Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 2)

19 Juni 2016   20:25 Diperbarui: 2 Februari 2018   09:13 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia kemudian bergerak maju beberapa langkah dan melihat sekumpulan semak yang sudah layu. Terdapat sesuatu yang tebal, di atasnya merangkak seorang bayi yang masih merah, berkulit hitam, dan mengkilap. Kakak pertama sekali melihat langsung merasa gembira dan segera membuka pakaiannya untuk membungkus bayi di dalamnya, kemudian langsung kembali ke rumah sendiri dengan diam-diam.

Wang sedang berharap cemas. Ketika ia melihat suaminya pulang ke rumah, hatinya merasa tenang. Ia juga melihat adik ketiga yang diselimut telah kembali dan tidak dapat menahan kegembiraan. Ia segera melepaskan bagian luar pakaiannya, menerima bayi itu lalu menggendongnya di dadanya. Siapa yang mengira bahwa bayi itu yang berada dalam gendongan seseorang yang bajik memiliki indera yang sensitif sejak lahir lalu menggoyangkan kepalanya dengan kebingungan seakan-akan ingin menyusui. Wang kemudian memberikan puting susunya ke mulut bayi itu dan pelan-pelan menyusuinya.

Bao Shan berdiskusi dengan istrinya, “Sekarang walaupun sudah menyelamatkan adik ketiga, tetapi di rumah kita ada dua orang anak. Orang lain yang melihat bukankah akan curiga?”

Wang menjawab, “Tidak, jika bayi kita yang baru berumur satu bulan ini pindah ke tempat lain. Kita akan mencari orang untuk membesarkannya. Tubuhku hanya bisa menyusui adik ketiga. Bukankah kedua hal ini terselesaikan!”

Bao Shan bergembira mendengarnya lalu ketika ada kesempatan diam-diam membawa keluar anaknya sendiri dan mengirim ke tempat lain untuk dibesarkan. Kebetulan ada penduduk desa yang makmur dan istrinya baru saja melahirkan anak, tetapi belum satu bulan bayinya sudah meninggal dunia. Sang istri sedang dalam masa menghasilkan susu dan sekarang mendapatkan anak Bao Shan, ia merasa sangat gembira. Ini juga salah satu ketulusan hati kakak pertama dan istrinya sehingga memiliki keberuntungan ini. Jika seseorang memiliki niat baik, langit pasti menolongnya; jika seseorang berniat jahat, langit pasti menghukumnya. Demikian juga, Li telah berbuat salah terhadap anak ketiga Bao, kelak akan mendapatkan hukuman.

Dari musim semi ke musim panas, dari musim gugur ke musim dingin, waktu berjalan dengan cepat. Dalam sekejap enam tahun telah berlalu dan Bao kecil telah berusia tujuh tahun. Ia selalu menganggap kakak pertama dan kakak ipar pertama sebagai orang tuanya sendiri dan dipanggil dengan sebutan Si Hitam (Heizi). Yang paling aneh adalah, dari kecil sampai berusia tujuh tahun ia tidak pernah menangis, juga tidak pernah tersenyum. Setiap hari orang-orang melihat wajah anak itu yang cemberut itu, tidak banyak berbicara, dan juga ketika ingin mengajaknya bermain, ia juga tidak memperhatikan. Akibatnya semua orang tidak menyukai anak ini. Selain Bao Shan dan istrinya yang dengan segala cara melindungi dan memperhatikan, tidak ada yang menyayanginya.

Suatu hari Nyonya Zhou berulang tahun. Ia tidak mengundang tamu luar, namun hanya mengadakan perayaan secara keluarga saja. Wang membawa Si Hitam memberi ucapan selamat kepada ibu mertuamya. Bao Hitam berlari ke depan Nyonya Bao, berlutut, dan bersujud tiga kali. Membelai anak itu, Nyonya Zhou tersenyum gembira dan menggendongnya di dadanya lalu berkata, “Dulu aku ingat enam tahun yang lalu melahirkan seorang anak. Saat itu tidak sadarkan diri dan tidak mengetahui bagaimana bayi itu meninggal. Jika masih hidup, ia juga sebesar kamu.”

Wang ketika mendengar hal ini, melihat sekeliling tidak ada orang, seketika berlutut dan berkata, “Mohon ibu mertua memaafkan kesalahan besar saya ini. Anak ini sebenarnya ibu mertualah yang melahirkannya. Saya takut ibu mertua sudah tua dan air susu tidak cukup sehingga tidak dapat mennyusui dan membesarkannya. Oleh sebab itu, saya mengambil anak ini diam-diam dan membesarkannya di rumah sendiri, tetapi tidak berani memberitahu ibu mertua. Hari ini karena ibu mertua bertanya, saya tidak berani membunyikan keadaan sebenarnya.” Tetapi Wang sama sekali tidak menyebutkan sepatah kata pun tentang kejahatan Li.

Nyonya Zhou langsung membantu Wang untuk berdiri dan berkata, “Jika demikian, anakku berterima kasih kepada perawatan menantu perempuanku, dan juga menghilangkan kekhawatiranku. Engkau benar-benar orang berbudi satu-satunya di dunia. Tetapi satu hal, cucuku sekarang di mana?”

Wang menjawab, “Ia sekarang di tempat lain sedang dijaga pelayan.” Nyonya Zhou langsung memanggil cucunya datang. Penampilan anak itu walaupun berbeda, tetapi tingginya tidak begitu berbeda dengan anak ketiganya.

Segera Nyonya Zhou meminta suaminya datang dan semua orang diberitahukan tentang hal ini. Tuan Bao walaupun terlihat senang, tetapi teringat kejadian aneh sebelumnya tidak dapat merasa tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun