Mohon tunggu...
Anto Mohsin
Anto Mohsin Mohon Tunggu... Dosen -

Sebelumnya kuliah dan bekerja di AS. Sekarang mengajar di Qatar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hakteknas dan Kebangkitan Iptek Indonesia

31 Agustus 2015   21:09 Diperbarui: 31 Agustus 2015   21:09 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

 

Pertama, menanamkan dan memupuk budaya rasa ingin tahu masyarakat sejak kecil. Biasanya anak-anak balita dan usia sekolah rasa ingin tahunya sangat besar. Mereka banyak bertanya selagi mengenal dunia sekelilingnya. Banyak studi pendidikan awal anak menyarankan supaya rasa ingin tahu ini jangan diredam tapi justru harus didorong sehingga ketika mereka tumbuh besar memiliki keinginan kuat untuk menelusuri banyak hal. Di sini peran orang tua serta guru pra-TK, TK, dan Sekolah Dasar amat sangat penting. Ada banyak cara melakukan ini. Di antaranya memperkenalkan mereka pada buku-buku, alam sekeliling, dan beragam museum. Pada saat yang bersamaan mereka juga perlu dilatih mengekspresikan apa saja yang mereka telah pelajari dengan cara menuliskannya dalam bentuk karangan. Setiap anak punya ketertarikannya sendiri sehingga satu topik tertentu (contohnya samudra) bisa ditelaah dan ditulis dalam berbagai perspektif menarik.

 

Kedua, menumbuhkankembangkan tradisi menjelajah baik secara fisik menelusuri lingkungan sekelilingnya maupun secara intelektual mengeksplorasi dunia melalui bermacam bacaan. Salah satu organisasi ilmiah kondang dunia National Geographic Society ketika didirikan di tahun 1888 memiliki misi untuk menumbuhkan dan menyebarkan ilmu geografi ("to increase and diffuse geographic knowledge"). Dengan misi ini, organisasi ini telah menjelajah banyak tempat dan memberikan dana penelitian bagi banyak ilmuwan ternama dunia seperti ahli primatologi Jane Goodal dan antropolog Louis and Mary Leakey. Majalah National Geographic telah banyak memuat artikel-artikel hasil penjelajahan dan penelitian yang dilakukan dan didanai oleh organisasi ini.

 

Dalam sejarah nusantara, kita pernah memiliki sosok Karaeng Pattinggaloang, penguasa Kerajaan Tallo' di abad ke-17 yang punya rasa ingin tahu yang besar sehingga beliau menguasai berbagai bahasa asing dan lihai bercakap dengan bangsa-bangsa Eropa yang datang ke Makassar. Ketika berkuasa Karaeng Pattinggaloang menerjermahkan banyak buku mengenai teknologi terbitan Eropa kala itu. Usahanya mirip dengan Pergerakan Terjemahan yang dilakukan dinasti Abbasiyah di Baghdad untuk menerjemahkan banyak buku-buku Yunani, Persia, dan Sansekerta ke dalam Bahasa Arab.

 

Seperti halnya yang pernah dilakukan Karaeng Pattinggaloang dan dinasti Abbasiyah, kita juga harus punya koleksi buku-buku yang lebih banyak lagi baik yang terbitan dalam negeri maupun terjemahan buku-buku luar negeri. Buku-buku ini harus tersedia dengan murah dan mudah. Internet banyak menyediakan informasi tapi informasi yang tersaji tidak terstruktur rapi layaknya buku yang dikarang dan disunting dengan baik. Memberikan akses internet saja tanpa menyediakan buku-buku tidak efektif.

 

Kalau dua cara pertama penekanannya ada pada anak-anak usia sekolah sehingga ketika mereka tumbuh besar memiliki kedua sifat ini, strategi ketiga fokusnya ada pada mahasiswa di tingkat S1 ke atas, yaitu memberikan pendidikan interdisipliner di perguruan tinggi. Pada dasarnya para mahasiswa dan mahasiswi di perguruan tinggi harus memiliki kesempatan untuk menelusuri lebih lanjut minat dan bakatnya tanpa harus terkukung oleh disiplin ilmu yang dipilihnya ketika mulai kuliah. Pendidikan interdisipliner juga diperlukan untuk menciptakan situasi kondusif untuk persilangan ide-ide. Dengan begini mereka bisa lebih terbuka menerima ide-ide baru yang bisa membentuk pemikiran-pemikiran baru juga. Pendidikan interdisipliner memungkinkan seorang mahasiswi mengambil sikap kritis dan skeptis terhadap ilmu pengetahuan yang diperolehnya sehingga terpacu untuk mencari jawaban sendiri. Slogan Royal Society of London, organisasi keilmuwan tertua di dunia, adalah "Nullius in Verba" Bahasa Latin yang arti harfiahnya "Jangan Percaya Kata Orang". Slogan ini membentuk sikap para ilmuwan Royal Society yang selalu ingin mencari tahu atau membuktikan sendiri jawaban atas berbagai permasalahan ilmiah. Sikap ini pula yang memacu salah satu anggota Royal Society Michael Faraday untuk meneliti lebih lanjut hubungan antara arus listrik, magnet, dan gerak sehingga dia berhasil mendesain dan membuat motor listrik.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun