Mohon tunggu...
Mpu Tigan
Mpu Tigan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Interpretasi Puisi Kontroversi Sukmawati

4 April 2018   23:50 Diperbarui: 5 April 2018   00:22 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Netizen dihebohkan dengan Puisi "Ibu Indonesia" yang dibawakan oleh Sukmawati Soekarnoputri. Mereka, khususnya yang beragama Islam berang karena menganggap Puisi tersebut melecehkan atau menista Agama Islam. Apakah Sukmawati benar-benar menistakan Islam? ini tergantung dari orang-orang yang menginterpretasi puisi tersebut. Pertama kali Mpu mendengarkan puisi tersebut, hati Mpu langsung bergejolak karena terindikasi kuat menistakan Agama Islam. Namun, setelah tenang dan Mpu baca sekali lagi puisi tersebut dengan pikiran yang terbuka. Sebenarnya isi puisi ini baik tetapi salah dalam penyampaian.

Sebelum lebih jauh, sebaiknya kita samakan pikiran supaya tidak salah paham. Penistaan berasal dari kata dasar nista. Menurut KBBI Kemendikbud, nista berarti hina, rendah, cela. Berarti dapat kita simpulkan bahwa penistaan adalah perbuatan yang menghina, merendahkan, ataupun mencela.

Selanjutnya, Mpu akan mengutip kalimat-kalimat yang kontroversi di puisi tersebut.

1 Aku tak tahu Syariat Islam

2 Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah

3 Lebih cantik dari cadar dirimu

Kalimat pertama berisikan bahwa, penulis dalam hal ini Sukmawati, ilmu Agama Islamnya tidak dalam dan bisa berarti rendah hati karena menganggap ilmunya kurang. 

Pada kalimat kedua ada kata-kata Ibu Indonesia, siapakah Ibu Indonesia ini? apakah Ibu Pertiwi? ataukah Ibumu? atau Sukmawati sendiri? Mpu kira, arti dari kata Ibu Indonesia bukanlah Ibu Pertiwi lebih tepatnya Wanita Indonesia yang menjunjung tinggi Budaya Indonesia, terbukti dengan menggunakan konde (salah satu Budaya Indonesia).

Kalimat ketiga ini membandingkan Konde lebih bagus dari Cadar. Menurut KBBI, cadar berarti penutup kepala atau muka. Banyak sekali kegunaan cadar, seperti Menutup hidung, Menutup wajah biar gak item, Niqab, ataupun buat maling maupun ninja . Tetapi, jika dikaitkan dengan kalimat pertama dapat disimpulkan bahwa cadar yang dimaksud adalah cadar Niqab. Gerai tekukan rambutnya suci. Sehingga dapat disimpulkan bahwa "dirimu" disini adalah Ibu/Wanita/Muslimah yang menjunjung tinggi ajaran agama Islam sampai menggunakan Niqab. Jadi, mbak-mbak yang pakai jilbab gak belum termasuk grup ini. Hanya "ukhti-ukhti" saja. Karena banyak yang berpendapat bahwa Niqab tidak wajib hukumnya dan merupakan Budaya Arab.

Apakah ini penistaan? ini merupakan pendapat dari Sukmawati. 

Tetapi, pendapat bisa mengandung unsur hinaan. Apakah ada unsur hinaan di tiga kalimat tersebut? Kalimat 2 dan 3 merupakan pembandingan bahwa konde lebih bagus daripada niqab. Penghinaan itu jika dibandingkan dengan hal-hal yang kotor, tak senonoh, binatang, atau sesuatu yang benar-benar hina. 

Apakah konde hina? menurut Mpu, gak hina. 

Jadi apakah ini Penistaan? Menurut Mpu, tidak, karena Niqab tidak dibandingkan dengan hal yang hina. Sukmawati hanya lebih suka konde daripada Niqab

4 Gerai tekukan rambutnya suci

5 Sesuci kain pembungkus ujudmu

6 Rasa ciptanya sangatlah beraneka

7 Menyatu dengan kodrat alam sekitar

8 Jari jemarinya berbau getah hutan

9 Peluh tersentuh angin laut

Kalimat 4 & 5 merupakan perbandingan Rambut Ibu Indonesia dengan Busana yang dikenakan muslimah, keduanya suci, tidak kotor maupun najis.

Kalimat 6 - 9  berarti Wanita Indonesia ini beraneka ragam SARA. Benar-benar asli Indonesia, asal-usulnya dari Indonesia

10 Lihatlah ibu Indonesia

11 Saat penglihatanmu semakin asing

12 Supaya kau dapat mengingat

13 Kecantikan asli dari bangsamu

14 Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif

15 Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia

Sukmawati mengingatkan bahwa Budaya Indonesia itu bagus dan indah, tetapi kamu malah melupakannya dan cenderung meniru budaya bangsa lain. Artinya secara tekstual memang bagus, namun sayangnya apabila dikaitkan dengan kalimat-kalimat sebelumnya akan menimbulkan persepsi bahwa bangsa lain yang dimaksud merupakan Bangsa Arab, asal usul Agama Islam. Sehingga orang biasa bisa menyimpulkan pemaknaan sesat seperti "Jangan meniru Sok Arab, gunakan Budaya Indonesia saja". Padahal Sukmawati tidak mengungkapkannya secara eksplisit seperti itu dan malah memiliki tujuan baik. 

16 Aku tak tahu syariat Islam

17 Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok

18 Lebih merdu dari alunan azan mu

19 Gemulai gerak tarinya adalah ibadah

20 Semurni irama puja kepada Illahi

Sebelum mengucapkan kalimat merendahkan hati supaya tidak menyinggung. Padahal bagian ini mulai kental akan penistaan agama, karena sekarang yang dicakup bukan "ukhti-ukhti" saja namun semua umat muslim dan benar-benar gamblang menunjuk Agama Islam bukan Budaya Arab dengan mencatut azan. Adzan dibandingkan dengan Kidung, padahal berbeda Adzan merupakan panggilan sholat sedangkan Kidung merupakan lagu atau syair. Sukmawati juga lebih prefersuara kidung daripada suara adzan. 

Pada kalimat 19-21, Sukmawati memberitahu bahwa Tarian Indonesia itu bagus, tulusnya tak kalah dengan ibadah. Gerakan-gerakannya merupakan rasa syukur kepada Tuhan.

21 Nafas doanya berpadu cipta

22 Helai demi helai benang tertenun

23 Lelehan demi lelehan damar mengalun

24 Canting menggores ayat ayat alam surgawi

Tidak hanya doa saja, Wanita Indonesia juga bekerja dan berkreasi.

25 Pandanglah Ibu Indonesia

26 Saat pandanganmu semakin pudar

27 Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu

28 Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya.

Sukmawati kembali mengigatkan bahwa jangan melupakan Budaya asli Indonesia yang menjunjung tinggi budi luhur dan sopan santun sejak dulu.

Kesimpulan

Mpu dapat memaknai bahwa sebenarnya maksud dari puisi tersebut bagus untuk mengingat dan melestarikan Budaya Bangsa, tapi sayangnya Sukmawati tidak menunjuk secara umum budaya luar, melainkan secara spesifik Agama Islam. Sehingga dapat memunculkan pola pikir "Islam itu tidak Indonesia, Indonesia itu tidak islami".  Pemikiran tersebut berbahaya karena dapat menimbulkan perpecahan NKRI. Yang benar adalah "Islam itu ada di Indonesia, Indonesia ada islam".

Mengenai unsur penistaan, Mpu rasa tidak ada, karena Sukmawati tidak merendahkan Agama Islam, dia hanya membandingkanya dengan Budaya Indonesia, dan dia lebih suka Budaya Indonesia daripada Islam. Mpu tak tau motifnya apa kok Islam dikaitkan di puisi ini, padahal Indonesia sedang sensitif-sensitifnya mengenai agama sejak kasus Ahok. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun