Mohon tunggu...
Ferry Yang
Ferry Yang Mohon Tunggu... -

CEO and Founder of Yang Academy, PhD in Education

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenai Polemik UNBK

18 April 2018   08:54 Diperbarui: 18 April 2018   14:39 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Karena berfokus kepada hasil akhir, maka proses tidaklah penting. Padahal seharusnya proses jauh lebih bermakna di dalam pendidikan yang mengetengahkan HOTS dibandingkan dengan hasil akhir. Proses di dalam HOTS tentunya memerlukan waktu yang cukup panjang. Untuk menyelesaikan suatu proyek atau memecahkan satu masalah tidaklah bisa hanya diberikan waktu beberapa menit. Proses yang panjang itu yang justru melatih seseorang di dalam HOTS.

Pengujian massal secara konsekuensi memiliki keterbatasan alamiah yaitu berhenti pada LOTS (Lower Order Thinking Skills atau Lower Order of Thinking). Secara khusus titik penekanan ada pada level pertama yang adalah menghafal. Jika seseorang sudah hafal akan rumus yang perlu dipakai pada soal jenis tertentu, maka dia dapat menggunakan rumus yang sudah dihafalnya itu pada soal yang diberikan.

Untuk ilmu-ilmu sosial juga sama. Jika seseorang sudah hafal jawabannya pada soal-soal jenis tertentu, maka dia hanya perlu menjawab sesuai dengan apa yang dihafalkannya untuk soal tersebut. Pengujian massal terbatas pula dalam soal waktu. Sejauh ini tidak ada pengujian massal yang dijalankan dalam satu semester hanya untuk menyelesaikan satu soal. Satu soal biasanya harus diselesaikan hanya dalam 2-3 menit, khususnya bila menggunakan pilihan berganda. Lebih dari batas waktu tersebut, maka peserta bisa-bisa tidak dapat menyelesaikan ujian.

Betul sekali bahwa jika HOTS yang hendak dilatihkan kepada siswa, maka tantangan akademik haruslah lebih sulit dari sekedar menghafal. Tetapi media pengujiannya kuranglah tepat jika menggunakan ujian massal. Ujian massal seperti UNBK ini justru membelenggu pembelajaran di dalam model pembelajaran pada level LOTS dan secara khusus penekanan pada level 1, menghafal. Model UNBK seperti yang selama ini dipakai perlu dikaji ulang jika memang hendak mendidik orang-orang mencapai HOTS (menganalisa, mengevaluasi, mencipta).

Siswa perlu diberi waktu yang cukup untuk memproses pembelajaran sampai kepada mengasah kemampuan mencipta pada akhirnya. UNBK tidak menguji kemampuan siswa mencipta. Ini karena ujian massal seperti UNBK ini memang pada dirinya sendiri terbatas. Bahkan UNBK tidak bisa menguji kemampuan analisa dan evaluasi siswa sesuai dengan apa yang seharusnya. Belum lagi jika kita membicarakan kemungkinan terjadinya kecurangan selama pelaksanaan UNBK, yang mana sampai sekarang tidak dapat dipungkiri masih terus terjadi.

Akhir kata, yang lebih penting dari pembenahan soal-soal UNBK adalah pembenahan kurikulum nasional secara keseluruhan. Perlu konsistensi dan perangkat yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik. Tidak ada jalan pintas dalam hal ini. HOTS memang perlu dicapai, tetapi menurut hemat saya bukan dengan model ujian massal yang dipakai di UNBK. Penyelenggara pendidikan perlu diberikan pelatihan yang cukup. Guru-guru juga perlu dikonsolidasi dengan ilmu pendidikan yang lebih dalam, selain juga perlu disaring lebih ketat demi mendapatkan guru-guru yang sungguh-sungguh kompeten sebagai guru. Semoga sumbang saran ini dapat menambah pengetahuan dan membantu di dalam mentransformasi pendidikan Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Ferry Yang, PhD

Yang Academy

[1] Artikel ini telah tayang diKompas.com dengan judul "Permintaan Maaf Mendikbud Setelah Para Siswa SMA Keluhkan Sulitnya Soal UNBK...", 

[2] Ibid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun