Yani mengangguk setuju. "Lalu, apa pendapatmu tentang buku biografi?"
Husen tersenyum, mengingat beberapa buku biografi yang pernah dibacanya. "Menarik sekali. Buku biografi itu seperti jendela yang memperlihatkan kita kehidupan orang lain. Melalui buku biografi, kita bisa belajar dari pengalaman, perjuangan, bahkan kesalahan orang lain. Ini adalah cara untuk menghargai perjalanan hidup seseorang dan mengambil pelajaran darinya."
Yani melanjutkan, "Bunda Lely Suryani berpendapat bahwa buku biografi adalah cara untuk mengenal tokoh penting. Apakah kamu setuju?"
"Saya setuju. Buku biografi memberikan kita perspektif yang lebih dalam tentang individu yang mungkin kita kagumi atau yang telah memberikan dampak besar pada masyarakat. Ini adalah cara untuk memahami mereka tidak hanya sebagai tokoh, tapi sebagai manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya," kata Husen sambil menatap Yani dengan penuh keyakinan.
Percakapan mereka terus mengalir, diiringi suara sendok dan cangkir yang beradu, menciptakan melodi pagi yang penuh makna. Keduanya tahu bahwa setiap kata yang mereka ucapkan, setiap pemikiran yang mereka bagi, adalah bagian dari jembatan pengetahuan yang mereka bangun bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H