Mohon tunggu...
Azimuddin
Azimuddin Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta

Menulis untuk berbagi dan meninggalkan jejak

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Sekelebat Buku Sejarah Tuhan oleh Karen Armstrong

9 Agustus 2021   22:05 Diperbarui: 9 Agustus 2021   22:15 3058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Beli buku ini ditahun 2002 sebagai hadiah saya untuk Ayah dihari ulang tahun beliau. Jujur tujuan beli buku itu lebih karena rasa penasaran saya akan isinya, hadiah hanya sebagai kamuflase, karena saya tahu Ayah saya ngga akan baca buku semacam itu.

Walau akhirnya beliau sedikit mengintip isi buku itu, yang saya yakin karena ngga enak hati aja, terlihat dari catatan pinggir dan hightlight yang beliau buat pada beberapa halaman awal. Dan wajar sekali bacaaan beliau terhenti pada halaman-halaman awal karena disitulah rangkuman isi buku, yang sama kontraversialnya dengan judulnya.

Judul lengkapnya,  Sejarah Tuhan : Kisah Pencarian Tuhan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi, Kristen dan Islam selama 4.000 tahun. Menceritakan kisah manusia dalam 3 agama besar dunia itu mencari Tuhan. Sukses mendapatkan berbagai pujian (mungkin lebih banyak lagi kritik) dari penjuru dunia, baik dari kalangan agamawan maupun ilmuwan. " Buku yang sangat menantang secara intelektual. Cara yang memesona dalam mendekati subjeknya", begitu bunyi salah satu reviewnya.

Karen Amstrong mengaku, saya kutip: Sejak kecil memiliki kepercayaan keagamaan yang kuat, tetapi dengan sedikit keimanan pada Tuhan. Gambaran yang ia dapatkan sejak kecil tentang Tuhan, dalam Katolik Roma, lebih merupakan kredo yang menakutkan, mendengarkan khutbah tentang api neraka, dan mendapatkan bayangan lebih nyata tentang neraka daripada Tuhan itu sendiri.

Membaca pengakuannya itu membuat jadi teringat masa kecil saya yang dikelilingi komik Siksa Neraka karya MB Rahimsyah. Kalau masa kecil kalian diakhir tahun 80-90 an tentu familiar dengan komik itu. Sang komikus berhasil sekali menakuti saya dengan penggambarannya yang jelas dan vulgar apa yang terjadi di neraka. Gugling sebentar pake keyword "komik siksa neraka" berhasil memperjelas kembali gambarnya dari memori otak saya. Jaman itu komik genre ini dijual  dilapak emperan depan sekolah, disebelah penyewaan Gimbot.  Kayaknya  sekarang udah nggak dijual, ga pernah liat lagi.  Kalau penasaran donlot aja Pdf nya.

Balik lagi ke buku. Karen remaja mulai menyadari bahwa ada sesuatu pada agama yang lebih dari sekedar rasa takut. Melihat para rahib, pusi-puisi indah, ia mulai pendekatan baru, dia menjadi biarawati.  Bergulat dalam doa, mempelajari kitab suci, sejarah gereja dalam usahanya mendekatkan diri ke Tuhan, sayangnya usaha itu tak juga membuahkan hasil baginya.

Akhirnya Karen meninggalkan kehidupan biara namun tetap mencurahkan perhatiannya pada bidang agama,  dimana mengharuskan dia berinteraksi dengan para monoteis terkemuka ketiga agama besar  dan mendapat penjelasan, yang dia harap didengar 30 tahun lalu sebelum menjadi biarawati.

Bahwa, mereka bilang, ketimbang menanti Tuhan turun dari ketinggian, seseorang harus merasakan tentang Dia dalam dirinya.  Jangan harap mengalami Tuhan sebagai fakta objektif hasil pemikiran rasional. Bahkan beberapa monoteis terkemuka mengatakan padanya bahwa Tuhan tidak ada dengan sebenarnya, namun dengan demikian "dia" adalah realitas terpenting di dunia.

Gimana, sudah keliatan kan serunya?

Jadi apa maksud Sejarah Tuhan dalam buku ini? Nah disini dimulai panas kontraversinya. Sebab menurutnya "Seorang fundamentalis  akan membantah ini, karena fundamentalis antihistoris.

Jadi Sejarah Tuhan bukan tentang realitas Tuhan, tapi tentang sejarah persepsi manusia tentang Tuhan. Dia berpendapat bahwa gagasan manusia, tentang Tuhan akan berbeda tiap generasi. Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain, sehingga Tuhan yang dialami nabi-nabi ketiga agama besar itu tidak sama dengan Tuhan yang kita alami saat ini.

Tiap generasi harus menciptakan citra Tuhan yang sesuai baginya.

Bahkan dikutip pada sampul bukunya : Jika gagasan tentang Tuhan tidak memiliki keluwesan semacam ini, niscaya ia tidak akan mampu bertahan untuk menjadi gagasan besar manusia. Ketika sebuah konsepsi tentang Tuhan tidak lagi mempunyai makna atau relevansi, ia akan diam-diam ditinggalkan dan digantikan oleh teologi baru.

Mari kita lihat Ateisme, lanjut Bu Karen. Pernyataan " saya tidak percaya Tuhan" punya arti berbeda pada tiap periode sejarah. Ateisme adalah masa transisi dari satu gagasan ke gagasan baru lainnya.

Siapa yang disebut Ateis saat ini? Yaitu seseorang yang tidak percaya kepada Tuhan agama-agama masa kini.  Maka penganut Yahudi, Kristen dan Islam adalah "Ateis" bagi kaum pagan (penyembah berhala dan dewa-dewa) pada masa mereka karena telah menganut gagasan revolusioner baru  tentang keilahian dan monoteisme.

Begitulah sekelebat Sejarah Tuhan.

Jujur, sulit sekali saya mengerti buku ini. Butuh waktu lama bikin tulisan ini, hasil dari  bolak-balik 8 halaman bab Pendahuluan. Tapi paling ngga begitulah kira-kira gambaran besarnya dan kontroversinya.

Baiknya memang baca sendiri. Ini aja mau coba baca ulang 510 halamannya lagi. Mudah-mudahan otak masih kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun