Ketika seorang pencari kebenaran bertemu dengan seorang guru spiritual dan ingin menyelami lebih dalam ajarannya, sering kali muncul pertanyaan: "Apakah beliau seorang guru yang baik, yang mengajar sesuai dengan apa yang ia jalankan? Apakah beliau benar telah mencapai hasil dari apa yang ia ajarkan kepada murid-muridnya?" Pertanyaan-pertanyaan semacam ini juga sering ditujukan kepada Sang Buddha terutama bagi mereka yang baru mengenal ajaran Beliau. Tentu saja, Sang Buddha yang tidak memonopoli ajaran-Nya sebagai sesuatu yang harus diterima mentah-mentah sebagai kebenaran menyarankan seseorang untuk menyelidiki seorang guru sebelum ia melangkah lebih jauh, bahkan terhadap Beliau sendiri.
Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini penulis menyajikan sebuah kotbah Sang Buddha yang membahas tentang bagaimana menyelidiki Sang Buddha hingga akhirnya mendapatkan keyakinan penuh dalam ajaran Beliau.
Semoga bermanfaat.
—-00Ooo—-
Majjhima Nikaya 47
Vīmaṁsaka Sutta
Penyelidik
DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu: “Para bhikkhu.” – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:
“Para bhikkhu, seorang bhikkhu yang adalah seorang penyelidik, yang tidak mengetahui bagaimana mengukur pikiran orang lain, seharusnya menyelidiki pikiran Sang Tathāgata untuk mengetahui apakah Beliau tercerahkan sempurna atau tidak.” [Dengan kata lain, bagaimana seorang siswa mengetahui batin Sang Buddha walaupun ia tidak memiliki kemampuan membaca pikiran Beliau?]*
[Para bhikkhu menjawab:] “Yang Mulia, ajaran kami berakar dalam Sang Bhagavā, dituntun oleh Sang Bhagavā, dilindungi oleh Sang Bhagavā. Baik sekali jika Sang Bhagavā sudi menjelaskan makna dari kata-kata ini. Setelah mendengarkan dari Sang Bhagavā, para bhikkhu akan mengingatnya.”
“Maka dengarkanlah, para bhikkhu, dan perhatikanlah pada apa yang akan Kukatakan.”