itu tidak terlihat lagi? Atau mungkin saya salah melihat, juga tidak tahu.”

(Bersambung)

Catatan Kaki:

* Kementerian Kepegawaian (Li Bu) adalah salah satu dari enam kementerian yang ada dalam sistem birokrasi Cina kuno, yang bertugas dalam hal penunjukan, penilaian, promosi jabatan, dan pemecatan pejabat pemerintahan serta pemberian gelar kehormatan.

** Akademisi Hanlin adalah perkumpulan cendikiawan yang menjalankan tugas sekretariat dan kesusasteraan kerajaan pada masa Cina kuno.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun