Pada hari yang ditentukan Guru Ning diundang ke ruang tamu dan disambut oleh Tuan Bao yang mempersilahkannya masuk dan duduk bersama. Tuan Bao lebih lanjut mengucapkan terima kasih, kemudian mengadakan perjamuan. Sang guru duduk di tempat duduk kehormatan dan Tuan Bao menjamunya sebagai tuan rumah. Arak telah disajikan tiga kali, masakan dengan berbagai rasa yang lezat. Wajah Tuan Bao tampak khawatir; ia takut mengalami kerugian dan tidak dapat meminum araknya. Guru melihat hal ini tidak dapat menahan diri bertanya, ”Saya di rumah anda mengganggu selama enam sampai tujuh tahun. Walaupun sedikit bekerja keras menunjukkan pencerahan, juga memberikan bakat kecerdasan kepada anak anda. Oleh sebab itu hanya dapat melanjutkan satu langkah ini.”
Tuan Bao mendengar hal ini terdiam sejenak lalu berkata, “Benar.” Kemudian sang guru berkata, “Jika membicarakan pengetahuan anak anda saat ini, jangankan sarjana lulusan ujian kabupaten, bahkan lulusan ujian propinsi, lulusan ujian negara, juga memiliki banyak masa depan yang cerah. Ini juga adalah suatu integritas moral keluarga anda.”
Tuan Bao mengerutkan kedua alisnya kemudian berkata, “Apanya yang integritas moral? Kesialan keluarga melahirkan anak yang pemboros ini. Kelak ia hanya dapat menghabiskan kekayaan keluarga dan tidak bisa mengembangkannya.”
Guru Ning terkejut mendengarnya, berkata, “Tuan rumah mengapa berkata demikian? Di dunia ini tidak ada orang yang tidak berharap anak cucu lulus ujian menjadi pejabat? Mengatakan hal ini benar-benar tidak dapat dibenarkan.”
Tuan Bao pun menceritakan mimpi buruknya ketika Bao Zheng lahir, dengan berkata, “Saat ini menceritakannya pun masih menakutkan.” Tuan Ning adalah seorang yang terpelajar dan ketika mendengar tentang penampakan dalam mimpi itu, yang tampak seperti dewa Kuixing. Ia juga melihat perilaku Bao Zheng yang jujur dan pada saat yang sama juga kecerdasannya melampaui orang lain. Ia pun mengetahui hal ini merupakan pertanda bahwa ia kelak pasti sangat berguna dan diam-diam menganggukkan kepala.
Tuan Bao berkata, “Kelak berharap guru tidak perlu mengajarkan anak saya dengan mendalam. Ini adalah gaji guru sepuluh tahun yang juga tidak kecil. Anda beristirahat saja.”
Mendengar hal ini, muka Tuan Ning memerah lalu berkata: “Apakah ini mengatakan anak anda tidak perlu ujian lagi?” Tuan Bao berulang-ulang berkata, “Tidak perlu ujian lagi, tidak perlu ujian lagi!”
Tuan Ning dengan sangat marah berkata, “Awalnya anak anda menyuruh saya mengajarnya, sebelumnya ia mengikuti keinginanmu; sekarang ia adalah muridku, menyuruhnya ikut ujian adalah mengikuti keinginanku. Kelak tidak perlu anda urus lagi, aku memiliki pandangan sendiri.”
Dengan marah ia tidak menyelesaikan makanannya dan langsung pergi. Mengapa Tuan Ning melakukan hal ini? Karena Tuan Bao adalah orang yang berpikiran sempit dan tidak berpengetahuan, jika dinasehati, ia sama sekali tidak mendengarkan. Bukan hanya murid sendiri layak mendapatkan kehormatan, tetapi juga diri sendiri mendekati ayahnya agar tidak lagi menunda Bao Zheng dan menghindari Bao Shan mendapatkan kesulitan. Ini adalah upaya seorang sarjana yang bersusah payah.
Tibalah ujian provinsi yang diadakan tiga tahun sekali. Semua telah diatur oleh Tuan Ning, bersama-sama dengan Bao Shan mengajukan dan dengan susah payah mendorong Bao Zheng pergi mengikuti ujian. Akhirnya pengumuman calon peserta ujian digantungkan dan ditempatkan di tengah-tengah desa. Bao Shan sangat senang, tetapi Tuan Bao yang khawatir tidak henti-hentinya dan bersembunyi tidak mau bertemu dengan orang-orang. Kakak pertama mempersiapkan perjamuan, mengundang guru duduk dalam perjamuan. Semuanya saling memberi selamat kepada sesama penduduk desa. Mereka bersenang-senang dengan meriah dalam perjamuan itu seharian. Setelah semua urusan selesai, ia menyuruh Bao Zheng pergi ke ibukota untuk mengikuti ujian negara dan menjelaskan hal ini kepada Tuan Bao. Tuan Bao mengetahui hal ini tidak berkata apa-apa. Hanya tidak mengizinkan membawa banyak pengikut karena khawatir akan menghabiskan banyak biaya perjalanan. Maka satu-satunya yang menemani Bao Zheng hanyalah Bao Xing seorang.
Pada hari keberangkatan Bao Zheng memohon diri kepada kedua orang tuanya dan kakak serta kakak iparnya. Bao Shan diam-diam memberikannya biaya perjalanan. Bao Zheng juga pergi ke ruang belajar menemui gurunya. Sang guru banyak memberi wejangan kepada Bao dan juga memberikan sedikit biaya dari gajinya kepada Bao Zheng. Bao Xing mempersiapkan kuda untuk ditunggangi. Kakak pertama Bao Shan mengantar sampai ke tempat peristirahatan bagi para pelancong yang berjarak sepuluh li jauhnya. Kakak beradik itu tampak enggan berpisah selama beberapa lama, baru kemudian mereka berpisah. Bao Zheng menunggangi kuda, yang dituntun oleh Bao Xing. Mereka akhirnya pergi menuju ibukota. Dalam perjalanan, mereka berjalan pada siang hari dan berhenti untuk beristirahat pada malam hari selain berhenti untuk makan dan minum.