Brokoli (Broccoli, Brassica oleracea italica) adalah tanaman sayuran yang termasuk dalam suku kubis-kubisan atau brassicacaeae. Brokoli berasal dari Italia dan sudah dibudidayakan sejak zaman Yunani Kuno. Pada tahun 1920 brokoli mulai dibawa ke Boston, Amerika sehingga penyebarannya semakin meluas. Brokoli masuk ke pasar Indonesia pada tahun 1970-an dan cukup populer sebagai bahan masakan sampai sekarang. Brokoli termasuk tumbuhan yang tidak tahan terhadap udara panas sehingga harus ditanam di dataran tinggi yang lembap dengan suhu rendah yaitu diatas 700 mdpl. Brokoli juga tidak tahan terhadap terhadap hujan yang terus-menerus, jika hal ini terjadi maka brokoli akan menjadi kekuning-kuningan dan membusuk.
Brokoli yang termasuk keluarga kubis-kubisan ini bewarna hijau dan masa tumbuhnya lebih lama dibandingkan kubis bunga. Brokoli tersusun dari bunga-bunga kecil yang ditopang oleh tangkai bunga yang besar dan lebih panjang. Bunga brokoli tidak sekompak bunga kubis dan setelah direbus bunga brokoli terasa lebih lunak jika dibandingkan dengan bunga kubis. Panen brokoli dilakukan setelah brokoli berumur 60 – 90 hari sejak ditanam, jika bunganya telah mekar maka muncul kelompok bunga yang seperti bola dan bewarna hijau ditengah bunganya, bola itulah yang merupakan brokoli yang memiliki manfaat untuk mencegah terjadinya kanker.
Brokoli yang terkenal sebagai pencegah kanker ini mengandung senyawa antidote kanker seperti indole, glucosinolate, dan dithiolthione. Selain itu brokoli juga kaya akan carotenoid (senyawa provitamin A) yang turut memberi kekuatan untuk melawan kanker, sehingga brokoli sangat potensial untuk menghambat mutasi sel normal menjadi kanker.
Komponen antikanker
Mekanisme kerja
Ditioltion
Memacu aktivitas zat antioksidan dan mekanisme detoksifikasi.
Fenol
Merangsang enzim – enzim detoksifikasi dan mencegah pembentukan senyawa pemicu kanker (karsinogen).
Glukosinolat
Memacu aktivitas zat antioksidan dan mekanisme detoksifikasi.
Kumarin
Mencegah terjadinya reaksi kimiawi yang menghasilkan senyawa penyebab kanker terutama pada bagian tubuh yang rawan terkena kanker (lambung, usus besar, anus, tenggorokan, payudara).
Indole
Memperbaiki metabolisme hormon esterogen, memicu aktivitas pelepasan zat antioksidan dan mekanisme detoksifikasi.
Isothiosianat
Menghambat pertumbuhan tumor dan perkembangan kanker.
Sulphorane
Menigkatkan proses detoksifikasi.
Tabel 2. Senyawa antikanker dalam brokoli
Untuk mendapatkan khasiat antikanker dari brokoli, para periset Univesity of Illinois menganjurkan memakan brokoli 3 – 5 saji brokoli per minggu. Para periset menemukan bahwa senyawa antikanker brokoli, sulforaphane dapat dilepaskan dari senyawa induk glucoraphanin oleh bakteri di usus bagian bawah dan diabsorpsi ke dalam tubuh.
Kurang dari satu saji brokoli per minggu sudah cukup untuk mendapat khasiat antikanker sedangkan makanan bioaktif lainnya membutuhkan jumlah yang sangat besar untuk mendapatkan hasil yang bisa diukur (Pangkalan Ide, 2013:48).
Nilai Gizi yang terkandung dalam 156 gram brokoli
(1 mangkuk brokoli yang dikukus)
Kalori
43.68 kal
Protein
4.66 g
Asam Lemak Omega-3
0.20 g
Karbohidrat
8.19 g
Lemak
0.55 g
Kalsium
74.72 mg
Potassium (Kalium)
505.44 mg
Fosfor
102.80 mg
Besi
1.37 mg
Zinc (Zn)
0.62 mg
Magnesium
39.00 mg
228.07 RE
Vitamin B1 (Thiamin)
0.09 mg
Vitamin B2 (Riboflavin)
0.18 mg
Vitamin B6 (pyrodoxin)
0.22 mg
Vitamin B3 (Niasin)
0.94 mg
Vitamin B5 (Pantothenic acid)
0.79 mg
93.91 mcg
Vitamin C
123.40 mg
Vitamin E
0.75 mg
Vitamin K
155.20 mg
Serat
4.68 g
Mangan
0.34 mg
Triptofan
0.05 g
Brokoli juga mengandung karbohidrat, seperti tumbuhan lain brokoli menyimpan karbohidratnya dalam bentuk selulosa yang tidak dapat dicerna oleh manusia. Selulosa ini berfungsi sebagai serat yang dapat melancarkan pencernaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H