Mohon tunggu...
Moza Adalia
Moza Adalia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengembangkan Diri Tanpa Insecure

19 September 2022   23:20 Diperbarui: 19 September 2022   23:23 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada zaman yang sudah canggih ini, pernahkah kalian  mendengar kata “insecure”? tentu pernah bukan? hal ini bukan lagi hal yang asing, melainkan sebuah kejadian yang akrab dialami oleh masyarakat terutama pada remaja masa kini. Namun pernahkah kalian bertanya kepada diri kalian sendiri, apasi insecure itu? atau kenapa ya aku merasa demikian? 

Nah, pada kesempatan kali ini, saya akan menjelaskan tentang hal tersebut. Jadi, Insecure adalah  perasaan cemas, ragu, atau kurang percaya diri sehingga membuat seseorang merasa tidak nyaman dalam melakukan suatu hal. Biasanya hal ini disebabkan oleh  beragai faktor. Contohnya seperti merasa ditolak oleh lingkungan karena sebuah perbedaan, mendapatkan penilaian kurang baik dari orang lain, mengalammi sebuah kegagalan, sifat perfeksionis yang berlebihan dan masih banyak lagi. 

Sebenarnya, Insecure adalah hal yang wajar sekali terjadi.  Setiap manusia bahkan membutuhkan rasa insecure untuk mendorong seseorang memiliki pencapaian baru dalam hidup. Misalnya ketika seseorang merasa inscure pada orang pintar, maka ia akan terdorong untuk belajar lebih giat. Namun apabila dilakukan secara terus-menerus, insecure dapat menjadi suatu hal yang berbahaya sehingga berdampak pada kehidupan. Berikut bebarapa dampak negatif yang disebabkan oleh insecure :

  •  Merasa tidak berharga 
  • Menjadi pribadi yang pasif 
  • Membuat diri tidak berkembang 
  • Mengalami gangguan kesehatan mental
  • Sulit mempercayai orang lain 
  • Merasa kurang berharga 
  • Takut dalam mengambil keputusan 
  • Merasa tidak dicintai

Dan masih banyak lagi dampak negatif yang disebabkan oleh insecure. Pernahkah teman-teman sekalian mendengar kalimat "Cintai dirimu dahulu, baru kamu bisa mencintai orang lain". Menurut saya, hal itu benar adanya. Kita harus bisa menciptakan kebahagiaan untuk diri sendiri terlebih dahulu, maka baru bisa membahagiakan orang lain. Menomorsatukan diri sendiri bukanlah hal yang egois ya teman-teman, ini hanyalah tindakan realistis. Kalau bukan diri sendiri, siapa lagi yang dapat dijadikan rumah? kalau bukan kita yang sayang dengan diri kita sendiri, maka siapa lagi? 

Lalu bagaimana sih cara menghadapinya? salah satu cara untuk menanggulangi rasa insecure adalah dengan melakukan perbuatan self love. Self love atau mencintai diri sendiri adalah sebuah kesadaran seseorang untuk memprioritaskan diri sendiri serta tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Self love pun bukan berarti egois, hanya saja perilaku yang lebih memikirkan diri sendiri. Banyak cara yang dapat dilakukan sebagai bentuk dari perilaku ini. Misalkan seperti : 

1. Berkomunikasi dengan diri sendiri 

2. Melakukan hal yang disukai sebagai bentuk apresiasi diri

3. Bergabung dengan komunitas yang support self-love

4. Sadar betapa berharganya dirimu 

5.  Mengembangkan potensi diri sehingga memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan 

6. Belajar mensyukuri dan menerima diri sendiri 

Berdasarkan penjelasan diatas, tentunya teman-teman sekalian sudah memahami tentang betapa pentingnya melakukan self love dan stop untuk insecure. Teman-teman harus paham bahwa didalam setiap diri manusia itu pasti ada yang namanya kelebihan dan kekurangan. Itu hal yang wajar, semua orang memiliki hal tersebut. Tugas teman-teman adalah menerima keduanya dengan cara mensyukuri segala kelebihan dan tetap mengembangkan diri agar kekurangan dapat menjadi kelebihan. Jangan malu untuk belajar karena dengan itu pula kalian dapat berkembang. Sekian dari saya, semoga artikel ini dapat membantu teman-teman sekalian. Terimakasih!

Daftar Pustaka
 
Alase, A. (2017). The interpretative phenomenological analysis (IPA): A guide to a good qualitative reseach approach. International Journal of Education and Literacy Studies, 5(2), 69-81. https://doi.org/10.7575/aiac.ijels.v.5n.2p.9. Diakses 19 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun