Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bagaimana Menyelidiki Sang Buddha?

26 Oktober 2012   06:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:23 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“Jika ditanya, ‘Ada atau tidakkah terdapat pada Sang Tathāgata kondisi campuran apapun yang dapat dikenali melalui mata atau melalui telinga?’ Sang Tathāgata akan menjawab: ‘Tidak ada kondisi campuran apapun yang dapat dikenali melalui mata atau melalui telinga yang dapat ditemukan pada Sang Tathāgata.’

“Jika ditanya, ‘Ada atau tidakkah terdapat pada Sang Tathāgata kondisi bersih apapun yang dapat dikenali melalui mata atau melalui telinga?’ Sang Tathāgata akan menjawab: ‘Kondisi bersih yang dapat dikenali melalui mata atau melalui telinga  terdapat pada Sang Tathāgata. Itu adalah jalanKu dan wilayahKu, namun Aku tidak mengidentifikasikan dengannya. [Dengan kata lain, Aku tidak menganggapnya sebagai moralitas murni, Aku adalah tanpa keinginan terhadap itu].’

Mengikuti ajaran Buddha dan mendapatkan keyakinan penuh

“Para bhikkhu, seorang siswa seharusnya mendatangi Sang Guru yang mengajarkan demikian untuk mendengarkan Dhamma. Sang Guru mengajarkan kepadanya Dhamma dengan tingkat yang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi, dengan tingkat yang lebih luhur dan lebih luhur lagi, dan pasangan-pasangan gelap dan cerahnya. Ketika Sang Guru mengajarkan Dhamma kepada seorang bhikkhu dengan cara ini, melalui pengetahuan langsung terhadap suatu ajaran tertentu di sini dalam Dhamma itu, bhikkhu itu sampai pada kesimpulan mengenai ajaran-ajaran. [Ketika Dhamma telah diajarkan oleh Sang Guru, dengan secara langsung mengetahui Dhamma melalui penembusan sang jalan, buah, dan Nibbāna, bhikkhu itu sampai pada kesimpulan tentang ajaran awal dari Dhamma tentang faktor-faktor yang membantu menuju pencerahan.] Ia berkeyakinan pada Sang Guru sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā telah tercerahkan sempurna, Dhamma telah dibabarkan dengan baik, Sangha mempraktikkan jalan yang baik.

“Sekarang jika orang lain bertanya kepada bhikkhu itu sebagai berikut: ‘Apakah alasan yang mulia dan apakah buktinya sehingga ia mengatakan: “Sang Bhagavā telah tercerahkan sempurna, Dhamma telah dibabarkan dengan baik, Sangha mempraktikkan jalan yang baik.”?’ – jika menjawab dengan benar, bhikkhu itu akan menjawab sebagai berikut: ‘Di sini, teman, aku mendatangi Sang Bhagavā untuk mendengarkan Dhamma. Sang Bhagavā mengajarkan kepadaku Dhamma dengan tingkat yang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi, dengan tingkat yang lebih luhur dan lebih luhur lagi, dan pasangan-pasangan gelap dan cerahnya. Ketika Sang Guru mengajarkan Dhamma kepadaku dengan cara ini, melalui pengetahuan langsung terhadap suatu ajaran tertentu di sini dalam Dhamma itu, aku sampai pada kesimpulan mengenai ajaran. Aku berkeyakinan pada Sang Guru sebagai berikut: “Sang Bhagavā telah tercerahkan sempurna, Dhamma telah dibabarkan dengan baik, Sangha mempraktikkan jalan yang baik.”

“Para bhikkhu, ketika keyakinan siapapun telah ditanam, berakar, dan kokoh dalam Sang Tathāgata melalui alasan-alasan, kata-kata, dan frasa-frasa ini, keyakinannya dikatakan sebagai didukung oleh alasan-alasan, berakar dalam penglihatan, kokoh;  tidak terkalahkan oleh petapa atau brahmana manapun atau dewa atau Māra atau Brahmā atau siapapun di dunia ini. [Ini adalah keyakinan seorang pemasuk-arus yang telah melihat Dhamma melalui jalan yang melampaui duniawi dan tidak akan pernah berpaling pada guru lain selain Sang Buddha.] Itulah, para bhikkhu, bagaimana terdapat suatu penyelidikan terhadap Sang Tathāgata sesuai Dhamma, dan itulah bagaimana Sang Bhagavā diselidiki dengan baik sesuai Dhamma.”

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Para bhikkhu merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.

Catatan:

* Kata-kata dalam tanda kurung siku [] adalah penjelasan sutta (kotbah) ini dari kitab komentar Majjhima Nikaya.

** Subjudul yang di-bold berasal dari penulis sendiri untuk memudahkan membaca sutta ini dan memahami isinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun