Bandar Lampung, Jumat (22/11) -- Suasana khusyuk menyelimuti aula MTsN 1 Bandar Lampung saat pelaksanaan Shalat Jumat yang diikuti oleh para dewan guru, staf, dan seluruh siswa putra. Aula yang penuh oleh jamaah menjadi saksi semangat kekompakan dan kedisiplinan warga madrasah dalam menjalankan ibadah. Â
Pada Shalat Jumat kali ini, Fadlan, siswa kelas 9F, bertugas sebagai muazin. Dengan suara lantangnya, ia melantunkan azan yang menjadi panggilan untuk shalat. Sementara itu, Ust. Mustafid, salah satu guru di madrasah, bertindak sebagai imam sekaligus khatib. Dalam khutbahnya, Ust. Mustafid menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga akhlak mulia di tengah keberagaman, mengingatkan jamaah untuk selalu menghormati perbedaan dan memupuk persaudaraan. Â
"Sikap saling menghormati adalah kunci membangun kehidupan yang harmonis, baik di lingkungan madrasah maupun di masyarakat," ujar Ust. Mustafid dalam khutbahnya. Â
Kegiatan rutin ini tidak hanya menjadi sarana ibadah, tetapi juga menjadi momen penting dalam pembinaan karakter siswa. Kepala Madrasah, Hartawan, S.Pd.I., MM., yang turut hadir, mengapresiasi kelancaran acara dan peran aktif semua pihak. Â
"Shalat Jumat di madrasah bukan hanya kewajiban ibadah, tetapi juga media untuk membangun kedisiplinan, kebersamaan, dan akhlak siswa. Kami berharap kegiatan ini terus membawa manfaat bagi semua," ungkap beliau. Â
Dengan semangat kebersamaan yang ditunjukkan dalam Shalat Jumat, MTsN 1 Bandar Lampung kembali menegaskan komitmennya untuk mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga berkarakter Islami.
*******
Khutbah Pertama Â
Bismillahirrahmanirrahim Â
Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang istiqamah hingga akhir zaman. Â
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Â
Dalam khutbah kali ini, kita akan merenungi makna keberagaman melalui pesan-pesan mulia yang terdapat dalam Surat Al-Hujurat. Allah SWT berfirman: Â
"Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat: 13) Â
Ayat ini menegaskan bahwa keberagaman manusia---baik dari segi suku, bangsa, maupun budaya---adalah kehendak Allah SWT. Ia menciptakan manusia berbeda-beda bukan untuk saling membenci atau merendahkan, melainkan agar kita saling mengenal, memahami, dan belajar dari satu sama lain. Â
Keberagaman adalah tanda kekuasaan Allah yang harus kita syukuri. Dalam Islam, perbedaan bukanlah alasan untuk saling menjatuhkan, tetapi sebagai ujian untuk melihat sejauh mana kita mampu menjaga persaudaraan dan kedamaian. Â
Namun, realitas di sekitar kita menunjukkan bahwa perbedaan sering kali menjadi sumber konflik. Hal ini terjadi karena manusia lupa akan hakikat penciptaan dan prinsip utama yang diajarkan Islam: taqwa. Ayat tersebut menegaskan bahwa ukuran kemuliaan seseorang di sisi Allah bukanlah pada warna kulit, status sosial, atau etnis, melainkan pada ketakwaannya kepada Allah SWT. Â
Oleh karena itu, jamaah sekalian, marilah kita renungi: bagaimana kita telah memanfaatkan keberagaman ini? Apakah kita telah menjadi bagian dari solusi yang memupuk persatuan, atau justru sebaliknya? Â
Khutbah Kedua
Bismillahirrahmanirrahim
Jamaah yang dimuliakan Allah, Â
Surat Al-Hujurat juga mengajarkan prinsip-prinsip penting dalam menjaga keberagaman. Salah satunya adalah larangan untuk menghina, mencela, atau merendahkan orang lain. Allah SWT berfirman: Â
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)." (QS. Al-Hujurat: 11) Â
Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga lisan dan sikap dalam interaksi sosial. Hinaan dan celaan hanya akan memicu perpecahan dan permusuhan. Sebaliknya, Islam mengajarkan kita untuk menghormati dan menghargai perbedaan, seraya tetap berpegang pada kebenaran. Â
Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab untuk menjadi teladan dalam menciptakan harmoni di tengah keberagaman. Rasulullah SAW telah memberikan contoh dengan kehidupan beliau di Madinah, di mana masyarakat yang beragam dari segi agama, suku, dan budaya hidup berdampingan dengan damai. Piagam Madinah adalah bukti bagaimana Islam sangat menghormati keberagaman. Â
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Â
Marilah kita jadikan keberagaman sebagai kekuatan, bukan kelemahan. Perkuat ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah. Jangan biarkan perbedaan mengaburkan misi kita sebagai umat yang membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin). Â
Mari kita tutup khutbah ini dengan doa agar Allah SWT senantiasa memberi kita kekuatan untuk menjaga persatuan, mempererat persaudaraan, dan menjadikan keberagaman sebagai jalan menuju kebaikan. Â
Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qina 'adzabannar.
Aamiin ya Rabbal 'Alamin. Â
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI