Semua ini adalah berkat Doa tulus Emak. Doa Emak mampu menggemparkan langit dan Bumi dan Allah telah mengabulkannya. Sejak keberhasilanku itu, aku tidak lupa dengan keinginan yang sempat terbesit kala itu, aku membangun perpustakaan kecil di desa. Aku memberikan seluas-luasnya kesempatan bagi mereka yang putus sekolah, bagi mereka yang tidak mampu merasakan pendidikan secara formal dan ingin menyalurkan bakat menulisnya.
Setiap hari minggu, aku membuka kelas umum untuk mengajarkan beberapa anak yang ingin mengembangkan bakatnya dalam bidang sastra. Aku tak pernah takut, jika harus kembali menjadi orang miskin karena banyak mengeluarkan uang untuk membiayai semuanya. Bagiku, memberikan kebahagiaan kepada orang lain adalah sebuah ungkapan rasa syukur tersendiri, dan dari senyum mereka pula pasti melahirkan doa-doa yang tulus. Yah, seperti doa Emak kepadaku waktu lalu.
“Lihat Mak..!” Aku sudah berhasil. Aku telah memetik buah manis dari sederet penderitaan dan kegagalan. Walau aku belum bisa menjadi Andrea Hirata seperti apa yang pernah kuceritakan kepada Emak, tetapi aku begitu bahagia karena aku bisa memberikan kebahagiaan itu pula kepada orang-orang disekitarku.
“Terima kasih banyak, Mak.” Tuturku sambil memeluknya. Emak hanya tersenyum dengan memasang wajah keriputnya.
*Asrama UI, Depok 09-06-13
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H