Aku pun bergegas untuk pulang kampung dan menemui Emak, Aku sudah tidak sabar ingin memeluknya.
“Emak?” Ucapku sesaat sampai dan menemui Emak.
“Nak, Emak senang bisa melihat Ka’bah yang sebenarnya.” Sambut Emak.
“Terima Kasih ya Nak.” Tambahnya dan langsung memelukku dengan hangat. Emak sangat berantusias ingin segera mendarat di tanah suci, keinginannya sudah tercapai.
Lalu tiba-tiba kudengar suara polos yang datang di sampingku.
“Mas, terus gimana dengan sekolahku?” Sambutan awal yang hangat dari Alya, Adikku.
Ternyata perjuanganku belum berakhir, aku lupa dengan impian Alya yang ingin melanjutkan sekolahnya.
“Sabar ya Dek, semoga setelah ini Mas mendapat tawaran menulis, mungkin saja ada beberapa pihak yang melirik, karena Mas sudah berhasil memenangkan lomba tingkat nasional, doakan saja biar Mas secepatnya membantumu dan mewujudkan impianmu.” Jawabku dengan lembut kepadanya.
***
Malam pertamaku di rumah, suara jangkrik yang merdu itu seakan mengingatkan masa laluku di kamar ini. Yah, aku tinggal di desa yang jauh dari keramaian dan kebisingan kota. Aku berencana untuk mengisahkan kemenangku saat meraih juara dua mengikuti lomba menulis kemarin. Lagi-lagi aku harus terjaga dari rasa kantuk agar dapat menulis. Aku putuskan untuk menunaikan sholat Isa terlebih dahulu, karena jika mataku sudah tidak lagi kuat, aku bisa langsung bergegas tidur. Sesaat aku melangkah untuk mengambil air wudhu di ruang belakang rumah, handphoneku berdering, aku sempat menunda langkahku sejenak dan kembali mengambilnya di dalam kamar.
“Assalamualaikum, maaf ini siapa?” Tanyaku.