Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Legenda Putri Miaoshan (Perwujudan Wanita Avalokitesvara/Guan Yin)

15 Oktober 2011   07:14 Diperbarui: 10 September 2021   08:56 4833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru Lu kemudian bertanya lagi: “Di manakah lokasi stupa berharga di Gunung Xianshan sekarang berada?”  Dewa tersebut berkata: "Stupa tersebut telah lama ditinggalkan. Sekarang hanya ada pagoda dan tidak seorangpun yang tahu tentang keberadaanya. Jejak yang ditinggalkan di tanah oleh seorang suci berkembang dan merosot tergantung oleh waktu. Setelah tiga ratus tahun akan ada kebangkitan." 

Setelah mendengar hal ini, Sang Guru Lu beranjali dan mengutarakan kata-kata pujian: “Sungguh agung kekuatan spiritual dari Bodhisattva Avalokitesvara! Jika tidak oleh karena agungnya ikrar Sang Bodhisattva, maka tanda-tanda seperti ini tidak akan terwujud. Jika makhluk hidup di kerajaan tersebut tidak membawa kematangan kondisi karma mereka, mereka tidak akan dapat merespon hal tersebut. Betapa kuat, kebajikan tanpa batas ini! Tidak dapat dibayangkan!"  Ia memberitahu muridnya, Yicheng untuk mencatatnya, pada hari kelimabelas bulan kedua musim panas pada tahun kedua Shengli (20 April 699 M) dan berharap bahwa kisah ini akan terus bertahan dan diteruskan.  Ditulis pada bulan ketiga dari tahun ketiga Yuanfu (Mei 1100 M). 

Makna Legenda Miaoshan 

Dalam kisah Miaoshan di atas, terlepas apakah benar-benar terjadi dalam sejarah atau tidak, terpendam banyak sekali moralitas dan prinsip yang berfungsi sebagai pedoman dan inspirasi untuk pengembangan diri dan kemapanan sosial. Hanya beberapa makna sederhana dan relevan saja yang akan dijabarkan di sini, yaitu:

  1. Posisi wanita: Sementara Guan Yin melambangkan idola kewanitaan Cina, Miaoshan melambangkan wanita yang menderita dalam dunia dominasi pria. Akhirnya, kebajikannya sendirilah yang menyelamatkannya. Kemudian dia malah balik menyelamatkan orang yang tadinya menyengsarakan dirinya.
  2. Sulitnya berbuat baik: Legenda Miaoshan menunjukkan bahwa kadangkala seseorang harus menjalani cobaan dan derita sebelum memperoleh pengembangan spiritual. Dalam beberapa hal, seseorang itu "diuji". Jika orang itu bersungguh hati, semua kesukaran bukanlah masalah atau merupakan suatu "berkah yang tersembunyi".
  3. Orang baik akan ditolong: Jika seseorang itu tulus hati, pertolongan akan datang dari bermacam sumber, bahkan yang tak terduga sekalipun. Contohnya, ketika Miaoshan akan dipenggal algojo ayahnya, tiba-tiba dewa gunung menyelamatkannya.
  4. Keseimbangan emosi dan akal budi: Masyarakat kebanyakan tidak begitu tertarik dengan filosofi religius dibandingkan dengan upacara religius. Lewat Guan Yin, orang biasa bisa melihat bahwa mereka bisa mengatasi masalah sehari-hari dengan lebih mudah. Di atas semua itu, mereka disediakan cara untuk menyalurkan emosi — sebuah sistem psikologis yang bebas dari perasaan takut dan bersalah dari sistem teistis mutlak.
  5. Kebenaran mutlak: Dalam kisah Miaoshan di atas kita dapat menarik beberapa nilai kebenaran yang diajarkannya, misalnya tentang ketidakkekalan hidup ini, ketidakterikatan pada hal-hal duniawi, kekosongan diri atau ketanpa-akuan.

Sumber

1. Avalokitesvara: Asal, Perwujudan, dan Makna oleh Bhikkhu Piyasilo Mahathera. 

2. Perwujudan Wanita Avalokitesvara oleh Upasaka Vimala Dhammo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun