Mohon tunggu...
Mozza Ezra Zappatero
Mozza Ezra Zappatero Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Halo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jesuit: Bagaimana Ordo Katolik Roma Membangun Calon Pemimpin yang Berguna Bagi Sesama Manusia di Indonesia

2 Juni 2024   22:40 Diperbarui: 2 Juni 2024   22:59 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jesuit, atau bisa dikenal sebagai Serikat Yesus adalah sebuah ordo Katolik Roma yang dibangun oleh St. Ignatius of Loyola, St. Francis Xavier, Simão Rodrigues, SJ, St. Peter Faber, Diego Laynez, SJ, Nicolaus Bobadilla, SJ, dan Alfonso Salmeron, SJ pada tahun 1534 dengan mereka mengikrarkan janji mereka untuk hidup dalam kemiskinan dan mengikut Tuhan sampai akhir riwayat hidup dibawah pohon elm di Montmartre, Paris. Jesuit baru disahkan secara resmi sebagai sebuah ordo oleh Paus Paulus III pada 27 September 1940. Jesuit memiliki tujuan mulia untuk memuliakan nama Tuhan dan membantu sesama yang tersingkirkan dimana para anggota Jesuit mau untuk hidup dalam kemiskinan demi kebaikan orang lain. Awalnya, Jesuit yang beranggotakan enam orang ini melakukan pelayanan di berbagai penjuru dunia, bahkan India dan China untuk menyebarkan Injil Firman Tuhan. 

Jesuit telah dipimpin oleh berbagai karakter penting yang menjadi tokoh kemanusiaan. Para karakter tersebut adalah St. Ignatius of Loyola, St. Francisco Xavier, Pedro Arrupe SJ, dan Arturo Sosa SJ. Mereka melakukan berbagai perubahan pada Jesuit dengan menjadi pemimpin dimana perubahan-perubahan tersebut membuat dampak besar terhadap keadaan duniawi.

  1. St. Ignatius of Loyola - Pendiri utama ordo Katolik Roma Jesuit yang bertujuan untuk melayani Tuhan dan sesama manusia.

  2. St. Francisco Xavier - Misionaris sekaligus pemimpin sementara Jesuit ketika Loyola sakit pada 1541 dimana St. Francisco Xavier menyebarkan injil Firman Tuhan dan ordo Jesuit ke berbagai pelosok dunia seperti India dan China.

  3. Pedro Arrupe SJ - Pemimpin Jesuit yang memiliki pandangan tersendiri mengenai isu-isu duniawi dan cara untuk menyelesaikannya. Pedro Arrupe SJ membuat semboyan ternama Jesuit yakni “Man For and With Others” dimana Pedro Arrupe SJ memiliki konsep bahwa “Iman Bekerja Melalui Kasih” dan “Preferential Option For The Poor”. Konsep pertama bermakna bahwa Iman pada seseorang akan bekerja dan berkembang jika seseorang tersebut mengasihi sesama manusia dengan melakukan pelayanan terhadap sesama manusia. Konsep kedua bermakna bahwa seseorang memiliki opsi untuk meninggalkan kehidupannya untuk membantu orang-orang yang lebih membutuhkan dan tersingkirkan. Pedro Arrupe SJ mewujudkan ketiga hal ini dengan membangun Jesuit Refugee Service (JRS) yang membantu orang-orang tersingkirkan dengan memberikan mereka tempat tinggal.

  4. Arturo Sosa SJ - Pemimpin Jesuit tahun 2016 hingga sekarang yang membuat tujuan baru bagi para Jesuit yakni Universal Apostolic Preferences dimana Universal Apostolic Preferences ini berisi empat butir nilai yang menjadi tujuan utama Jesuit berkarya. 

  • Finding God In All Things - Mencari Tuhan dalam segala hal, berarti bahwa Tuhan merupakan omnipresence dan berada dimana-mana jika kita sungguh mencarinya. 
  • Walking With The Excluded - Membantu para yang tersingkirkan dan melayani yang tersingkirkan.
  • Journeying With The Youth - Berjalan bersama para generasi muda dengan membimbing mereka menjadi sosok yang memiliki tingkat spiritualitas dan moralitas yang berguna bagi manusia dan melahirkan sosok calon pemimpin yang beriman.
  • Caring For Our Common Home - Merawat bumi rumah kita bersama sebagai karya ciptaan Tuhan yang layak disyukuri.

Jesuit tidak hanya merupakan sebuah ordo Katolik Roma yang hanya berfokus pada organisasi, tetapi Jesuit juga menyebarkan karya mereka melalui universitas, sekolah, berita, sosial media, tempat ungsi, dan lain-lain. Jesuit di Indonesia menjadi salah satu ordo krusial yang membangun sosok pemimpin unggul dan beriman pada Tuhan serta berguna bagi sesama manusia. Jesuit membangun 8 sekolah ternama di Indonesia dimana sekolah-sekolah tersebut memiliki motto Ad Majorem Dei Gloriam, 4C1L (Compassion, Commitment, Competence, Conscience, Leadership) , dan Men For and With Others. Keenam sekolah tersebut ialah:

  • Canisius College, Jakarta.
  • Gonzaga College, Jakarta.
  • Loyola College, Semarang.
  • PIKA (Pendidikan Industri Kayu Atas) College, Semarang.
  • De Britto College, Yogyakarta.
  • Mikael College, Solo.
  • Lecoq de’ Armanville, Nabire.
  • Seminari Mengenai Santo Petrus Kanisius Mertoyudan, Magelang.

Delapan sekolah diatas merupakan Kolese ternama di bawah arahan Jesuit yang membangun calon pemimpin yang berguna bagi sesama. Di dalam sekolah-sekolah tersebut, ada diterapkan berbagai metode pembelajaran yang efektif untuk membangun sosok pemimpin yang berguna bagi sesama. Salah satu metode pembelajarannya yang paling terkenal adalah Paradigma Pedagogi Ignatian (PPI) dimana Paradigma Pedagogi Ignatian ini merupakan sebuah metode pembelajaran yang dapat membangun cara berpikir dan bertindak para siswa dengan baik dan benar. Paradigma Pedagogi Ignatian memiliki tujuan untuk membuat para siswa dapat menghidupi 4C1Ldalam kehidupan sehari-harinya melalui pembelajaran. Cara mewujudkan tujuan ini dilakukan melalui 5 tahapan, yakni konteks, pengalaman, refleksi, evaluasi, dan tindakan.

  • Konteks, merupakan aspek penting dimana sosok pengajar harus menjelaskan dengan baik konteks mengapa materi tersebut dipelajari dengan mengaitkan materi pembelajarannya dengan pengalaman atau pengetahuan asli yang telah dialami oleh sosok pengajar.
  • Pengalaman, dimana sosok pengajar harus memberikan pengalaman tidak terlupakan bagi para siswa saat mengajar dimana pengalaman ini dapat diberikan melalui hal-hal seperti memancing para siswa untuk aktif di kelas.
  • Refleksi, pengajar harus membimbing para siswa untuk tetap melakukan refleksi setelah selesainya pembelajaran, apa hal yang patut disyukuri, apa yang dipelajari, perasaan dominan terhadap pembelajaran, dan lain-lain.
  • Evaluasi, setelah ketiga hal tadi, evaluasi menjadi aspek penting yang disampaikan pengajar untuk memberitahu para siswa hal-hal yang patut dievaluasi ketika pembelajaran sebelumnya untuk mendapatkan makna dan peningkatan kualitas pembelajaran.
  • Tindakan, pengajar harus segera mengambil tindakan asli mengajar dengan cara mewujudkan pembelajaran yang telah direfleksikan dan dievaluasikan secara bersama agar menjadi lebih intensif dan komprehensif bagi para siswa.

Cara sekolah Jesuit dapat membangun para pemimpin yang unggul dan beriman tersebut adalah dengan mewujudkan motto dari sekolah Jesuit yakni:

  • Ad Majorem Dei Gloriam, demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar.
  • Man For and With Others, menjadi sosok yang berguna dan melayani sesama manusia.
  • Magis, menjadi lebih baik setiap harinya dengan berusaha semaksimal mungkin.
  • Discernment, membuat keputusan yang baik dan bijaksana bagi individu dan sesama manusia.
  • Care for Every Individual, peduli terhadap semua individu.
  • Love for Nature and Culture, cinta terhadap lingkungan dan kebudayaan di sekitar dengan melestarikan dan merawatnya,
  • Honesty and Fairness, kejujuran dan keadilan dalam pembelajaran tanpa terkecuali.

Melalui 7 motto diatas, para siswa diharapkan dapat membangun Compassion, Commitment, Conscience, dan Competence dimana keempat aspek 4C ini menjadi kunci untuk membuka pintu kepada sikap Leadership. 

  • Compassion, berarti belas kasih yakni rasa kasihan terhadap seseorang yang membutuhkan dimana rasa ini merangsang kita untuk bertindak membantu seseorang tersebut.
  • Commitment, komitmen atau janji terhadap suatu hal yang harus ditaati demi kebaikan individual dan bersama.
  • Conscience, hati nurani yakni kemampuan untuk berbuat yang baik, bukan buruk. Menjadi alat pembeda hal baik dan buruk.
  • Competence, kelebihan atau kemampuan seseorang dalam suatu hal layaknya sebuah bakat yang harus selalu dikembangkan sebagai aksi bersyukur atas karunia Tuhan.

Jika 4C telah dapat diterapkan oleh para siswa, maka sikap Leadership pun akan muncul secara perlahan. Leadership ini merupakan kemampuan seseorang untuk dapat mempengaruhi, memotivasi, dan mengarahkan orang lain untuk mencapai suatu tujuan yang baik bagi bersama. Sosok leader yang dimaksud adalah sosok pemimpin yang mau menderita demi kebersamaan, kebaikan orang lain. Pemimpin ini merupakan sosok pemimpin yang tidak egois dan rela melakukan sesuatu yang tidak disukainya. Sikap Leadership ini dapat dilihat secara langsung jika seseorang tersebut dapat memiliki 10 butir kepemimpinan yang berisikan

  • Energi Mengikuti Imajinasi, jika imajinasi kita kuat, maka energi kita harus juga kuat.
  • Kita Semua Adalah Sama. Tak Ada Yang Seperti Tampaknya, solidaritas kebersamaan.
  • Bilang “A” Bikin “A”, konsisten terhadap suatu tujuan.
  • Satu Bicara Yang Lain Mendengarkan, rasa hormat dan menghargai orang berbicara.
  • Totalitas, Tidak Setengah-Setengah, selalu berusaha semaksimal mungkin.
  • Proaktif dan Inisiatif, aktif dalam segala hal.
  • Kreatif : Berpikir Bercabang-Cabang, memiliki pikiran out of the box.
  • Mengedepankan Rasa Daripada Otak, lebih memperhatikan sekitar.
  • Mau Walaupun Sukar, Justru Karena Sukar, demi kebaikan orang.
  • Kita Hanya Bisa Memberikan Apa Yang Kita Miliki.

Sekolah-sekolah Jesuit tersebut melatih kepemimpinan tadi melalui pembelajaran dan berbagai kegiatan yang menggerakan hati para siswa untuk menjadi lebih peduli terhadap sesama. Kegiatan tersebut dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti aksi bantu-membantu, retret, jambore, dan lain-lain.


Jesuit Image
St. Ignatius of Loyola Image

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun