Mohon tunggu...
Motulz Anto
Motulz Anto Mohon Tunggu... Freelancer - Creative advisor

Pemerhati Kebijakan | Wacana Sosial | Pengamat dan Penikmat Kreativitas, Pelaku Kreatif | Ekonomi Kreatif | motulz.com | geospotter.org | motulz@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Bersatu Melawan Independensi Ahok

7 Juni 2016   16:19 Diperbarui: 7 Juni 2016   19:26 2898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pikir di sinilah perjuangan para pendukung Ahok sama seperti bagaimana dulu pendukung Faisal Basri yang bersusah payah harus membagi konsentrasi kekuatan dan perhatian ke 6 pasangan calon. 

Kini, saat revisi UU Pilkada sudah selesai munculah persepsi bahwa UU tersebut sengaja direkayasa untuk menggagalkan langkah Ahok. Bisa jadi iya tapi bisa jadi juga tidak demikian. Kalau kita mau tidak berfikir suudzon, anggap saja UU tersebut demi menjaga keotentikan para pemilih yang bukan hanya untuk pilkada DKI melainkan juga pilkada-pilkada di daerah lainnya nanti. 

Anggap saja bahwa proses majunya Ahok lewat jalur independen ini sebagai sebuah pembelajaran baru bagi semua orang. Bagi pendukung, bagi pemilih, KPU, dan juga bagi para partai-partai. Sudah saatnya partai harus mau berdiam sebentar dan menatap situasi ini lebih bijaksana. 

Publik tidak buta dan tidak mudah diperdaya hanya dengan rayuan lagu lama seperti beberapa tahun lalu. Kemenangan pasangan Jokowi - Ahok di Pilkada DKI 2012 harusnya sudah dijadikan semacam materi pembelajaran yang besar oleh banyak partai-partai. 

Apakah betul Jokowi dan Ahok itu sebegitu hebatnya? Atau jangan-jangan karena tingkat ketidakpercayaan publik atas sikap partai dan mayoritas politikusnya sudah sangat anjlok? Sikap perlawanan yang dilakukan oleh partai terhadap kelompok relawan Teman Ahok pun sebetulnya lucu. 

Teman Ahok saat ini diposisikan sebagai sebuah partai kecil, padahal mereka tidak lebih hanya sekumpulan anak-anak muda Jakarta yang sudah kelamaan gerah dan geram dengan sikap-sikap arogan para politisi dan parpol. 

Katakanlah jika pun pada akhirnya pasangan Ahok berhasil digagalkan lolos maju jadi kandidat independen, apakah tidak mungkin semua yang sudah mengumpulkan KTP dukungan ini akan mengambil sikap jalur golput? Bagi parpol mungkin itu tidak masalah, selama calon yang mereka majukan tetap bisa naik dan menang. 

Karena toh memang itu misi parpol yang sesungguhnya bukan? Memajukan calon yang bisa merepresentasikan dan membawa manfaat untuk partainya. Namun apakah si calon bisa memenuhi harapan warga DKI? rasanya itu masalah lain yang butuh diuji kelak.

Kejadian perseteruan Ahok lewat jalur independen ini adalah ujian kematangan berdemokrasi, baik bagi masyarakat DKI, masyarakat Indonesia, partai politik dan politisi-politisi. Cepat atau lambat Pilkada DKI 2017 akan dilangsungkan, keputusan warga atas pilihannya menjadi penentu nyata maju atau tidaknya pembangunan di DKI termasuk juga pembangunan pembelajaran politiknya. 

Semua akan jadi pelajaran dan contoh bagi daerah-daerah di luar Jakarta seluruh Indonesia. Yang mana ini akan menjadi pertanyaan besar bagi kita semua, yaitu mau dibawa kemana kematangan berpolitik bangsa ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun