Dari polemik ini kemudian muncul berbagai komentar dari berbagai pihak. Salah satu komentar bahkan menyebut status Indonesia sebagai negara anggota G20, sehingga menurut komentar tersebut Indonesia harus malu membeli barang bukan baru.Â
Namun, apakah benar Indonesia harus malu membeli barang bukan baru?
Malu membeli kereta bukan baru?
Sebenarnya, Indonesia tidak perlu malu membeli barang bukan baru. Praktek ini lumrah dilakukan pada alat transportasi, bahkan pesawat dan kapal laut pun banyak yang dibeli dalam keadaan tidak baru.Â
Tak hanya itu, mesin konstruksi dan bahkan mobil pemadam kebakaran pun ada yang diperoleh dalam keadaan tidak baru. Sebagai negara G20 sendiri, bukan hanya Indonesia yang pernah membeli kereta dalam unit bukan baru.
Tercatat ada Argentina yang pernah membeli KRL eks Jepang untuk layanan kereta bawah tanah di Buenos Aires. Ada pula Australia yang pernah membeli lokomotif bukan baru untuk berbagai keperluan, seperti angkutan tambang dan bahkan sekedar untuk langsir.Â
Bahkan, satu lokomotif bukan baru di Australia di antaranya merupakan lokomotif yang dirakit oleh INKA, BUMN manufaktur kereta api di Indonesia, yang sebelumnya beroperasi di Filipina.
Indonesia juga tidak sendiri di ASEAN. Tercatat ada Thailand, Malaysia, Vietnam, Laos, Filipina, dan Myanmar yang pernah mengimpor kereta bukan baru.
Thailand baru-baru ini mengimpor KRD seri 183 eks JR Hokkaido tahun lalu sebanyak 17 unit. KRD ini kemudian diperbaiki dan didandani oleh Balai Yasa Makkasan milik State Railway of Thailand sebelum beroperasi, sehingga terdapat penyerapan tenaga kerja. Thailand diketahui juga pernah mengimpor kereta penumpang dan lokomotif eks Jepang.
Layaknya di Indonesia, kedatangan KRD seri 183 eks JR Hokkaido ke Thailand juga menuai polemik pada saat masih berupa rencana. Tentu dikarenakan unit-unit KRD ini dianggap sudah tua. Namun siapa sangka, setelah beroperasi di Thailand justru KRD ini menjadi daya tarik utama wisatawan baik lokal maupun mancanegara di sana.Â