Menghadapi orang tua yang bersikeras memasukkan anak berkebutuhan khusus (ABK) ke sekolah reguler menjadi tantangan tersendiri bagi para guru.
Meskipun anak berkebutuhan khusus tersebut membutuhkan layanan khusus, namun orang tua kerap enggan memasukkannya ke SLB.
Ini adalah tantangan bagi para guru untuk menghadapi orang tua murid yang memerlukan pendekatan sensitif dan informatif.
Penting untuk menyampaikan informasi ini dengan empati agar orang tua dapat mempertimbangkan kembali keputusan mereka.
Baca Juga:Â Ngobrol Bareng Legislator: Literasi Digital Bagi Pelaku Industri Pariwisata
Dwi Giarti Safarini, seorang guru dan pemerhati ABK, mengungkapkan beberapa risiko dan tantangan jika ABK dipaksa bersekolah di lingkungan reguler.
Berikut lima alasan penting yang perlu dipertimbangkan oleh orang tua.
Baca Juga:Â Literasi Digital: Mudah dan Nyaman Belanja Online
1. Setiap Anak Memiliki Kebutuhan yang Berbeda
Setiap anak memiliki kebutuhan yang unik, terutama anak berkebutuhan khusus yang sering kali memerlukan perhatian khusus yang mungkin tidak tersedia di sekolah reguler.
Meskipun ada, diperlukan guru pendamping khusus (GPK), yang tidak selalu tersedia di sekolah reguler.
2. Lingkungan yang Lebih Aman di SLB
Sekolah khusus menawarkan lingkungan yang lebih aman dengan pendekatan pengajaran yang dipersonalisasi.
Baca Juga:Â Perhatikan Lingkar Perutmu, Kunci Kesehatan yang Kerap Terabaikan
Program di sekolah khusus dirancang untuk membantu anak mengembangkan kemampuan akademis dan sosial mereka dengan cara yang paling efektif.
3. Risiko di Sekolah Reguler
Anak dengan disabilitas dapat menghadapi risiko dan tantangan yang cukup berat jika masuk di sekolah reguler, termasuk kurangnya dukungan yang memadai dan risiko bullying.
Lingkungan yang tidak mendukung hanya akan membuat anak merasa terasing dan stres.
Pada akhirnya dapat menghambat perkembangan mereka bahkan resiko yang lebih buruk.
Baca Juga:Â Penting! Ini Manfaat Perhatikan Label Nutrisi untuk Kesuksesan Diet
4. Kerja Sama dengan Orang Tua
Penting adanya kerja sama antara sekolah dan orang tua demi kebaikan anak.
Keputusan harus didasarkan pada hasil asesmen dan harapan orang tua, dengan mempertimbangkan kebutuhan anak.
5. Rekomendasi Profesional
Orang tua sebaiknya meminta evaluasi dari profesional seperti psikolog, terapis, atau dokter.
Evaluasi ini memberikan pandangan objektif tentang kebutuhan anak dan bisa menjadi bahan diskusi yang menunjukkan bukti konkret tentang kebutuhan khusus anak mereka.
Dengan memahami dan mempertimbangkan poin-poin tersebut, diharapkan orang tua dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana terkait pendidikan anak berkebutuhan khusus.
Menyekolahkan anak ke sekolah luar biasa (SLB) bukan berarti membatasi mereka dalam berkembang.
Justru keputusan tersebut mampu memberikan mereka kesempatan untuk berkembang di lingkungan yang lebih mendukung.
Bukan tidak mungkin jika ABK di tempat yang tepat dengan layanan yang baik, dapat memaksimalkan potensinya jauh lebih baik dari anak normal pada umumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H