Fakta ideologisnya, demi Indonesia yang bhinneka tunggal ika, para founding father yang mayoritas muslim ikhlas melepas 7 kata berbasis syariat dalam Piagam Jakarta, dan menggantinya dengan sila pertama Pancasila yang lebih terbuka, Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dan masih ada sederet fakta penegas lainnya bahwa memang Indonesia merupakan kado terindah umat Islam kepada bangsa dan negaranya.Â
STEP-2 : BAHAYA MULTI-DIMENSI
Step kedua, semakin penting disadari bahwa kini Indonesia kita dalam bahaya.Â
Dalam hal ini kita perlu jujur, dan tidak perlu berpura-pura seakan semua baik-baik saja. Kita tidak boleh kehilangan harapan pada negeri sendiri, tentu saja, sebagaimana kita juga tidak boleh kehilangan kejujuran pada diri sendiri.
Bahaya dalam konteks Asean, misalnya, Indonesia kita di posisi tidak siap memenangi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Malah dalam beberapa hal kalah telak.Â
Salah satunya, Indonesia kita sulit memenangi persaingan di pasar tenaga kerja terampil MEA. Padahal sumberdaya manusia kita berlimpah. Jumlah penduduk Indonesia 40,5% dari populasi Asean. Akan tetapi dengan IQ dan pendidikan yang rendah, ditambah fakta keterserapan lulusan perguruan tinggi yang juga rendah, Indonesia kita yang berpenduduk besar ini terancam cuma jadi pasar besar bagi sejumlah negara tetangga.
IQ dapat menunjukkan potensi kecerdasan alamiah bawaan manusia. Data IQ rata-rata sejumlah negara Asean menunjukkan Singapura 101, disusul Vietnam 96, Malaysia dan Brunei 92, Thailand 91, dan Indonesia 89.
Data selanjutnya, tingkat pendidikan rata-rata di Indonesia kini 67% SMP ke bawah. Fakta itu memiris hati ketika tersadari bahwa 79% pengangguran di Asean berpendidikan segitu, SMP ke bawah. Ngerinya lagi, di Malaysia, Singapura dan Thailand, 80% pengangguran kini lulusan SMA atau sarjana.
Untuk keterserapan lulusan perguruan tinggi, di Indonesia hanya 7%. Bandingkan dengan Thailand 17%, Singapura 28,3%, dan Filipina 29%. Menarik, fakta bahwa sarjana di Indonesia 7% terserap atau 93% tidak terserap, itu dapat memberi gambaran bahwa sebagian besar sarjana di Indonesia mubazzir atau tidak terampil.
Berpenduduk besar 40,5% dari populasi Asean, tetapi dengan IQ, pendidikan, dan keterserapan sarjana yang relatif rendah, patut dikhawatirkan Indonesia kita cuma jadi pasar besar bagi negara lain. Bukan cuma oleh sesama negara anggota MEA. Tapi juga oleh negara raksasa seperti China yang akhir-akhir ini menyita perhatian kita dikarenakan aliran tenaga kerjanya ke Indonesia, termasuk yang terbukti ilegal.