Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Legenda Putri Miaoshan (Perwujudan Wanita Avalokitesvara/Guan Yin)

15 Oktober 2011   07:14 Diperbarui: 10 September 2021   08:56 4833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Avalokitesvara dalam wujud wanita (Miaoshan) yang lebih populer

Miaoyan dan Miaoyin lagi […]: “[…] Buddha? Ketika engkau melihat orang-orang sekarang yang meninggalkan keluarga mereka untuk menjadi bhiksuni, siapakah dari mereka yang dapat memancarkan cahaya dan membuat bumi bergetar, atau menjadi seorang Buddha atau sesepuh, membalas budi cinta kasih orang tua mereka dan menyelamatkan semua makhluk hidup? Tentu lebih baik untuk mengikuti jalan hidup manusia biasa menurut adat dan berkeluarga. Engkau telah membuat orangtuamu jengkel dan cemas!"  

Mendengar kata-kata ini, Miaoshan berkata pada kedua kakak perempuannya: “Kalian mendambakan kehormatan dan kemuliaan, kalian terikat dalam cinta pernikahan dan kalian menikmati kesenangan pada masa sekarang tanpa menyadari bahwa kesenangan adalah sebab dari penderitaan. […] bergantung pada orang tua kalian, ini tidak bisa dilenyapkan. Pada waktu tersebut, bahkan jika engkau memiliki seorang suami, apakah ia mampu untuk mengambil posisimu? Kakakku, setiap dari kalian akan mengalami satu kehidupan dan satu kematian: tinjaulah diri kalian sekarang dan janganlah membujukku. Dengan tanda-tanda karma yang sangat terlihat di hadapan kalian, tidak ada yang bisa didapatkan dari penyesalan yang sia-sia. Bujuklah ibu kita agar kembali ke istana dan sampaikanlah pada sang raja ayah kita bahwa hal-hal kosong akan berakhir, namun ikrarku tidak memiliki akhir. Biarkanlah sang raja memutuskan jika aku harus hidup atau mati!”  

Miaoyan dan Miaoyin kembali untuk memberitahukan […] ia akan menjadi bhiksuni. Sang ratu kembali dan melaporkan semua hal pada sang raja. Sang raja kemudian bahkan menjadi bertambah marah. 

Raja Meminta Komunitas Bhiksuni Menolak Putrinya 

Pada waktu itu terdapat seorang bhiksuni bernama Huizhen. Sang raja memanggilnya dan berkata padanya: “Putri termuda kami Miaoshan tidak akan mengikuti tradisi moral, namun bersikeras memohon untuk menjadi seorang bhiksuni. Tentu engkau yang bermaksud untuk membujuk anak perempuanku. Kami akan membiarkan anak perempuan termuda kami tinggal di viharamu selama tujuh hari. Jika kalian dapat menasehati dan mengajak anakku untuk mengikuti instruksiku maka kami akan dengan sempurna menghias […]. […] komunitas bhiksuni tidak ada yang selamat.“ Ia kemudian mengirim seorang utusan untuk menemani sang bhiksuni ke taman kerajaan dan memerintahkan anak perempuannya untuk pergi bersama dengan sang bhiksuni dan tinggal di arama (tempat tinggal) para bhiksuni.  Komunitas lima ratus bhiksuni mempersilahkannya ke dalam, di mana Miao Shan membakar dupa di hadapan rupang-rupang. Pada hari berikutnya, para bhikshuni berkata pada Miaoshan: “Engkau tumbuh dan besar di sebuah kerajaan, Miaoshan, mengapa engkau mencari kesunyian untuk dirimu? Lebih baik untuk kembali ke istana daripada tinggal bermeditasi di sebuah vihara.”  

Miaoshan tersenyum ketika ia mendengar perkataan mereka dan berkata: “Aku pada mulanya [...][...], menyelamatkan semua makhluk. Namun sekarang aku melihat tingkat pengetahuan kalian seperti itu sehingga membuatku memandang rendah kalian. Bahkan jika kalian, yang merupakan anggota Sangha, dapat mengutarakan kata-kata seperti itu, maka berapa banyak umat awam yang akan mencelaku? Mungkin ada alasan bagi ayahku, sang raja, untuk tidak menyukai kalian semua dan melarang diriku menjadi seorang bhiksuni. Tentu kalian tahu apa arti dari kepala bundar dan jubah kotak (jubah Sangha) ini? Tujuan menjadi bhiksuni adalah untuk menjauhkan diri dari nama baik dan kemegahan, untuk membebaskan diri dari perasaan dan kemelekatan, untuk melenyapkan [...].[...] memiliki sedikit kecocokan dalam menjadi bhiksuni. [Guru] kita Sang Buddha, Sang Bhagava, dengan sangat jelas memberikan sila bagi mereka yang meninggalkan keluarga harus meletakkan tangan di atas kepala mereka dan meninggalkan perhiasan, mereka harus memakai jubah-jubah yang tidak berwarna-warni dan mencari penghidupan dengan membawa mangkuk dana. Lantas mengapa kalian semua mencari kemegahan dan kemewahan, tindakan menggairahkan, pakaian kalian indah dan gemilang? Kalian telah secara tidak bertanggung jawab memasuki Sangha, secara terbuka melanggar sila-sila yang murni, menerima dana dari umat dengan cara yang tidak semestinya, dengan sia-sia menghabiskan waktu kalian. Di bawah nama meninggalkan keluarga [...]. Ketika kalian semua menjadi bhiksuni, pikiran kalian tidak sesuai dengan di mana Dharma berada.”  

Para bhiksuni, yang ditegur oleh Miaoshan, tidak dapat berkata-kata dan tidak dapat menjawab. Pada waktu tersebut, Huizhen, yang paling perhatian, berkata pada Miaoshan: “Ketika para bhiksuni memprotesmu, mereka hanya berada di bawah perintah dari sang raja.” Ia kemudian memberikan surat perintah raja yang telah dikeluarkan sebelumnya, dan memohon pada Miaoshan, untuk segera mengubah pikirannya dan menolong komunitas para bhiksuni ini, untuk menghindari bencana yang akan datang pada anggota Sangha.  Miaoshan berkata: “Tentu engkau [...]. [...] Sang Pangeran Bodhisattva [Sang Buddha pada kehidupan lampau] menjatuhkan dirinya dari tebing untuk memberi makan harimau, dan mencapai tingkatan tanpa-kelahiran. Raja Sivi memotong dagingnya sendiri untuk menolong seekor merpati, mencapai pencerahan di pantai seberang (Nirvana). Karena kalian semua telah meninggalkan keluarga, maka kalian harus memandang tubuh ilusi ini sebagai tidak kekal dan tidak disukai, empat elemen utama pada hakekatnya tidak eksis. Setiap pikiranmu harus bebas dari samsara (roda kelahiran dan kematian), semua pikiran kalian haruslah mencari pembebasan. Kenapa kalian takut pada kematian dan mencintai kehidupan, atau masih bertahan di kantung kulit yang kotor dan bau tersebut? Tentu kalian tahu bahwa para makhluk menderita karena nafsu [...] buah karma. Satu-satunya harapanku adalah bahwa hati raja beraspirasi untuk dapat bebas dari kematian. Tenanglah, ketika aku telah mencapai pencerahan, aku akan menyelamatkan kalian dari samsara. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”  

Ketika para bhiksuni mendengar ujaran tersebut, mereka bersama-sama saling berdebat, dan berkata: “Miaoshan lahir di istana dan tidak mengetahui sama sekali kesulitan di luar. Ia berpikir bahwa menjadi bhiksuni adalah hal yang menyenangkan. Kita harus membebaninya dengan tugas-tugas yang berat dan rendah, sehingga ia akan menyesal dan ketakutan.” Setelah berkata ini, mereka memberitahu Miaoshan: “Karena keinginanmu untuk menjadi seorang bhiksuni, maka engkau harus [...]” [...] bekerja keras. Pertama ia pergi ke dapur untuk menjalankan tugas-tugasnya. Setiap pekerjaan yang orang lain tidak dapat lakukan, dapat dikerjakannya seorang diri.  

Para bhiksuni berkata: “Tidak ada sayuran di taman dapur, dan engkau harus menyediakan beberapa. Harus ada cukup sayur pada waktu yang telah ditentukan, apapun kondisi persediaannya.” Miaoshan pergi ke taman dan ia melihat memang hanya ada sedikit sayuran. Ia kemudian berpikir bagaimana ia dapat menyediakan cukup makanan buat semua bhiksuni keesokan harinya. Ketika pikiran tersebut muncul dalam pikirannya, seekor naga di vihara tersebut membantunya dengan kekuatan gaib dan ketika pagi datang, sayuran di taman menjadi banyak dan cukup bagi kebutuhan dan dengan [...]. [...] mengambil air adalah tugas yang sangat berat, namun di samping semua itu Miaoshan melakukan keajaiban di samping dapur, di mana air mancur muncul keluar, rasanya menjadi yang paling manis. Huizhen mengetahui bahwa putri tersebut bukanlah manusia biasa, karena ia dapat memanggil bantuan dari naga. Jadi sekarang ia memberitahukan hal tersebut pada sang raja.  

Dan sang raja, ayahnya, dikuasai amarah dan memberitahu para penghuni istana: “Anak perempuan termuda kita sudah lama mempraktekkan ilmu hitam. Ketika aku mengusirnya untuk tinggal di tempat para bhiksuni, ia melakukan sihir lagi, menciptakan kebingungan dan kekacauan di antara masyarakat. Memberikan penghinaan pada kita [...]. 

Raja Menghancurkan Vihara dan Komunitas Bhiksuni 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun