Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kegiatan Shalat Jumat di MTsN 1 Bandar Lampung Berjalan Khusyuk dan Tertib

22 November 2024   13:26 Diperbarui: 22 November 2024   13:38 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberagaman adalah tanda kekuasaan Allah yang harus kita syukuri. Dalam Islam, perbedaan bukanlah alasan untuk saling menjatuhkan, tetapi sebagai ujian untuk melihat sejauh mana kita mampu menjaga persaudaraan dan kedamaian.  

Namun, realitas di sekitar kita menunjukkan bahwa perbedaan sering kali menjadi sumber konflik. Hal ini terjadi karena manusia lupa akan hakikat penciptaan dan prinsip utama yang diajarkan Islam: taqwa. Ayat tersebut menegaskan bahwa ukuran kemuliaan seseorang di sisi Allah bukanlah pada warna kulit, status sosial, atau etnis, melainkan pada ketakwaannya kepada Allah SWT.  

Oleh karena itu, jamaah sekalian, marilah kita renungi: bagaimana kita telah memanfaatkan keberagaman ini? Apakah kita telah menjadi bagian dari solusi yang memupuk persatuan, atau justru sebaliknya?  

Khutbah Kedua

Bismillahirrahmanirrahim


Jamaah yang dimuliakan Allah,  
Surat Al-Hujurat juga mengajarkan prinsip-prinsip penting dalam menjaga keberagaman. Salah satunya adalah larangan untuk menghina, mencela, atau merendahkan orang lain. Allah SWT berfirman:  

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)." (QS. Al-Hujurat: 11)  

Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga lisan dan sikap dalam interaksi sosial. Hinaan dan celaan hanya akan memicu perpecahan dan permusuhan. Sebaliknya, Islam mengajarkan kita untuk menghormati dan menghargai perbedaan, seraya tetap berpegang pada kebenaran.  

Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab untuk menjadi teladan dalam menciptakan harmoni di tengah keberagaman. Rasulullah SAW telah memberikan contoh dengan kehidupan beliau di Madinah, di mana masyarakat yang beragam dari segi agama, suku, dan budaya hidup berdampingan dengan damai. Piagam Madinah adalah bukti bagaimana Islam sangat menghormati keberagaman.  

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,  
Marilah kita jadikan keberagaman sebagai kekuatan, bukan kelemahan. Perkuat ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah. Jangan biarkan perbedaan mengaburkan misi kita sebagai umat yang membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin).  

Mari kita tutup khutbah ini dengan doa agar Allah SWT senantiasa memberi kita kekuatan untuk menjaga persatuan, mempererat persaudaraan, dan menjadikan keberagaman sebagai jalan menuju kebaikan.  

Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qina 'adzabannar.
Aamiin ya Rabbal 'Alamin.  

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun